Kedaireka Dorong Inovasi dan Kolaborasi Riset di Indonesia

Beberapa inovasi unggulan dipresentasikan termasuk pengembangan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum.

Kedaireka Dorong Inovasi dan Kolaborasi Riset di Indonesia
RekaTalk Bridging Greater Collaboration for Future Growth di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Program Kedaireka yang digagas oleh Prof Nizam pada akhir tahun 2020 terus menunjukkan dampak positif memajukan ekosistem riset dan inovasi di Indonesia. Berdasarkan laporan terbaru World Trade Organization (WTO), Indonesia kini menempati peringkat lima dunia dalam hal kerja sama kampus dan industri.

Capaian ini merupakan lompatan besar dari posisi 35 yang dipegang Indonesia pada tahun 2020. Dalam waktu singkat, program itu telah berhasil mengakselerasi kolaborasi antara dunia akademis dan sektor industri.

Pada April 2024, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi bersama Universitas Gunadarma meluncurkan kembali Program Ekosistem Kedaireka 2024. Ini menandai tonggak penting memperkuat kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri untuk mendorong inovasi demi kemajuan nasional.

Matrissya Hermita selaku Direktur PMO Kedaireka mengungkapkan program ini telah mengalami beberapa penyesuaian dan perubahan signifikan pada tahun 2024.

"Kami memfokuskan pada setiap komponen ekosistem melalui program-program seperti RekaTalk, CEO Mentorship dan RekaPreneur," jelasnya, Kamis (11/7/2024) di UGM.

Penyesuaian

Program Dana Padanan (PDP) yang sebelumnya dikenal sebagai Matching Fund juga mengalami penyesuaian. PDP kini menerima proposal inovasi yang mengusung lima tema prioritas yaitu Ekonomi Biru, Ekonomi Hijau, Ekonomi Digital, Kemandirian Kesehatan dan Pariwisata.

Salah satu program unggulan Kedaireka adalah RekaTalks. Pada edisi ketiga 2024, RekaTalks diselenggarakan di Yogyakarta dengan tema Showcasing Innovation: Bridging Greater Collaboration for Future Growth.

Acara tersebut dihadiri narasumber terkemuka seperti Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada dan mantan Dirjen Diktiristek periode 2020-2024, Prof Ir Nizam M Sc Ph D.

Beberapa inovasi unggulan dipresentasikan termasuk pengembangan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) Merah Putih oleh Dr Agus Mukhlisin dan akselerasi program Tanam Jagung Panen Sapi oleh Prof Ir Arifin Noor Sugiharto.

Prof Nizam sebagai pencetus program Kedaireka menyoroti peningkatan signifikan jumlah proposal yang masuk. "Tahun ini ada sekitar 6.000 proposal yang masuk dengan rasio penerimaan 1 banding 6," jelasnya.

Terkendala anggaran

Meskipun masih terkendala anggaran, menurut dia, antusiasme ini menunjukkan potensi besar kolaborasi riset kampus-industri di Indonesia.

Lebih lanjut, Prof Nizam menggarisbawahi dampak program ini terhadap peringkat global Indonesia dalam inovasi. "Peringkat kita naik dari posisi 81 menjadi 65. Ini adalah lompatan besar yang harus terus didorong," tegasnya.

Meski demikian tantangan masih ada. Masalah administratif dan membangun kepercayaan antara kampus dan industri masih menjadi kendala utama. Untuk mengatasinya, pemerintah menerapkan sistem pendanaan pendamping, di mana separuh dana riset disediakan oleh pemerintah dan separuhnya lagi oleh industri.

Prof Nizam juga mengajak masyarakat lebih bangga terhadap produk inovasi dalam negeri. "Kita perlu mendidik masyarakat untuk bangga dengan produk Indonesia. Produk berkualitas yang didasarkan pada riset harus dihasilkan," ujarnya.

Menjadi katalis

Dengan capaian mengesankan dan program-program inovatif yang terus dikembangkan, Kedaireka diharapkan dapat terus menjadi katalis dalam memajukan ekosistem riset dan inovasi di Indonesia.

Program ini tidak hanya mendorong daya saing nasional di kancah global, tetapi juga membuka jalan bagi Indonesia untuk menjadi pemain kunci dalam inovasi teknologi dunia. (*)