Kebiasaan Berubah, Pariwisata Kerumunan Kurang Diminati

Kebiasaan Berubah, Pariwisata Kerumunan Kurang Diminati

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Dua tahun lebih pandemi membuat kebiasaan masyarakat berubah. Pariwisata yang menyebabkan kerumunan kini kurang begitu diminati. Pentingnya menjaga kesehatan menjadi alasan untuk tidak berpariwisata secara beramai-ramai.

"Sebelum Covid-19 jangan disamakan dengan ketika Covid-19. Kita semakin dipermudah untuk perjalanan ke luar negeri dan dalam negeri dan sekarang sudah tanpa syarat antigen," kata Masruroh, Direktur MICE Kementerian Pariwisata Republik Indonesia di sela-sela workshop Wanita Istimewa, Melestari dan Merawat Diri di Pendapa Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Minggu (27/3/2022).

Yang paling penting, lanjut dia, masyarakat sudah berubah. Wisata-wisata yang tidak dilakukan secara massal sekarang lebih diutamakan. Masyarakat sudah telanjur tidak suka dengan sesuatu yang ramai. Yang dicari adalah environmental stay dan healthy wellness.

"Jogja merupakan tempat yang tepat. Jogja itu berkelas untuk tempat healing dan wellness untuk wisatawan nusantara maupun internasional. Setiap daerah punya DNA yang bisa menjadi ciri, bisa di Yogyakarta, Bali atau tempat lain," ujarnya.

Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara menambahkan, dalam memperingati Hari Perempuan Nasional ini, Perempuan Yogyakarta siap untuk menjadikan provinsi ini sebagai tujuan pariwisata yang sehat.

"Kita mulai mempromosikan tourism dari sisi health and wellness-nya. Sekarang itu terutama anak-anak generasi Z sedikit-sedikit healing. Dengan demikian healthy dan wellness yang bisa dilakukan di Jogja bisa menonjolkan bahwa kita itu punya ciri khas," paparnya.

Menurut dia, dalam rangkaian pertemuan internasional G20 akan banyak tamu mancanegara. Banyak tempat yang bisa dikunjungi untuk healthy dan wellness. Tempat spa dengan lulur yang bercirikan Keraton Yogyakarta tentu berbeda dengan yang dimiliki daerah lain.

"Seperti di sini, di Nurkadhatyan Ritual Spa kita menampilkan tradisi Jawa khususnya Jogja sehingga ini momentum yang cukup bagus karena kita akan mengangkat lulur yang tidak biasa," lanjutnya.

Dari Workshop ini pula, diharapkan sebagai upaya persiapan Wanita Jogja menunjukkan diri bahwa Jogja itu siap. “Di sini tidak hanya lulur, tentu ambient dan historical tempatnya juga. Apalagi master spa kita di sini memang menggunakan referensi dari Keraton Yogyakarta," tandasnya.

Worro Astuti selaku Master Spa di The Nurkadhatyan Spa menambahkan, ramuan lulur yang dimilikinya telah turun temurun sejak Gusti Mangku hingga sekarang Gusti Kanjeng Ratu Bendara.

"Setidaknya sudah 30 tahun lebih saya sudah memegang ramuan ini. Bahkan sudah mendapat penghargaan oleh Presiden Spa Internasional di Paris," ucapnya.

Secara singkat, ramuan lulur keraton ini bisa dengan mudah diperoleh di pasar tradisional seperti Beringharjo. “Tapi di sini ada hal yang tidak bisa didapatkan oleh tempat lain, yaitu ambient dari historical place dan teknik memijat yang pasti berbeda," tandasnya. (*)