Karena Tandatangan, Kaos Humoriezt Laku Rp 1,5 Juta

Karena Tandatangan, Kaos Humoriezt Laku Rp 1,5 Juta

KORANBERNAS.ID—Gara-gara sebuah tandatangan, kaos bertuliskan Humoriezt laku seharga Rp 1,5 juta.

Dalam sebuah lelang kecil di Balai Desa Catur Tunggal, Depok Sleman, kaos warna hitam dengan tulisan putih ini, ditebus oleh Habib, salah seorang sesepuh Humoriezt.

Habib mengalahkan peserta lainnya yang hanya berani menyodorkan penawaran harga maksimal Rp 1.450.000.

“Hanya ada satu kaos Humoriezt yang ditandatangani oleh mantan ketua genk dari Kanada, Ishaq Mustaqim,” kata Ketua Umum Humoriezt Enji Puspo Sugondo SH, Sabtu (23/11/2019).

Lelang dilakukan disela-sela rangkaian acara HUT Humoriezt ke-31. Selain lelang dan pengumpulan donasi untuk pembangunan rumah tahfidz di Depok, kegiatan ini juga diisi dengan sessi inspiring oleh Ishaq Mustaqim, yang khusus datang dari Montreal Kanada dalam lawatan ke Indonesia.

Enji, bersama Muspika, Ishaq, dan sejumlah pemateri melakukan kampanye Stop Narkoba di Blai desa Catur Tunggal Depok. (Warjono/koranbernas.id)

Enji yang mengaku sudah 19 tahun menjadi bagian dari keluarga Humoriezt , mengaku seperti menemukan keluarga yang luar biasa di komunitas genk kawakan di Jogja ini. Seiring berjalannya waktu, genk yang mulai didirikan tahun 1988 dan sangat disegani medio 2000 an, berusaha untuk terus menata diri untuk menjadi lebih baik.

Contohnya saat peringatan ulang tahun ke-31 ini, Humoriezt sengaja mendatangkan Ishaq dan menggear diskusi terbatas dengan tema “Narkoba Musuh Bersama”. Kegiatan ini dimaksudkan sebagai bagian dari upaya untuk memerangi peredaran narkoba di tengah masyarakat, khususnya Yogyakarta.

‘Kami menginginkan, ke depan Humoriezt semakin maju dan mampu berkiprah positif dan berbakti untuk masyarakat banyak. Kami ingin keluarga Humoriezt bisa membangun kebanggaan dan dibanggakan oleh masyarakat,” katanya.

Enji menyadari, peredaran narkoba menjadi hal yang meresahkan di Yogyakarta. Sebagai Kota Pendidikan, Yogyakarta menjadi kota tujuan pelajar dan mahasiswa dari banyak daerah di Indonesia.

Hal ini, dengan sendirinya juga meningkatkan resiko peredaran narkoba.

“Kami ingin berkontribusi untuk memerangi narkoba. Sebaliknya, pelajar dan mahasiswa yang sudah terlanjur terjebak narkoba, kami akan berupaya merangkul dan ikut menyadarkan bahaya narkoba. Jadi orang yang mengonsumsi narkoba, jangan dimusuhi. Justru harus dirangkul karena mereka korban,” kata Enji. (SM)