Indahnya Lukisan dari Pelepah Pisang
KORANBERNAS.ID -- Bagi sebagian orang gedebog atau pelepah pisang dianggap tidak berguna dan bermanfaat. Bahkan saat menebang pohon pisang, pelepah hanya dibuang begitu saja.
Namun di tangan Yohani Palliadi (35) warga Dusun Nglarang Kraton Desa Mulyodadi Kecamatan Bambanglipuro Bantul, gedebog bisa disulap menjadi lukisan yang indah.
Ya, pelepah pisang bisa dibuat beragam lukisan menarik dengan nuansa kecokelatan, mengundang mata untuk memandangnya.
Yohani mengawali kegiatan melukis menggunakan materi gedebog pada 2016. Dia tidak belajar di sekolah seni. Pria yang juga pelatih sepak bola ini belajar otodidak agar bisa melukis menggunakan gedebog.
Awalnya dia melihat orang membuat kotak tisu dilapisi gedebog, dari sana ide membuat lukisan muncul.
“Saya bukan lulusan sekolah seni. Saya belajar sendiri,” kata Yohani kepada wartawan pada acara Dinamika Desa yang digelar oleh Kantor Kominfo Bantul, Jumat (11/10/2019).
Proses pembuatan lukisan dimulai dari memilih gedebog pisang yang kering di pohon, membuat pola lukis di atas kayu, memotong pelepah, menyusun pola serat pelepah menjadi sebuah lukisan saat ditempel pada kayu yang telah dipola, kemudian menutup lukisan dengan membalurkan lem sebagai finishing.
“Gebebog yang bagus kering di pohon, jadi bukan dijemur,” katanya. Ketika dijemur warna yang dihasilkan sama yakni cokelat tua dan pelepah menjadi lebih tebal.
Berbeda ketika pelepah itu kering di pohon, maka pola serat dan warnanya beragam. Meski tanpa pengawet, lukisan tersebut mampu bertahan bertahun-tahun.
Dipilih pelepah yang benar-benar kering kemudian dibalur lem saat akan ditempel ke kayu yang telah dipola lukisan atau ketika selesai menempel. “Jadi lem itu dua kali saat penempelan dan untuk melapisi,” jelasnya.
Lukisan yang dihasilkan harganya beragam. Paling murah Rp 400 ribu dan termahal dibanderol Rp 1,5 juta. Harga ini memang mahal karena proses pembuatannya rumit memakan waktu lama.
Misalnya untuk melukis gambar masjid berukuran 1 meter x 80 sentimeter yang dibanderol Rp 900 ribu, dikerjakan selama satu minggu.
Karyanya dipasarkan secara online meski kondisi pasar belum banyak menyerap jenis lukisan yang diberi label D’bog Collection ini. Mengingat harga lukisannya memang termasuk mahal dibanding yang lain.
“Satu bulan biasanya ya laku satu dua lukisan. Kadang-kadang bisa lebih,” kata pria yang juga berjualan dawet hitam di timur Lapangan Mulyodadi tersebut. (sol)