Pasar Tradisional Bisa Ungguli Toko Modern dan Online

Pasar Tradisional Bisa Ungguli Toko Modern dan Online

KORANBERNAS.ID—Pasar tradisional masih memiliki peluang untuk bersaing, dan bahkan mengungguli pusat perbelanjaan modern dan bisnis online. Produk yang diperdagangkan di pasar tradisional, umumnya lebih lengkap dengan kualitas yang juga terjamin serta harganya lebih terjangkau.

Selain itu, keberadaan penjual di pasar tradisional, juga sangat jelas. Hal ini, akan mengeliminir ketidakpuasan pembeli atau konsumen, lantaran membeli produk yang tidak sesuai dengan keinginan.

Hal ini mengemuka dalam diskusi kecil bertema “Penguatan Ekonomi Berbasis Pedesaan Menuju Sleman Sembada Berdaya Saing Global’, yang diselenggarakan Forum Peduli Pasar Rakyat Sleman (FPPR) bekerjasama dengan APPSI, Sabtu (23/11/2019) malam di Prambanan. Diskusi dihadiri oleh komunitas dan aktivis FPPR Sleman, perwakilan para pedagang pasar yang tergabung dalam Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI),serta perwakilan LSM.

“Selama ini orang merasa senang belanja online karena tidak perlu keluar biaya transport dan tidak perlu keluar rumah. Tapi apa yang didapat?. Tak jarang barang yang dibeli mengecewakan karena tidak sesuai penawaran. Sedangkan belanja ke toko modern, memang nyaman dan bersih, tapi harganya seringkali lebih mahal. Coba saja bandingkan,” kata aktivis sekaligus Ketua Dewan Pembina Forum Peduli Pasar Rakyat (FPPR) Sleman, Riyanto Kuncoro.

Sejumlah keunggulan pasar tradisional inilah, yang ke depan perlu dioptimalkan. Selain untuk memberdayakan dan melindungi para pedagang kecil dan pasar tradisional, optimalisasi potensi pasar tradisional juga akan menjauhkan masyarakat dari jebakan gaya hidup hedonis yang jauh kultur dan pranata sosial masyarakat kita.

FPPR sendiri, kata Kuncoro, sudah melakukan berbagai kajian untuk memberdayakan pasar tradisional. Selain modernisasi atau revitalisasi pasar tradisional, tak kalah penting adalah upaya untuk meningkatkan kualitas SDM pedagang di pasar.

Budaya melayani, budaya menjaga kebersihan lingkungan dan juga pemahaman dalam penggunaan perangkat teknologi untuk hal yang lebih produktif, perlu dikenalkan ke pedagang pasar.

“Ini penting, agar pedagang pasar bisa memanfaatkan era digital sekarang untuk menunjang usaha mereka,” kata Balon Bupati Sleman dari PDIP ini.

Untuk itulah, FPPR kata mantan anggota DPRD Sleman dua periode ini, menggagas konsep digitalisasi pasar rakyat atau pasar tradisional. Gagasan tersebut, mirip tapi berbeda dengan konsep perdagangan online atau daring.

Konsep ini, bukan berarti para pedagang tidak berjualan di pasar. Perangkat digital yang akan dibangun, kata dia, lebih dari sekadar sarana promosi yang efektif sehingga menarik pembeli.

“Kami tak hanya menyediakan dari sisi teknologinya, tapi juga jaringan pendukung seperti ke koperasi-koperasi, petani, UMKM dan lainnya di seluruh Sleman. Semuanya nge-link. Kita sinergikan untuk saling mendukung dan membesarkan,” katanya.

Dalam konsep ini, SDM pedagang pasar merupakan faktor kunci. Untuk itulah, hal yang utama perlu dilakukan adalah bagaimana menyiapkan para pedagang pasar menuju digitalisasi pasar rakyat.

“Kami sudah menjalin kerjasama dengan komunitas programmer muda yang memiliki komitmen tinggi untuk pemberdayaan masyarakat. Kami sedang dalam persiapan untuk mengadakan pelatihan bagi para pedagang pasar. Saya kira ini selaras dengan program pemerintahan Presiden Jokow. Yakni bagaimana semua elemen masyarakat dapat memanfaatkan era digital untuk hal yang produktif, tidak terkecuali pedagang di pasar tradisional. Petani saja sekarang mulai memanfaatkan teknologi. Kawan-kawan pedagang pasar harusnya juga bisa. Kalau sekarang belum bisa, karena belum ada yang memberikan edukasi secara kongkret. Ini kami mencoba mengawalinya,” ujarnya.

Digitalisasi pasar rakyat ini, ke depannya juga akan mengekspos serta lebih mengenalkan kekhasan dari masing-masing pasar tradisional yang ada di Sleman. Sebagaimana dketahui, masing-masing pasar tradisional sebenarnya memiliki hal yang berbeda dan khas. Namun sejauh ini, kekhasan itu belum banyak diketahui publik.

“Dengan sendirinya, konsep ini nanti juga akan membantu dari sisi kepariwisataan. Bukankah sekarang ini wisatawan menyukai hal-hal unik dank has?,” lanjut Riyanto Kuncoro.

Sekretaris APPSI Sleman, Sigit Milu Wibawa mengakui, program revitalisasi yang dilakukan untuk sejumlah pasar tradisional, sejauh ini belum maksimal mengembalikan magnet pasar sebagai pusat perbelanjaan.

Sebab yang dilakukan oleh pemerintah, baru sebatas pembangunan pasar dan belum menyentuh program pemberdayaan SDM di pasar.

“Saya kira ide FPPR dan Pak Kuncoro sangat layak untuk direalisasikan. Memang menurut saya factor utama tetap di SDM. Saya siap mendukung dan membantu suksesnya program ini,” kata Sigit yang juga pedagang di Pasar Prambanan.

 

Sigit mengungkapkan, smartphone, bukan barang baru bagi sebagian besar pedagang di pasar. Sejumlah pasar tradisional juga sudah dilengkapi dengan jaringan WiFi yang disediakan oleh pemerintah.

“Tapi selama ini, perangkat itu lebih untuk update status dan main di medsos saja. Kawan-kawan belum memanfaatkannya untuk hal yang lebih produktif. Digitalisasi pasar ini, saya harapkan dapat mnjadi solusi kongkret,” imbuhnya. (SM)