Jokowi Kirim Staf Kepresidenan Pantau Desa Wadas

Jokowi Kirim Staf Kepresidenan Pantau Desa Wadas

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO – Pasca-kericuhan di Desa Wadas Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo Jawa Tengah (Jateng), Selasa (8/2/2022), Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengirimkan Staf Kepresidenan ke desa tersebut, Jumat (12/2/2022), untuk melakukan pemantauan.

Langkah ini diambil presiden sehubungan adanya penangkapan terhadap 66 warga desa serta ramainya pemberitaan kericuhan di Desa Wadas. “Saya datang ke Desa Wadas untuk melihat, mendengarkan apa kata warga Wadas," ujar Yohannes, Kepala Staf Presiden Jokowi.

Dia mengaku diutus Presiden Jokowi untuk mendatangi Desa Wadas guna memperoleh informasi fakta lapangan. Dia datang bersama Deputi 5 dan Deputi 4.

“Kami ingin tahu sesungguhnya apa yang sudah terjadi di Desa Wadas. Mangga dibuka saja, bagaimana peristiwa Selasa (8/2/2022) hingga terjadinya penahanan warga kontra oleh aparat," jelasnya saat dialog dengan warga kontra quarry Desa Wadas di Masjid Nurul Huda.

Pihaknya siap menerima apapun yang disampaikan oleh warga kontra penambangan batuan andesit (quarry) tersebut. "Apapun yang disampaikan pada pertemuan ini akan kami sampaikan ke Presiden Jokowi. Kami bukan pengambil keputusan. Kami hanya mendengarkan sebagai kuping penyambung presiden," sebutnya.

Dia mengajak warga kontra quarry walaupun menolak tetapi bisa dimusyawarahkan. Salah seorang warga kontra quarry Desa Wadas, Fahuroji, mengungkapkan pada Selasa (8/2/2022) desanya sudah dikepung polisi.

"Saya melihat banyaknya polisi di desa kami, sebagai orang desa saya punya pikiran, tidak mungkin ini instruksi pusat (untuk mengepung Wadas)," jelasnya.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tidak mungkin juga menyuruh aparat sebanyak itu ke desa kami. "Yang menyinggung perasaan kami dengan adanya anjing pelacak. Apakah kami teroris?"  ujarnya.

Warga lainnya, Barohdin, mengatakan pada (7/2/2022) sudah ada info akan ada pengukuran lahan. "Pada Selasa (8/2/2022) ada warga kami sedang makan di Desa Kaliboto ditangkap polisi. Kami berinisiatif kumpul di masjid untuk mujahadah, memanjaatkan doa kepada Allah SWT," terangnya.

Saat itu pakaian warga beragam karena memang spontanitas. Mujahadah mulai sekitar pukul 07:00 dan pada pukul  09:30 istirahat. Pukul 10:00 dimulai lagi.

"Saat pengukuran lahan dari warga kontra tidak ada satu  pun yang menghalangi. Warga pro-quarry saat pengukuran ke lahannya masing-masing dengan petugas, polisi kok mengatakan warga kontra dikejar-kejar warga pro," sambungnya.

Baroni sebagai tokoh masyarakat Desa Wadas  mengeluhkan kenapa aparat kepolisian berada di desa itu selama 3x24 jam. “Kenapa polisi berada di masjid, kenapa tidak tempat yang lain,” ujarnya.

Daniel dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) mengaku dirinya memasuki Desa Wadas Selasa (8/2/2022) pukul 13:00. "Saya juga ditangkap dan diborgol," ujarnya.

Saat penangkapan, lanjut Daniel, sekitar pukul 13:00  dia dihadang orang berseragam preman. "Saya menyampaikan ke polisi kita kuasa hukum warga. Saat itu kabar terakhir masjid dikepung," kata dia.

Sepanjang perjalanan dipenuhi polisi dari pos penjagaan pertama dia dihadang di balai desa oleh orang berpakaian preman.

"Rumah warga dimasuki aparat, kita dibawa di depan TK. Kita juga dibentak-bentak, teman saya sudah menunjukkan kartu advokat, namun tetap diinterogasi dan HP disita. Sepanjang perjalanan saya mendapatkan empat kali pemukulan. Yang berpakaian preman mengaku proquarry. Katanya mereka mengamankan agar tidak terjadi gesekan,” paparnya.

Menurut dia, orang yang proquarry saat itu diajak ke ladang untuk pengukuran. “Pertanyaan siapakah orang berpakaian preman itu," sebutnya. (*)