Jogja Wajar Anyar Harapan Bagi Para Pelaku Seni

Jogja Wajar Anyar Harapan Bagi Para Pelaku Seni

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Suasana panggung terbuka XT Square Yogyakarta, Minggu (1/11/2020) malam, penuh gebyar bermandi cahaya disertai dentuman musik dan suara gamelan. Hujan yang sempat mengguyur tidak menyurutkan semangat lebih dari 50 pelaku seni tampil di panggung yang dikemas menarik.

Mereka adalah para pelaku seni tradisional dan modern dari sejumlah sanggar di kota ini. Malam itu mereka all out mengingat acara tersebut disiarkan secara live streaming youtube Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta.

Format pertunjukan sama sekali berbeda dari biasanya saat virus Corona belum dinyatakan sebagai pandemi. Mereka tidak tampil di hadapan kerumuman penonton kecuali hanya tamu undangan. Itu pun disertai persyaratan protokol kesehatan cuci tangan, memakai masker serta menjaga jarak secara ketat.

Di bawah arahan sutradara Kinanti Sekar Rahina didukung penata musik, Sudaryanto, para pelaku seni menampilkan kolaborasi tari, musik, pantomim maupun fashion show batik. Tak ketinggalan tampil pula grup band.

Dengan format baru tersebut, mereka tampil bergiliran. Jeda waktu antara satu pertunjukan dengan pertunjukan lain sama sekali tidak terlihat melainkan membentuk rangkaian seperti susul menyusul sebagai satu kesatuan pergelaran yang utuh.

Inilah yang dinamakan Jogja Wajar Anyar yang dicanangkan Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta dengan menggandeng Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), sekaligus menjadi harapan bagi para pelaku seni tetap menggelar pementasan di masa pandemi.

Sesaat sebelum membuka acara, Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Maryustion Tonang, menjelaskan atraksi seni pendukung pariwisata harus tetap eksis di tengah-tengah pandemi.

“Atraksi tetap hadir meski berbeda 180 derajat dibandingkan saat sebelum pandemi. Protokol pencegahan dan pengendalian Covid-19 harus ditegakkan, cuci tangan, jaga jarak, pakai masker dan menghindari kerumunan,” ungkapnya.

Dia berharap event kali ini mampu menjadi agenda serta bagian dari aktivitas kepariwisataan. Jogja Wajar Anyar juga mengusung semangat pemberdayaan serta eksplorasi potensi seni di Kota Yogyakarta.

“Event ini bagian dari apresiasi kita agar Jogja tetap layak dikunjungi dan ngangeni, dengan tetap menegakkan protokol Covid-19,” kata dia.

Ketua Komisi B DPRD Kota Yogyakarta, Susanto Dwi Antoro, mengapresiasi dicanangkannya Jogja Wajar Anyar sebagai adaptasi kebiasaan baru di tengah pandemi Covid-19.

Menurut dia, Yogyakarta sebagai kota event kesenian sudah semestinya atraksi pariwisata tertata sedemikian rupa. “Harus ada kalender event sehingga para pelaku seni dan pariwisata siap,” kata dia.

Dalam kesempatan itu dia mendorong dinas terkait melaksanakan sertifikasi bagi pelaku seni tradisional maupun modern di Kota Yogyakarta.

Tujuannya selain untuk penataan, juga sebagai semacam jaminan mereka yang tampil mendukung aktivitas pariwisata benar-benar berkualitas.

“Pelaku seni tradisional dan modern perlu tersertifikasi sehingga kualitasnya cetha tidak ecek-ecek. Jika restoran atau hotel ingin menjamu wisatawan tinggal kontak dinas. Semua jadi nyaman,” kata dia.

Menurut Dwi Antoro, Yogyakarta saat ini sudah siap menerima wisatawan. Hotel maupun restoran sudah melaksanakan simulasi Jogja Wajar Anyar.

“Bagaimana pakai masker, jaga jarak dan menjauhi kerumunan, Jogja sebenarnya siap menerima tamu tetapi protokol kesehatan harus ditegakkan,” kata dia.

Ketua PHRI DIY Deddy Pranowo menyambut dicanangkannya Jogja Wajar Anyar. Bagaimana pun, Yogyakarta memang kota seniman dan kota pariwisata yang tidak bisa lepas dari budaya.

Inilah pentingnya para penampil seni di hotel maupun restoran bersertifikat dan profesional. Tanpa sertifikasi, dia khawatir di mata tamu penampil disebut memiliki grade rendah.

Yang pasti, kata Dedi, PHRI memiliki komitmen kuat mengangkat potensi lokal pariwisata Kota Yogyakarta. Budaya lebih ditonjolkan, tidak hanya tradisional tetapi juga modern. Inilah yang dinamakan guyup sesarengan antara tua dan muda. (*)