Jika Penyu Lestari Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Melimpah
Sariyati Wijaya 
KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Sejak sebelas tahun silam, warga dan nelayan di Pantai Goa Cemara Patihan Gadingsari Sanden Bantul tergabung dalam kelompok Mino Raharjo melakukan gerakan konservasi penyu.
Caranya, saat musim bertelur penyu pada Mei hingga September mereka berburu telur di tepi-tepi pantai, pada malam hari. Satu sarang biasanya berisi 100 butir. Tidak jarang wisatawan sering menemukan telur penyu kemudian diserahkan dan ditetaskan dalam bak. Dalam jangka 50 hari telur menetas dengan tingkat penetasan rata-rata 80 persen.
“Penetasan paling maksimal adalah akhir musim atau Agustus-September karena cuaca kering. Tingkat menetasnya tinggi. Hal berkebalikan terjadi awal musim, di mana curah hujan tinggi menyebabkan kelembaban dan tingkat menetas juga rendah karena banyak juga telur yang terkena jamur,” kata Bagiyo, pengurus Mino Raharjo kepada wartawan pada acara Dinamika Desa gelaran Kantor Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Bantul, Jumat (3/9/2021) sore.
Selanjutnya anak penyu atau tukik dipencar di bak-bak penampungan. Setelah tiga hari, tukik siap dirilis (dilepas) ke laut lepas.
“Dulu sebelum pandemi, acara rilis ini menjadi salah satu agenda yang banyak didatangi wisatawan. Sekarang karena wisata masih tutup dan musim pandemi, maka kami rilis sendiri,” katanya.
Adapun penyu yang dilestarikan kebanyakan jenis Penyu Lekang. Awalnya mereka tertarik melakukan konservasi pada tahun 2010. Warga dan nelayan mencoba menetaskan telur penyu yang ditemukan di tepi pantai pada bus-bus beton yang di lokasi wisata ini.
Bus beton dulunya berfungsi menyiram bibit cemara. Langkah warga dan nelayan memperoleh dukungan Dinas Kelautan Bantul, Polhut,BKSDA, kalangan kampus dan relawan. “Tujuan konservasi adalah bisa menyelamatkan penyu yang ada di sini,” katanya.
Secara tidak langsung juga membatasi ubur-ubur. Dalam rantai makanan, penyu memakan ubur-ubur. Ubur-ubur memakan bibit ikan. “Dengan pelestarian penyu, hasil tangkapan ikan juga melimpah,” katanya. (*)
