Jangan Takut Berwisata ke Bantul

Jangan Takut Berwisata ke Bantul

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul Kwintarto Heru Prabowo S Sos mengatakan, virus Corona tidak menyurutkan animo wisatawan nusantara atau lokal mengunjungi destinasi wisata di kabupaten ini.

Hal tersebut terbukti dari jumlah kunjungan yang meningkat dibanding tahun lalu. Pada 1 Januari hingga 8 Maret 2019 jumlah wisatawan ke Bantul tercatat 462.000 orang, pada periode yang sama tahun ini mencapai 591.000 orang. Artinya terjadi kenaikan 130.000 wisatawan.

"Ini fakta, berwisata ke DIY termasuk ke Bantul itu aman. Jadi mari kita bersama-sama menginformasikan kepada publik untuk tidak takut berwisata ke Bantul," kata Kwintarto pada acara temu pelaku pariwisata FGD penguatan Kegiatan Pengembangan KSPD Imogiri Mangunan, Jumat (13/3/2020), di Kampus Stipram Jalan Ahmad Yani Ring Road Timur Banguntapan Bantul.

Apalagi Bantul memiliki destinasi desa wisata kaya empon-empon dan juga memproduksi serta menjual jamu, salah satunya Kiringan Jetis.

“Saya kira ini menjadi nilai plus buat kita, karena berdasar hasil penelitian, empon-empon mampu menangkal virus Corona dan banyak diminati wisatawan lokal," tambahnya.

Bukan hanya wisata lokal, pada tahun ini Bantul mempersiapkan destinasi wisata internasional. Persiapan dua tahun diharapkan cukup dan pada 2025 siap menjadi kunjungan wisata di Asia Tenggara.

Kepala Badan Promosi Pariwisata Daerah Bantul,  Hari Rachmadi, mengatakan pihaknya sudah mengimbau pengelola destinasi termasuk desa wisata agar membuat welcome drink dari bahan herbal ataupun empon-empon. "Juga menyediakan hand sanitizer di tempat wisata yang mereka kelola," katanya.

Ini sekaligus menjadi salah satu daya dukung dan persiapan untuk membuat wisata Bantul bisa go international. Selain itu, juga perlu  pendampingan-pendampingan sehingga destinasi dan pengelolaannya sesuai standar internasional.

Ketua Stipram Dr Suhendroyono mengatakan ada tiga pilar pengembangan pariwisata yakni pemerintah, masyarakat dan pengusaha.

"Tourism bukan high tech namun bagaimana menangani nature dan culture sehingga tidak bisa dilayani robot,  namun tetap ditangani manusia karena lebih puas. Dan pariwisata itu kepuasan," kata dia.

Menurut dia, peningkatan sumber daya manusia (SDM) pariwisata sangat penting termasuk membekali mereka dengan pendidikan kepariwisataan.

Pada 2008 pariwisata disebut sebagai ilmu mandiri oleh pemerintah. Karena persaingan global yang semakin ketat, maka SDM sebagai sumber keunggulan kompetitif harus terus ditingkatkan. (sol)