Inovasi KBI Bantu Pemulihan Ekonomi UMKM DIY
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan sektor yang sangat terpukul akibat pandemi Covid-19. Padahal di DIY, tercatat ada sebanyak 521.000 UMKM.
Dari jumlah tersebut, baru sebagian kecil UMKM yang menggunakan teknologi untuk pemasaran maupun produksi. Peran korporasi pun akhirnya menjadi sangat penting untuk membantu memulihkan UMKM yang terdampak pandemi sejak setahun terakhir.
Sadar akan persoalan ini, PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) sejak tiga tahun terakhir mulai membantu UMKM di DIY dalam pengembangan inovasi produk peternakan dan pertanian. Sebagai bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR), salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini membantu petani dan UMKM di Selopamioro Bantul.
Program yang digagas KBI antara lain pemberdayaan Kelompok Wanita Tani dalam Pengembangan UMKM Pangan Lokal untuk Mitigasi Pasca-Covid-19 di Bantul. Dalam program ini, KBI yang sudah berdiri sejak 37 tahun silam ini menggandeng Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk melakukan pendampingan petani secara berkelanjutan dalam melakukan diservasifikasi hasil pertanian dan menjadi pelaku UMKM.
“Petani diharapkan memiliki beragam usaha untuk bertahan di masa pandemi ini karena banyak petani kesulitan mengembangkan inovasi produk, ini yang perlu dibantu,” papar Fajar Wibhiyadi, Direktur Utama PT KBI Persero, beberapa waktu lalu.
Dalam program ini, kedua institusi membantu petani dan UMKM melalui pembinaan dan pendampingan, produk-produk turunan pertanian dan peternakan. Dengan demikian bisa meningkatkan nilai jual hasil pertanian di pasaran.
Pengembangan sektor pertanian ini penting karena menjadi salah satu komoditi yang stabil di pasar berjangka pada masa pandemi Covid-19. Badan Pusat Statistik (BPS) DIY melansir, ekonomi DIY pada triwulan kedua 2021 terhadap triwulan sebelumnya mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,36 persen. Dari sisi produksi, kontraksi pertumbuhan terdalam terjadi pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 26,0 persen.
“Dengan komunal maka bisa saling mengawasi dan membantu pengembangan usaha. Dengan demikian di masa pandemi ini bisa bertahan,” paparnya.
Fajar menambahkan,PT KBI Persero memiliki peran sebagai Agent of Development, khususnya bagi UMKM melalui program CSR mereka. Kali ini Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian UGM dalam melakukan pendampingan petani dan UMKM di Bantul.
Di Desa Selopamioro, KBI dan UGM memberdayakan UMKM Kelompok Tani agar mampu memproduksi pangan lokal. Hingga kini petani pun menjadi UMKM dan mampu memproduksi jus kemasan, singkong beku, keripik sayuran dan keripik tempe.
“Ke depan KBI akan terus memberikan memberikan dukungan kepada masyarakat, khususnya dalam pengembangan UMKM. Sebagai BUMN tentu peran kami tidak sekadar mencari keuntungan bisnis, namun lebih dari itu, kami juga dituntut untuk turut mengembangkan ekonomi masyarakat,” jelasnya.
Tak berhenti di situ, KBI bersama UGM juga mengembangkan usaha peternakan berbasis ramah lingkungan dan sumber energi terbarukan. Program ini merupakan integrasi agribisnis peternakan dengan pengembangan pangan lokal dan potensi wisata daerah.
Bantuan mesin
Untuk memaksimalkan usaha petani dan peternak DIY, KBI memberikan bantuan delapan unit mesin pengolahan hasil pertanian bagi Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani di Bukit Dermo, Imogiri Kabupaten Bantul. Bantuan berupa mesin dan peralatan tepat guna seperti mesin iris tempe, mesin spinner, mesin kupas kedelai, mesin iris pisang, mesin penepung singkong, mesin pengering, timbangan digital, dan thermogun untuk mengukur suhu permukaan bahan pangan.
Program ini meningkatkan kemampuan peternak dalam pengelolaan usaha agribisnis peternakan. Hal ini sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungan, merupakan bagian besar dari kegiatan korporasi KBI yang mengedepankan aspek 3 P, yaitu People, Profit dan Planet.
Pemberian bantuan bagi Pemberdayaan Kelompok Wanita Tani dalam Pengembangan UMKM Pangan Lokal untuk Mitigasi Pasca Covid 19 ini, merupakan salah satu visi KBI dalam memberdayakan masyarakat yang melakukan usaha kecil.
“BUMN tidak hanya melihat sebagai suatu hal tentang profit oriented saja, tapi bagaimana juga berkontribusi untuk negeri dan masyarakat," jelasnya.
Lilik Sutiarso selaku Ketua Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian UGM mengungkapkan, program pemberdayaan UMKM dikembangkan berupa usaha pengelolaan hasil tanaman buah dan makanan berbahan baku lokal. Program ini diharapkan membuat masyarakat semakin mandiri dalam mengelola UMKM pangan berbasis bahan baku lokal.
“Apalagi kelompok wanita tani mampu memberikan kontribusi dalam mendukung pembangunan wilayah agrowisata di Desa Selopamioro. Melalui pengembangan pemberdayaan UMKM diharapkan menjadi contoh bagi masyarakat di daerah lain untuk menerapkan kegiatan yang sama pasca pandemi Covid-19,” ujarnya.
Desa Selopamioro merupakan salah satu desa yang memiliki potensi sumberdaya lokal berbasis sektor pertanian. Sejak adanya pandemi Covid-19, ekonomi masyarakat di wilayah ini cukup terdampak.
Namun dengan adanya program pengembangan UMKM kerja sama dengan KBI maka diharapkan terjadi penguatan kapasitas UMKM pangan lokal di Desa Selopamioro. Bantuan teknologi pertanian seperti alat dan mesin pertanian tepat guna, penguatan kapasitas dalam aspek produksi, kualitas dan keamanan pangan bisa dioptimalkan. (*)