Ini Berbagai Alasan Warga yang Tidak Bermasker

Ini Berbagai Alasan Warga yang Tidak Bermasker

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Memakai masker menjadi kewajiban semua orang untuk mencegah penyebaran dan penularan virus Corona. Namun masih banyak dan makin warga abai dengan protokol kesehatan ini.

Razia yustisi yang digelar aparat di berbagai sudut wilayah DIY, masih selalu ada warga yang terjaring tidak mengenakan masker. Bukan hanya di lokasi-lokasi wisata, dalam aktivitas keseharian, banyak warga memilih polosan alias tidak mengenakan masker.

Rasane ki sumpeg e Mas. Apalagi kalau pas banyak pembeli. Rasanya jadi susah bernafas,” kata Bari, penjual menu penyetan di Sleman saat diingatkan untuk mengenakan masker.

Bari yang membuka warung penyetan sejak sekitar dua tahun silam, mengaku sulit membiasakan diri dengan kebiasaan baru mengenakan masker. Baginya, ini hal yang aneh. Sebelum membuka warung lesehan, mantan karyawan sebuah pabrik di Bekasi ini dulu terbiasa  mengenakan masker.

“Iya Mas. Dulu di Bekasi saya setiap hari memakai masker. Tapi di sini kok rasanya jadi pengap susah ambegan nggih? Jadi ini maskernya ming tak kantongi. Ada di saku baju. Tapi kalau cuci tangan selalu saya lakukan,” katanya.

Bari diingatkan risiko bisa muncul lantaran saban hari berdagang makanan di pinggir jalan. Tamu atau pembelinya tidak selalu dikenal. Boleh jadi mereka adalah pendatang dari luar kota.

Kalau dirinya tidak mengikuti protokol kesehatan, salah satunya mengenakan masker, mungkin pelanggannya yang berdomisili di sekitar akan berpikir ulang membeli makanan di warungnya.

Njenengan pilih mana Mas, mengenakan masker dengan sedikit susah menyesuaikan di awal, atau suatu saat warung ini harus tutup setidaknya sebulan, karena tiba-tiba njenengan tertular tanpa disadari. Atau bahkan ada yang takut beli di sini?”

Pertanyaan itu langsung direspons Bari dengan segera mengambil masker dari kantong baju lantas memakainya.

Beda lagi dengan Asman, warga Godean Sleman. Laki-laki yang berprofesi di bidang jasa jual beli tanah dan properti ini secara kebetulan turing menjelajah wilayah Gunungkidul.

Asman terlihat asyik merokok di tepi jalan di sebuah warung seakan-akan tak menghiraukan orang lain. Kepada koranbernas.id dia mengaku sejak awal pandemi tidak pernah mengenakan masker.

Ke mana pun dia pergi, wajahnya tetap polos terbuka tanpa penutup hidung dan mulut. Begitu pula saat ke Gunungkidul untuk sebuah kepentingan.

Bahkan dia mengaku, dulu ketika semua dusun dan desa menutup akses atau jalan masuk pada awal-awal wabah merebak, dusunnya sama sekali tidak melakukan hal itu. Semua jalan masuk tetap terbuka dan dibiarkan seperti semula.

Ketika ditanya alasannya, jawaban Asman cukup mengejutkan. “Corona itu kan di Wuhan China sana mas. Itu muncul karena radiasi dan kebocoran gudang senjata biologi. Ngapain kita ikut-ikut bingung dan panik,” jawabnya percaya diri sehingga sulit untuk mendebatnya. (*)