Indonesia Minim Profesor Pariwisata, Program Doktor Khusus Pariwisata Dibuka

Indonesia Minim Profesor Pariwisata, Program Doktor Khusus Pariwisata Dibuka

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Indonesia sebagai negara yang kaya akan destinasi pariwisata ternyata tidak memiliki profesor khusus pariwisata yang cukup. Minimnya profesor pariwisata menjadi rebutan bagi kampus di negara yang memiliki 247 perguruan tinggi pariwisata serta lebih dari 600 prodi pariwisata.

Untuk menambah orang-orang yang secara khusus mumpuni dibidang pariwisata, Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo (STIPRAM) terus berupaya membuka program doktor studi pariwisata. Upaya gigih ini telah dilakukan Stipram sejak 2019 lalu.

"Kami bersikeras untuk bisa menciptakan dan mencetak guru-guru besar pariwisata. Kita tidak perlu impor dari luar negeri, karena kita pasti bisa," kata Suhendroyono, Ketua Stipram saat seremoni penyerahan SK Izin Pembukaan Program Studi Pariwisata, Program Doktor, Jumat (22/4/2022) di Kampus Stipram, Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.

"Hari ini adalah hari bersejarah dan sangat tinggi nilainya bagi dunia akademik, Khususnya bagi Stipram. Bagi kami, sore hari ini rasanya seperti lolos dari lubang jarum. Bukan sekedar ujian, tetapi juga nasib yang menentukan dengan uluran Tuhan yang Maha Kuasa," lanjutnya.

Tidak bisa dipungkiri, lanjut Hendro, saat ini negara industri seperti Jepang yang terkenal dengan industri pabrikan dan mesin pun telah mengalihkan industrinya ke industri pariwisata. Sudah semestinya Indonesia sebagai negara yang kaya akan ragam pariwisata tidak boleh ketinggalan memiliki profesor pariwisata.

"Maka setelah surat keputusan ini turun, kami segera membuka pendaftaran program dooktoral ini dengan diskon 50 persen. Program doktoral ini pula kami fokuskan kepada murni ilmu, sama dengan komitmen kami yang ingin menggarap ilmu pariwisata ini sepenuh-penuhnya sesuai dengan janji saat disahkan pada 2007," lanjutnya.

Sementara Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2Dikti) Wilayah V DIY, Aris Junaidi menambahkan pembukaan studi pariwisata program Doktor dan ini benar-benar perjuangan yang luar biasa.

"Sejak 2019 mendapat rekomendasi dari L2dikti wilayah V kemudian proses yang panjang karena belum memenuhi syarat, Namun Stipram tidak menyerah, hingga akhirnya hari ini SK Kemendikbudristek terkait dengan penambahan Program Studi Pariwisata, Program Doktor bisa diraih," paparnya.

Stipram, lanjut Aris merupakan Perguruan Tinggi ketiga di Indonesia yang berhasil membuka program doktor khusus pariwisata. Hal ini tentu membanggakan, selain itu tanggungjawab untuk terus melaporkan progresnya pun menjadi kewajiban selama dua tahun.

"Karena ini telah memenuhi administrasi, mohon dikawal betul struktur yang sangat rinci dan detail bagaimana membedakan antara S1, S2 dan S3 ini sangat krusial. Artinya dari learning outcomenya harus memenuhi standar nasional sesuai permendikbuk," tutupnya.(*)