Hindari Jebakan "Middle Income Trap", AHY Menyebut Perlu Orkestrasi Sektor Prioritas Ekonomi Strategis

Orkestrasi perlu dilakukan baik dari industri primer, sekunder, maupun tersier

Hindari Jebakan "Middle Income Trap", AHY Menyebut Perlu Orkestrasi Sektor Prioritas Ekonomi Strategis
Menteri AHY menjalani ujian promosi doktor di Kampus Unair Surabaya, Senin (7/10/2024). (istimewa)

KORANBERNAS.ID, SURABAYA—Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengatakan, Indonesia perlu mengorkestrasi sektor prioritas ekonomi strategis, baik dari industri primer, sekunder, maupun tersier. Melalui strategi ini, Indonesia diharapkan bisa menghindari jebakan middle income trap.

Hal ini diungkapkan Menteri AHY, saat menyampaikan gagasannya dalam Ujian Terbuka Program Doktoral, di Universitas Airlangga Surabaya, Senin (7/10/2024). Menteri AHY menyampaikan hal ini, sebagai bagian dari tujuh rekomendasi kebijakan untuk mewujudkan visi Indonesia Emas.

Menampilkan disertasi berjudul “Transformational Leadership and Human Resources Orchestration towards Indonesia Emas 2045”, AHY dinyatakan lulus ujian doktor dengan predikat Cumlaude alias Dengan Pujian.

Untuk diketahui, Menteri AHY dinyatakan lulus dalam masa studi 3,1 tahun. Putra Mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono ini, menjadi Doktor ke-88 dari Program Studi Pengembangan Sumber Daya Manusia. Rektor Universitas Airlangga, Prof. Dr. Moh. Nasih, SE, MT, Ak. pun menyatakan Menteri AHY sebagai Doktor lulusan Universitas Airlangga yang excellence with morality.

Lalu apa yang dimaksud dengan middle income trap?. Secara garis besar, middle income trap adalah istilah yang mengacu pada keadaan, ketika sebuah negara berhasil mencapai ke tingkat pendapatan menengah, tetapi tidak dapat keluar dari tingkatan tersebut untuk menjadi negara maju.

Saat mempertahankan disertasinya, AHY mengungkapkan tujuh rekomendasi kebijakan itu, dirumuskan dari hasil permasalahan yang ia temukan di lapangan dan kemudian disimpulkan ke dalam lima poin.

Pertama faktor kunci transformasi ekonomi terletak pada kepemimpinan yang efektif, kapasitas SDM, serta tata kelola yang kuat yang mendukung inovasi dan daya saing tinggi. Kedua, terdapat ketidaksesuaian antara prodi yang berkembang di dunia pendidikan nasional dengan kebutuhan sektor industri di mana bidang studi non-STEM lebih dominan, kata Menteri AHY.

Permasalahan ketiga yang ia temukan adalah terdapat ketidakselarasan antara output yang diproduksi oleh dunia pendidikan dengan prioritas penelitian nasional yang menunjang transformasi ekonomi, khususnya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan daya saing global.

Keempat, untuk keluar dari jebakan middle income trap, menurut Menteri AHY Indonesia perlu mengorkestrasi sektor prioritas ekonomi strategis baik dari industri primer, sekunder, maupun tersier.

Tentu dengan penguatan utama pada sub dimensi Research and Development (RnD) khususnya melalui peningkatan produktivitas smart home appliances. Dan kelima dibutuhkan kepemimpinan transformasional di semua lini untuk mengorkestrasi SDM melalui sektor pendidikan industri berbasis pada keunggulan dan potensi sumber daya lokal masyarakat kita, lanjut Menteri AHY.

Adapun ketujuh rekomendasi kebijakan untuk mengatasi hal tersebut, antara lain dengan memastikan agar prodi perguruan tinggi di Indonesia selaras dengan kebutuhan industri. Kemudian, dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pendidikan tinggi hingga 60%, meningkatkan proporsi lulusan berbasis STEM yang fokus pada RnD hingga 40%, dan terakhir dengan meningkatkan belanja RnD dari 0,28% hingga 2% dari GDP.

Kita juga perlu melakukan evaluasi program beasiswa yang bersumber dari APBN agar selaras dengan industri strategis dan dapat memenuhi kebutuhan SDM menopang transformasi ekonomi. Selain itu, perlu menetapkan sektor prioritas strategis yang harus dikembangkan serta menciptakan kawasan percontohan untuk membangkitkan kekuatan ekonomi baru di sejumlah daerah, serta menyiapkan pemimpin yang transformasional yang visioner dan efektif dalam mengorkestrasi SDM yang bisa mengisi sektor prioritas strategis utama, pungkas Menteri AHY. (*)