HIMKI Sasar Emerging Market untuk Target Ekspor 5 Miliar Dolar

HIMKI Sasar Emerging Market untuk Target Ekspor 5 Miliar Dolar

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Dampak Covid-19 dan perang antara Ukraina dan Rusia sangat mempengaruhi pasar ekspor industri mebel dan kerajinan tanah air. Meski demikian, Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) optimistis pada 2024 bisa mencapai nilai ekspor hingga 5 miliar Dolar.

“Tampaknya tahun ini kami memiliki proyeksi kenaikan 8 hingga 9 persen sangat baik. Menyikapi kondisi global yang terjadi teman-teman harus melihat ruang baru yang lebih spesifik," kata Abdul Sobul, Ketua Umum Presidium Himki, kepada wartawan saat Rakernas Himki, Rabu (22/2/2023).

Ruang pasar baru yang disebut Abdul adalah Emerging Market, yaitu pasar-pasar baru yang sebelumnya bukan merupakan target utama ekspor mebel tanah air. Beberapa negara tersebut adalah India, Afrika Selatan, Argentina dan Kanada.

"Kita harus coba, mungkin agak terlambat tapi satu kemungkinan yang dapat kita lakukan adalah mengarahkan pasar kita di ekspor dan tetap menjaga pasar dalam negeri," ujarnya.

Selain meningkatkan kapasitas dengan mengikuti standar yang ditetapkan dunia internasional melalui penerapan teknologi, pihaknya juga terus memastikan sumber daya alam yang berkelanjutan. Produk dari Indonesia syarat-syaratnya sudah mendukung untuk anti-deforestasi.

"Jadi ini adalah negosiasi luar negeri yang harus kita dorong dan terus kita perjuangkan, karena memang tidak mudah. Dunia internasional kini ingin memastikan detail legalitas sumber alam untuk produksi mebel dan kerajinan," jelasnya.

"Kita akan meyakinkan bahwa sudah melaksanakan tertib lingkungan. Barang kita adalah barang yang didapat dengan cara yang halal, yang baik. Dengan begitu target evaluasi dari 9 persen dan 13 persen akan berpengaruh ke angka 5 miliar USD tersebut," tambahnya.

Sementara itu, Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kemenperin, Merrijantij Punguan Pintaria, mengungkapkan pemerintah melalui Kementerian Perindustrian mengeluarkan anggaran minimal Rp 7,5 miliar untuk restrukturisasi penggunaan teknologi terkini. Anggaran tersebut diberikan untuk memacu peningkatan produksi industri mebel di Indonesia.

"Untuk meningkatkan kapasitas dalam rangka mencapai target ekspor 5 miliar itu perlu meningkatkan produktivitas. Mereka butuh alat-alat yang baru, yang baru itu kita dukung apabila dilengkapi dengan sertifikat TKDN jadi itu ada kemungkinan bisa mendapat (sudsidi) sampai dengan 30 persen," paparnya.

Selain itu, inovasi desain juga merupakan hal penting bagi dunia industri, apalagi mereka yang menyasar pasar internasional. Tahun kemarin, lanjut Merri, ada 4 perusahaan yang mengikuti program konsep desain.

"Mereka menyertakan satu desain di masing-masing perusahaan untuk membantu perusahaan tersebut agar mendesain satu yang menurut mereka bisa menguasai pasar, bisa diminati oleh pasar," tandasnya. (*)