Gerakan Sekolah Menyenangkan Dipantau di Smart Room

Gerakan Sekolah Menyenangkan Dipantau di Smart Room

KORANBERNAS.ID -- Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman memantau pelaksanaan Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) melalui teleconference di Smart Room, Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Sleman, Kamis (7/11/2019). Pantauan ini dipimpin langsung oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Sleman, Sumadi, dan Wakil Ketua Komisi D DPRD, Raudi Akmal, serta Kepala Disdik Kabupaten Sleman, Sri Wantini, berikut pejabat di nlingkup Pemkab Sleman.
 

Kepala Disdik Kabupaten Sleman, Sri Wantini, menjelaskan pantauan ini dilaksanakan untuk mengetahui secara langsung pelaksanaan GSM di Kabupaten Sleman. Ada delapan sekolah yang dipantau melalui teleconference ini, yaitu SDN Karangmloko 2 Ngaglik, SDN Banyurejo 2 Tempel, SDN Karangnongko 1 Kalasan, SDN Turi 3, SDN Purworejo Pakem, SMPN 2 Sleman, SMPN 2 Godean dan SMPN 4 Prambanan.
 

“Kegiatan ini dilaksanakan sebagai strategi percepatan perwujudan pendidikan berkualitas di Kabupaten Sleman,” jelas Sri Wantini
 

Dia mnambahkan, saat ini di Kabupaten Sleman terdapat 25 sekolah model GSM yang terdiri dari 17 SD dan 8 SMP. GSM merupakan transformasi proses belajar mengajar seperti lingkungan yang memberi ruang pengembangan fisik dan emosi, cara mengajar guru, kenyamanan sekolah serta pengembangan karakter.
 

Sedangkan Sekda Sleman, Sumadi, menuturkan bahwa GSM merupakan salah satu upaya Pemkab Sleman untuk meningkatkan mutu pendidikan. Tujuan GSM yaitu menyiapkan lingkungan sekolah agar proses pendidikan berjalan menyenangkan.
 

“Kalau anak-anak datang ke sekolah dengan perasaan senang, diharapkan potensi-potensi yang ada pada anak baik pendidikan karakter, integritas, minat bakat, aspek komunikasi, relasi dan lainnya dapat muncul dan dikembangkan di sekolah,” kata Sumadi.
 

Menurut Sumadi, GSM di Kabupaten Sleman saat ini memasuki tahap ujicoba. Jika berhasil, gerakan ini akan diterapkan di seluruh sekolah di Kabupaten Sleman.
 

“Dengan GSM, siswa datang sekolah bukan karena keterpaksaan, tapi karena mereka sudah merasa senang untuk ke sekolah. Program ini melibatkan peran guru, siswa aktif dan juga peran orang tua,” ujarnya. (eru)