Gerakan Di Rumah Saja, Juru Parkir Keluhkan Penghasilan Turun

Gerakan Di Rumah Saja, Juru Parkir Keluhkan Penghasilan Turun

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO – Alun-alun Purworejo masih digunakan untuk aktivitas olah raga oleh sebagian warga pada hari kedua Gerakan Di Rumah Saja, Minggu (7/2/2021). Namun, jumlah pelaku olah raga tak sebanyak biasanya.

"Setiap minggu saya rutin olah raga. Kalau tidak, badan terasa sakit dan pegal-pegal. Setelah selesai olahraga saya langsung pulang dan di rumah saja," kata Ribut (53), seorang pejalan kaki asal Semarang saat ditemui sedang olah raga jalan kaki mengelilingi alun-alun.

Ribut yang sedang bertandang ke rumah famili di Purworejo mengatakan sangat mendukung program Gubernur Jateng tersebut. "Saya juga mematuhi protokol kesehatan dengan pola 5M, yaitu mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas," kata Ribut.

Hal senada juga diungkapkan Nur Asih (56), warga Loano, yang sengaja datang ke alun-alun untuk olah raga jalan kaki. "Pagi ini saya kedinginan, maka minta diantar suami ke alun-alun untuk jalan kaki sekalian nanti mau ke pasar," ujar ibu 3 anak tersebut.

Nur, sapaan akrabnya, mengaku merasa lebih sehat dan bugar setelah berkeringat akibat aktivitas jalan kaki mengelilingi Alun-alun Purworejo.

Suasana alun-alun Purworejo, Minggu (7/2/2021) tampak lengang. Hanya ada beberapa buah sepeda motor yang terparkir. Juru parkir seputar alun-alun, Nur Cahyo, kepada koranbernas.id mengeluhkan sepinya kendaran yang parkir di kawasan alun-alun pada week end kali ini.

"Biasanya Sabtu dan Minggu parkiran ramai, namun dalam Gerakan Di Rumah Saja otomatis parkiran sepi dan saya tidak mendapatkan penghasilan. Saya itu mencari uang sehari untuk mencukupi kebutuhan keluarga sehari," terang Nur Cahyo.

Bapak 2 anak tersebut menuturkan, biasanya pada Sabtu dan Minggu menjatah istri bisa sekitar Rp 70 ribu hingga Rp 80 ribu. Itu sudah termasuk setoran sebesar Rp 25.000. Namun dalam week end minggu ini ia tidak mendapatkan penghasilan.

"Saya siap mendukung program pemerintah, tapi tolong nasib saya diperhatikan. Saya mau di rumah saja, (tapi) tolong saya mendapat kompensasi, misalnya Rp 50 ribu sehari. Itu bisa untuk menopang kebutuhan dapur," katanya.

Dalam 2 hari terakhir dirinya tetap bekerja sebagai tukang parkir, otomatis dia tetap harus setor ke Dinas. "Hari ini pun walaupun sepi saya tetap harus memberikan setoran parkir, karena tidak ada ketentuan untuk libur," kata warga Kelurahan Sindurjan tersebut. (*)