Euforia Turun Level PPKM, Gelombang Ketiga Pandemi di Depan Mata

Euforia Turun Level PPKM, Gelombang Ketiga Pandemi di Depan Mata

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Penurunan tren kasus Covid-19, termasuk di DIY, membuat masyarakat menjadi lalai dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes). Masyarakat pun euforia untuk kembali beraktivitas yang tanpa mengindahkan potensi penularan Covid-19 karena angka terkonfirmasi positif terus saja turun.

Apalagi sejumlah daerah sudah masuk Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 2. DIY pun dimungkinkan juga akan menerapkan kebijakan yang sama pekan depan.

Bila tidak ada upaya pembatasan mobilitas, maka gelombang ketiga pandemi yang dikhawatirkan banyak pihak, akan benar-benar terjadi dalam waktu dekat. Apalagi saat ini mobilitas masyarakat sulit dibendung seiring pembukaan sektor pariwisata.

"Masyarakat harus berhati-hati dengan pembukaan wisata yang terjadi dan euforia penurunan kasus Covid-19 yang rentan mengabaikan prokes sekaran ini. Bisa saja terjadi gelombang ketiga [penularan Covid-19]," ungkap Prof dr Hamam Hadi MS ScD SpGK, pakar kesehatan sekaligus Rektor Universitas Alma Ata (UAA) Yogyakarta, di sela Konferensi Internasional The 3rd APHNI 2021: "Health Improvement Strategies Within and Post Covid-19 Pandemic” di kampus setempat, Kamis (14/10/2021).

Untuk mengantisipasi potensi munculnya gelombang ketiga, menurut Hamam, ada beberapa indikator yang harus diperhatikan. Yang pertama, peningkatan cakupan vaksinasi masyarakat. Vaksinasi ini penting diberikan agar muncul kekebalan komunal di masyarakat.

Saat ini capaian vaksinasi di tingkat nasional baru mencapai sekitar 5 persen dari target jumlah penduduk untuk dosis pertama. Sedangkan untuk dosis kedua baru sekitar 29 persen.

Di DIY, capaian vaksinasi masyarakat untuk dosis pertama memang sudah lebih dari 70 persen. Namun tetap saja perlu terus ditingkatkan sesuai target yang diharapkan.

"Percepatan vaksinasi ini perlu terus dilakukan di semua kabupaten/kota agar masyarakat memiliki kekebalan terhadap virus," ujarnya.

Selain vaksinasi, pemerintah perlu memperhatikan varian-varian baru Covid-19. Sebab tidak diketahui potensi penularan dari varian-varian tersebut, apakah lebih membahayakan atau kebalikannya.

Berdasarkan pada pengalaman saat varian Delta muncul, kasus Covid-19 di Indonesia, termasuk di DIY, mengalami lonjakan yang signifikan. Jangan sampai nantinya pemerintah kecolongan bila muncul varian-varian baru yang berbahaya.

"Kemungkinan varian baru yang datang dari luar. Misalnya karena negara tetangga kita, Singapura, masih tinggi. Kalau kita begitu bebas, dibuka penerbangan antar negara, maka besar kemungkinan pemerintah kecolongan dan adanya gelombang ketiga bisa lebih besar lagi," tandasnya.

Untuk itu diharapkan pemerintah, baik pusat maupun daerah, hati-hati dalam membuat kebijakan. Jangan sampai pelonggaran mobilitas masyarakat saat ini menimbulkan persoalan baru.

Termasuk kebijakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolah maupun perguruan tinggi. Jangan sampai dibukanya sekolah dan kampus tanpa kehati-hatian akan menimbulkan klaster baru penularan Covid-19.

PTM bisa saja digelar dalam lingkungan yang homogen dan kecil. Sekolah maupun kampus pun harus memastikan prokes, tidak hanya siswa namun juga orangtua.

"Secara prinsip saya berpegang pada pembukaan pembelajaran harus kedepankan aspek keselamatan," imbuhnya. (*)