Ekspansi Militer China, Dampak terhadap Stabilitas Regional
EKSPANSI militer China yang terus berlangsung telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan negara-negara di Asia Tenggara. Meskipun Beijing telah menegaskan bahwa upaya militernya tidak bertujuan untuk mengambil alih wilayah lain, namun aksi-aksi seperti pembangunan pulau-pulau buatan di Laut China Selatan dan meningkatnya kehadiran kapal perang China di wilayah tersebut telah menimbulkan kecurigaan.
Negara-negara seperti Filipina, Vietnam, dan Indonesia yang memiliki wilayah di Laut China Selatan telah mengeluhkan tindakan China yang dinilai sebagai penghambat kebebasan navigasi di wilayah tersebut. Hal ini juga berpotensi mengganggu stabilitas regional, karena negara-negara lain yang memiliki kepentingan di Laut China Selatan seperti Jepang dan Amerika Serikat juga terlibat dalam konflik tersebut.
Menurut laporan dari The Diplomat (https://thediplomat.com/2018/05/the-south-china-sea-dispute-is-about-more-than-just-territory/), ekspansi militer China juga menimbulkan kekhawatiran terkait dengan keamanan energi di wilayah tersebut. Laut China Selatan merupakan salah satu jalur transportasi minyak dan gas dunia yang penting, sehingga konflik di wilayah tersebut dapat mempengaruhi pasokan energi global.
Di sisi lain, China juga telah menunjukkan kepedulian terhadap stabilitas regional dengan terlibat dalam berbagai forum dialog di kawasan seperti ASEAN dan Shangri-La Dialogue. Namun, tindakan-tindakan yang terus dilakukan oleh Beijing di Laut China Selatan membuat negara-negara lain merasa tidak nyaman dan meragukan sikap China terkait stabilitas regional.
Oleh karena itu, penting bagi China untuk terus memperjelas tujuan dan sikapnya, terkait ekspansi militernya di Laut China Selatan, agar tidak menimbulkan kekhawatiran dan memperkuat kepercayaan negara-negara lain terhadap stabilitas regional. China juga harus terus memberikan kontribusi positif terhadap forum dialog regional dan bersikap adil dalam menyelesaikan konflik yang terjadi di wilayah tersebut.
Selain membangun pulau-pulau buatan di Laut China Selatan, China juga telah meningkatkan kehadiran kapal perangnya di wilayah tersebut. Menurut laporan dari CNN (https://www.cnn.com/2019/01/07/asia/china-south-china-sea-intl-hnk/index.html), pada tahun 2018 saja China telah melakukan sekitar 800 misi militer di Laut China Selatan, yang terdiri dari latihan militer, patroling, dan manuver militer.
Hal ini tentunya menambah kekhawatiran negara-negara di Asia Tenggara terkait dengan tujuan China dalam ekspansi militernya. Sebagai negara besar di Asia, China tentunya memiliki kepentingan tersendiri dalam mengamankan wilayah yang menjadi sumber daya alamnya. Namun, China juga harus memahami bahwa Laut China Selatan merupakan wilayah yang strategis bagi negara-negara lain di kawasan tersebut, sehingga harus ada kesepakatan bersama untuk menjamin stabilitas di wilayah tersebut.
Untuk menjaga stabilitas regional, China juga harus terus terlibat dalam forum dialog di kawasan seperti ASEAN dan Shangri-La Dialogue. Pada forum-forum tersebut, China dapat menyampaikan tujuan dan sikapnya terkait dengan ekspansi militernya di Laut China Selatan, serta memberikan kontribusi positif dalam menyelesaikan konflik yang terjadi di wilayah tersebut.
Selain itu, China juga harus bersikap adil dalam menyelesaikan konflik dengan negara-negara lain di Laut China Selatan. Beijing tidak boleh hanya mengutamakan kepentingan nasionalnya sendiri, tetapi harus memperhatikan kepentingan negara-negara lain yang terlibat dalam konflik tersebut. Hal ini dapat memperkuat kepercayaan negara-negara lain terhadap sikap China terkait stabilitas regional.
Dengan demikian, ekspansi militer China di Laut China Selatan tidak harus menjadi sumber konflik, tetapi dapat menjadi kesempatan untuk memperkuat hubungan dan kerja sama kawasan. China harus terus menunjukkan sikap terbuka dan bersikap adil dalam menyelesaikan konflik di wilayah tersebut, serta terus terlibat dalam forum dialog regional untuk menjamin stabilitas di kawasan. **
Shafa Azzura
Mahasiswa Prodi Hubungan Internasional Fisipol UMY.