Dokter Memotong Usus Besarnya

Dokter Memotong Usus Besarnya

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- "Mak kowe sing sabar ya. Duwe anak kaya aku," (Mak yang sabar ya punya anak seperti saya).

Kalimat itu tiba-tiba terucap dari mulut Dany Fajar Pamungkas sambil memeluk dan menciumi ibunya. Keduanya bertangisan.

"Manah kula kados dipun iris-iris," (Hati saya seperti diiris-iris), kata Ny Sri Pamuji, sang ibu.

Untuk meredakan perasaan Dany, dia bilang semoga hanya Dany yang menderita sakit seperti itu. Anak cucu jangan sampai mendapat cobaan yang sama.

Hal itu diceritakan Ny Sri kepada koranbernas.id, Senin (28/10/2019), saat menjenguk Dany di Bangsal Cendana 4 RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.

Kenapa Dany berkata seperti itu? "Saya kasihan sama ibu juga bapak yang setia menunggui saya di rumah sakit, dan 17 tahun dengan penuh kasih mengurusi saya" kata Dany.

Apalagi dia paham betul, kondisi ibunya yang sakit persendian. Kakinya bengkak dan susah untuk jalan. Ditambah badannya memang gemuk.

Sejak dua hari sebelum operasi, ibunya hanya duduk di samping tempat tidur Dany. Untuk ke kamar mandi yang dekat dengan kamar Dany pun susah.

Sebagaimana diberitakan koranbernas.id Kamis 17 Oktober 2019 (Selama 17 Tahun Pemuda Ini Hidup dengan Anus Buatan), operasi pemulihan memfungsikan anus asli berlangsung 15 Oktober 2019.

Alhamdulillah, dua hari setelah operasi pemuda berusia 18 tahun asal Ironanggan Cawas Klaten itu bisa buang air besar (BAB) melalui anus aslinya.

Kata ibunya, memang hanya sedikit karena makannya juga sedikit. "Rasanya sakit. Perih sekali baik di luka jahitan bekas anus buatan maupun di dalam," kata Dany yang masih tergolek lemas.

Untuk menormalkan kembali, dokter memotong usus besarnya.

Dany mengaku sudah lupa rasa mengejan setelah 17 tahun tidak pernah merasakannya. Anusnya tidak berfungsi.

Rasa sakit luar biasa dirasakan Dany, tetapi menurut Ny Sri maupun ayahnya, Tugiyo Rantoutomo, anak bungsunya itu memang termasuk tahan menderita sakit.

Ibunya minta banyak istighfar dan mohon Allah SWT meringankan penderitaannya setiap rasa sakit itu mengusik ketenangannya.

Ibunya mengakui, anaknya mendapatkan support moral dr Sofia serta dr Dewi dari tim dokter.

Keduanya menyemangati Dany untuk makan jatah ransum dari RS agar badan kuat. Semua sudah diperhitungkan kandungan vitamin dan nutrisi untuk asupan makan bagi Dany.

Beberapa hari setelah bisa BAB, tiba-tiba macet dua hari. Dany pun harus menjalani irigasi. "Sakit juga rasanya diirigasi" kata Dany.

Ditambah lagi perutnya kembung tapi dokter segera mengatasinya. Setiap ada keluhan segera dokter mengatasinya.

"Kami betul-betul merasakan pelayanan yang luar biasa. Terima kasih sekali kepada tim dokter yang sudah bekerja luar biasa untuk kesembuhan anak saya. Juga pada RSUP Dr Sardjito,” kata Ny Sri didampingi suaminya.

Tidak dibayangkan

Dany yang secara spontan minta pada emaknya untuk dioperasi, mengaku tidak memperkirakan rasa sakit luar biasa pascaoperasi. Tidak seperti dibayangkan.

Tetapi dia menyadari hal itu harus dijalani demi masa depannya yang masih sangat panjang. Agar bisa hidup normal seperti orang lain. Tidak direpotkan BAB melalui anus buatan di lambung yang baunya bisa mengganggu orang di dekatnya.

Karena anus buatan ini pula yang menggugurkan harapan Dany untuk bisa menjadi anggota Paskibraka. Pada skrining di Semarang Dany harus mengakui kondisi fisiknya menghalangi.

Kini Dany sudah belajar duduk. Bahkan belajar jalan meski hanya beberapa langkah. Biasanya saat sprei tengah diganti, dia memanfaatkan untuk belajar jalan.

Awalnya memang masih belum stabil, sambil pegangan tempat tidur. Sekarang sudah lumayan, secara bertahap dia harus membiasakan.

Dany sangat berharap, derita panjangnya ini akan berakhir dengan menggembirakan pada saatnya nanti.

Ini merupakan operasi keempat kalinya. Operasi pertama berlangsung 4 Januari 2002 saat dia mendapat anus buatan.

Anak muda lulusan STM di Pedan Klaten ini punya obsesi, kelak kalau sembuh ingin kuliah di Bogor, tempat dua kakaknya bermukim. Sekalian ingin membuka kedai kopi karena dia ingin jadi peracik kopi yang andal.

"Thole ini kalau meracik kopi enak sekali," kata Ny Sri. Banyak pujian atas racikan kopinya bagi orang yang pernah merasakannya. Belajar dari mana? Menurut Dany dia belajar secara otodidak.

Meskipun untuk mencapai ke sana masih butuh waktu panjang. Dia menyadari pascaoperasi ini dia masih harus menjalani perawatan mandiri di rumah. Juga kontrol sesuai jadwal.

Dia berjanji akan tertib menjalani semua perintah dan larangan dokter lantaran dia ingin segera pulih

"Mohon doa restunya," kata Dany.

Wajahnya masih murung, senyumnya masih tersembunyi lantaran dia masih harus menahan sakit luar biasa. (*)