DIY Perlu Memikirkan Sentra Vaksin Permanen

DIY Perlu Memikirkan Sentra Vaksin Permanen

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA—DIY dinilai sudah saatnya mulai memikirkan ketersediaan sentra-sentra vaksin permanen, untuk melayani masyarakat yang ingin mendapatkan vaksin Covid-19. Dengan adanya sentra vaksin permanen, pelayanan vaksinasi ke masyarakat diharapkan akan lebih nyaman dan baik serta manusiawi.

Di tengah acara penutupan Vaksinasi Merdeka KOWANI-Vaksin Wisata di Balai Shinta Kompleks Gedung Mandala Bhakti Wanitatama Yogyakarta, Ketua YHI - KOWANI Prof. Wiendu Nuryanti, M.Arch. PhD mengatakan, YHI sendiri siap menyediakan tempat bagi keberadaan sentra vaksin permanen.

“Harapan kami, harusnya setelah kasusnya nanti mulai turun, DIY harus punya sentra vaksin permanen. Kami YHI siap menyediakan tempat untuk sentra vaksin permanen itu. Tapi sudah tentu kami tidak bisa sendirian. Perlu kerjasama dengan instansi lain khususnya dinas terkait. Karena untuk menjadi sentra vaksin permanen kan butuh tenaga kesehatan, butuh vaksinnya juga,” kata Wiendu, Rabu (1/9/2021).

Dengan keberadaan sentra vaksin permanen, nantinya masyarakat akan mudah mendapatkan layanan vaksin. Baik dosis pertama maupun dosis lanjutan. Mereka juga bisa lebih mudah mengakses layanan vaksin, karena setiap saat pada jam kerja mereka bisa datang ke sentra vaksin permanen untuk mendapatkan vaksin.

“Saya kira vaksinasi massal seperti yang 3 hari ini kami lakukan, bukan cara terbaik untuk jangka panjang. Pada saatnya nanti harus diganti dengan sentra vaksin permanen tadi. Kasihan sekali masyarakat yang ingin vaksin harus antre panjang, berpanas-panasan. Selain itu, dari sisi panitia juga tidak mudah lho. Untuk menyelenggarakan vaksinasi massal ini persiapan kami 2 minggu. Harus masang tenda, nyiapin kursi yang banyak dan lain sebagainya,” katanya.

Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo menyambut gagasan ini. Dia mengatakan, memang tidak mungkin untuk seterusnya mengadakan kegiatan vaksinasi massal. Vaksinasi massal, menurut Singgih, idealnya dilakukan hanya dalam kondisi yang mengharuskan percepatan vaksinasi ke masyarakat.

“Perlu dipikirkan secara matang lintas instansi. Perlu dihitung benar berapa idealnya sentra vaksinasi permanen yang kita punya. Juga seperti apa dukungan dari instansi-instansi terkait nantinya,” kata Singgih.

Wiendu menambahkan, vaksinasi massal ini berlangsung selama 3 hari sejak 30 Agustus lalu. Kegiatan ini diselenggarakan kerjasama antara YHI-KOWANI, Dinas Pariwisata DIY, Yayasan Seri Derma, Kementerian Kesehatan RI, Dinas Kesehatan DIY, GIPI, Dana keistimewaan DIY, Ikatan Bidan Indonesia, Stuppa Indonesia, BPJS Kesehatan, FPPI DIY, Lions Clubs Yogyakarta Puspita Mataram, Enesis group, serta Bank BPD DIY.

Selama 3 hari, panitia menyediakan kuota 3.000 ampul vaksin, dengan sasaran penerima vaksin adalah keluarga organisasi wanita dan para pekerja wisata serta masyarakat umum.

Sinergi antara wisata dan wanita ini, kata Wiendu, amat sentral, karena pariwisata merupakan sektor pilar di DIY dan nasional. Sedangkan pekerja wisata di DIY mencapai lebih dari 68 % adalah para wanita.

“Kami ikut ambil bagian dalam program vaksinasi untuk mendukung program pemerintah, guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19 agar bisa segera mencapai masyarakat tervaksin 80 %. Angka tersebut akan menjadi indikasi penting bagi penyiapan roda ekonomi bergulir kembali normal,” kata Wiendu.

Wiendu menggarisbawahi pentingnya upaya ini perlu terus dilakukan secara konsisten dan cepat untuk segera membentuk herd immunity yang semakin luas dan kuat bagi masyarakat Yogyakarta dan khususnya masyarakat pariwisata. Ini penting agar kegiatan pariwisata dan ekonomi kreatif yang merupakan pilar penting perekonomian Yogyakarta segera pulih dan tumbuh kembali.

Salah satu peserta vaksin, Tutik, mengaku senang. Dia mengaku lega lantaran bisa membawa serta sejumlah karyawan untuk mendapatkan vaksin Covid-19. Ditemui usai vaksin, Tutik mengatakan sudah cukup lama memendam keinginan untuk mengikutkan karyawan dalam program vaksinasi. Tapi niat itu tidak kunjung terealisir lantaran arat-rata vaksinasi massal diwarnai dengan antrean yang panjang.

Produsen bakpia di wilayah Gamping ini, merasa perlu untuk ikut vaksin dan mengikutsertakan karyawannya vaksin. Sebagai pengusaha di bidang kuliner, Tutik merasa perlu memastikan semua karyawan lebih terlindungi dari ancaman paparan Covid-19.

“Aktivitas kami kan tiap hari bersentuhan dengan pelayanan ke orang banyak. Jadi rasanya lebih aman dan nyaman, kalau semua sudah ikut vaksin. Minimal kami lebih tenang dan lebih kuat terhadap ancaman Covid-19,” katanya. (*)