Digelar Pameran Foto Nostalgia di ISI Yogyakarta

Ditampilkan ratusan karya. Pameran dikuratori oleh Wahyudin dan FX Damarjati.

Digelar Pameran Foto Nostalgia di ISI Yogyakarta
Pameran foto Nostalgia the Present Retro Plus +. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, BANTUL – Program Studi (Prodi) Fotografi bersama Ikatan Alumni Prodi Fotografi Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta menyelenggarakan pameran foto Nostalgia the Present Retro Plus +. Pameran yang dibuka, Senin (4/3/2024), di Galeri RJ Katamsi itu dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-75 Prof Drs Soeprapto Soedjono MFA Ph D.

“Pameran ini menjadi momentum untuk memperingati prestasi akademis, penelitian dan pengabdian masyarakat yang telah dibawa Prof Soeprapto Soedjono di bidang akademis,” ungkap Nino, humas kegiatan tersebut.

Selain pameran, digelar simposium Photography as Contemporary Art, foto kritik dan kritik foto Institusi Seni dan Fotografi, pada 3 Maret 2024 di Concert Hall ISI Yogyakarta.

Panitia memamerkan karya ilmiah dan seni yang menyoroti proyek penelitian terkini, publikasi terkemuka serta karya seni dari Prof Soeprapto Soedjono beserta kolega.

“Pameran ini membuka pintu bagi mahasiswa, staf dan masyarakat umum untuk mengeksplorasi kontribusi beragam yang telah diberikan oleh Prof Soeprapto Soedjono dalam berbagai disiplin ilmu,” kata dia.

ARTIKEL LAINNYA: Kisah Secogendero Sang Prajurit Majapahit yang Menetap di Jodog Bantul

Ditampilkan ratusan karya. Pameran dikuratori oleh Wahyudin dan FX Damarjati.

Oei Hong Djien saat membuka pameran berharap seniman-seniman muda meneladani seniman yang lebih tua dengan konsisten berkarya hingga usia senja.

Sedangkan Simposium Akademis Photography as Contemporary Art dihadiri pembicara Dr Irwandi M Sn, Arbain Rambey, Sigit Purnomo Emmanuel, Eddy Prakoso, Empu Ageng Oscar Motuloh, Prof Sardono W Kusumo, Wahyudin, Dr Suwarno Wisetrotomo M Hum, Dr R Drajatno Widi Utama MSi dengan Keynote Speaker Goenawan Moehamad dan opening dari Sekretaris Utama Kemenparekraf, Ni Wayan Giri Adnyani.

Dalam kesempatan itu Prof Sardono Wahyudin Kusumo menjelaskan fungsi dan guna sekolah seni, hendaknya memiliki kemurnian untuk menciptakan seniman-seniman andal agar mampu menciptakan karya seni yang lebih kreatif sesuai dengan kemajuan zaman.

Para pemateri juga memberikan gambaran bahwa Indonesia tidak boleh tertinggal dari sisi terobosan berkesenian khususnya yang bersangkutan dengan media rekam. Indonesia saat ini sudah menjadi barometer perkembangan seni dunia. (*)