Didik Nini Thowok Rayakan 50 Tahun Berkarya, Bawa Pesan Totalitas dan Dedikasi dalam Seni

Didik Nini Thowok menekankan pentingnya totalitas dalam mempelajari seni

Didik Nini Thowok Rayakan 50 Tahun Berkarya, Bawa Pesan Totalitas dan Dedikasi dalam Seni
Maestro tari Indonesia, Didik Nini Thowok. (muhammad zukhronnee ms/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA–Maestro tari Indonesia, Didik Nini Thowok, memperingati 50 tahun pengabdiannya di dunia seni melalui gelaran bertaraf internasional Kridha Panca Dasa Warsa. Acara yang berlangsung pada 6-8 Desember 2024 di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta ini menjadi panggung kolaborasi seni tradisional dari berbagai daerah di Indonesia dan negara lain, dengan tujuan mengangkat seni budaya Nusantara ke pentas global.

Dalam refleksi 50 tahun perjalanan kariernya, Didik Nini Thowok menekankan pentingnya totalitas dalam mempelajari seni. 

“Kalau bicara tentang refleksi 50 tahun berkarya, intinya adalah bahwa kita harus belajar dari berbagai seni dengan totalitas. Pesan saya untuk generasi muda, kalau ingin belajar seni, harus benar-benar total dan serius,” ujarDidik Nini Thowok saat ditemui saat persiapan Pergelaran Seni Pertunjukan dalam rangka memperingati dan merayakan 50 tahun Didik Nini Thowok Berkarya pada Rabu (4/12/2024) di Sanggar Manisrengga.

Menurutnya, seni adalah kekayaan luar biasa yang membutuhkan dedikasi mendalam. Belajar apa pun, baik tari, musik, maupun seni lainnya, itu adalah kekayaan yang luar biasa. 

“Misalnya, nanti saya akan tampil menari Bali, berkolaborasi dengan Bu Dewi dan Pak Bambang. Kami akan memadukan tarian Serimpi dengan unsur-unsur Reog Ponorogo,” jelas Didik.

Rangkaian Acara dan Filosofi Seni

Didik juga menyoroti pentingnya menghilangkan ego dalam seni. “Dalam seni, kita harus menghilangkan ego. Ketika mengekspresikan karakter, kita harus menyatu sepenuhnya dengan seni tersebut. Jika masih ada ego, maka karya kita tidak akan maksimal,” tambahnya.

Ia menyebut filosofi seni tari seperti "sengguh ora mingku" (percaya diri tanpa arogan) sebagai prinsip utama bagi seorang seniman. Ketika mencapai itu, ego dalam diri akan hilang dan karya seni menjadi lebih tulus.

Sebagai bagian dari acara, Didik akan berkolaborasi dengan seniman lain, seperti dalam tari Beksan Wanara, serta menyaksikan Topeng Cirebon yang akan dibawakan oleh dosennya di Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI). 

“Pak Hendro adalah sosok luar biasa. Beliau mengajarkan banyak hal, termasuk pentingnya melestarikan seni tradisional dengan dedikasi penuh,” kenang Didik.

Selain itu, Didik menekankan bahwa seni harus dipahami lebih dalam. Pengalaman 50 tahun berkarya ini mengajarkan bahwa seni harus dipahami dari sejarah dan filosofinya, bukan hanya dari permukaannya saja. 

“Banyak generasi muda sekarang hanya mempelajari kulitnya tanpa memahami esensi dari seni tersebut,” ujar Didik dengan nada serius.

Melalui acara ini, Didik Nini Thowok berharap seni pertunjukan tradisional Indonesia tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga terus berkembang dan dikenal di tingkat global. “Seni itu adalah pengabdian,” tutup Didik, mengutip nasihat dari salah satu gurunya.

Ketua Panitia Kridha Panca Dasa Warsa, Bambang Pudjasworo, menyatakan acara ini tidak hanya merayakan dedikasi Didik Nini Thowok, tetapi juga bertujuan memperluas apresiasi terhadap seni tradisional. 

“Dedikasi beliau selama 50 tahun sangat menginspirasi. Melalui acara ini, kami ingin masyarakat lebih mengenal kekayaan seni budaya Indonesia dan memperkuat jejaring seni di tingkat nasional dan internasional,” katanya.

Rangkaian Acara, 6 Desember 2024 – Pertunjukan Sahabat Nusantara menampilkan tarian dari berbagai daerah di Indonesia. 7 Desember 2024 – Kolaborasi seni ketoprak, wayang Po Te Hi, dan opera China dan pada 8 Desember 2024 – Pergelaran Tari Sahabat Internasional yang melibatkan seniman dari Asia, Eropa, dan Amerika. (*)