Di Era Internet, Morse Tetap Dibutuhkan

Di Era Internet, Morse Tetap Dibutuhkan

KORANBERNAS.ID, BANTUL--Gugus Depan Bantul 17043-17044 yang berpangkalan di MTs Negeri 3 Bantul, menggelar Pembekalan dan Pelantikan Dewan Penggalang di Kompleks Madrasah dan Sanggar Pramuka Among Budaya Wukirsari Imogiri.

Koordinator Pramuka sekaligus Staf Kesiswaan, Drs Sutanto dalam rilis yang dikirim ke koranbernas.id, Minggu (14/11/2021) menjelaskan, kegiatan diikuti 20 peserta terdiri 10 laki-laki dan 10 perempuan.

“Kita melaksanakan kegiatan, Sabtu (13/11/2021) kemarin. Tujuannya dalam upaya memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan pramuka bagi peserta,” kata Sutanto.

Kegiatan berlangsung sehari, menghadirkan pemateri yang semuanya adalah Andalan Cabang Kwarcab Bantul. Aslan Hadi menyajikan materi Komunikasi Lapangan, Hery Purnomo dengan materi Syarat Kecakapan Umum (SKU), Syarat Kecakapan Khusus (SKK) dan Pramuka Garuda, sedangkan Totok Susilo Broto mengkahiri dengan materi PBB Tongkat dan Pionering.

“Sengaja kami menghadirkan pemateri dari Kwarcab Bantul. Harapannya, dengan kualitas mereka selaku andalan yang sudah banyak makan asam garam di dunia pramuka, dapat mudah diserap oleh peserta,” terang Sutanto yang juga merupakan Andalan Kwarcab.

Peserta lebih banyak diberikan hal yang bersifat praktis dan sedikit teori, agar peserta tidak gagap saatnya nanti membantu pembina dalam latihan rutin. Materi komunikasi lapangan berupa morse dan semaphore.

Morse merupakan isyarat dalam bentuk kode gabungan antara titik dan strip yang mewakili semua angka, huruf dan tanda baca, yang diciptakan ahli teknologi Amerika, Samuel Finley Breese Morse. Pada tahun 1851 dipergunakan secara internasional.

“Meski sudah era internet, morse masih diperlukan terutama dalam keadaan darurat, tidak tergantung kepada alat dan tempat,” ujar Aslan.

Pengenalan morse dilakukan dengan bendera, lampu dan tulisan, setelah diawali dengan pengenalan huruf dan angka serta cara pengiriman pesan. Untuk semaphore menggunakan piranti dua buah bendera berukuran 45 cm persegi dengan warna yang lazim merah/kuning, ditautkan pada tongkat ukuran 60 cm.

Meski isyarat ini hanya dapat digunakan di waktu siang dengan jarak dekat, namun komunikasi dengan semaphore lebih cepat dan mudah dilakukan. SKU sebagai sarana untuk mencapai tingkatan pramuka sesuai golongan yang disampaikan Hery Purnomo disambut antusias. Mereka dengan penuh semangat mengajukan pertanyaan seputar tahap pencapaian tanda kecakapan umum, tanda kecakapan khusus sampai proses pencapaian pramuka garuda.

Hery yang membidangi urusan percepatan pramuka garuda berhasil memberikan motivasi kepada peserta sehingga materi yang disampaikan menumbuhkan semangat dari seluruh dewan penggalang.

Di sesi terakhir, Totok Susilo Broto memberikan pelatihan baris berbaris dengan sarana tongkat dan pionering. Diawali dengan cara memegang tongkat serta sikap badan yang benar dalam berbaris. Diteruskan dengan gerakan dasar seperti posisi sikap sempurna, istirahat di tempat, penghormatan, hadap kanan, hadap kiri, balik kanan, serta berpindah tempat.

Untuk pionering langsung dipraktikkan aneka macam simpul, seperti simpul pangkal, jangkar, anyam, anyam berganda, rantai, topi. Tak lupa dilatih membuat kerangka tenda sebagai persiapan sewaktu waktu melaksanakan perkemahan.

Di akhir kegiatan, dilakukan pengukuhan pengurus dewan penggalang oleh Sutanto dengan mengucapkan Tri Satya sebagai janji seorang pramuka. Pada saat ulang janji, bendera merah putih ditempelkan di dada sebelah kiri sebagai komitmen pramuka yang memiliki jiwa berani dan berhati suci sebagaimana makna bendera merah putih.

Kepala MTsN 3 Bantul Sugeng Muhari, S.Pd.Si, menyambut baik dewan penggalang yang sudah terlantik dan mengharapkan agar dewan dapat berperan aktif mendampingi para pembina dalam mendidik kelas 7.

“Saya berharap minggu ketiga November, latihan untuk kelas 7 bisa dimulai. Dan dewan penggalang memiliki peran strategis dalam latihan rutin ini,” kata Sugeng. (*)