Dari Tradisi ke Inovasi: Matra Kriya Fest 2024 Angkat Tema Ritual
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA--Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali menegaskan posisinya sebagai pusat seni dan budaya Indonesia melalui penyelenggaraan Matra Kriya Fest 2024 (MKF 2024). Event berskala nasional ini akan berlangsung selama enam hari, mulai hari ini hingga 25 Juli 2024, di Taman Budaya Yogyakarta.
MKF 2024 mengusung tema “Ritual”, sebuah konsep yang menggali cerita di balik karya-karya seni kriya. “Tema ini mengungkap proses dari ide, pembuatan yang sering melibatkan ritual, hingga apresiasi karya,” ujar Rosanto Bima, ketua panitia MKF 2024 pada Sabtu (20/7/2024).
“Ritual sering kita temukan dalam praktik-praktik kebudayaan. Kami berpikir bahwa kadang seniman juga melakukan ritual-ritual sendiri untuk menciptakan karya. Maka dari itu, tema ritual kami angkat,” lanjutnya.
Harapannya, lanjut Bima, seniman tidak hanya menggambarkan kebudayaan ritual secara visual, tetapi mereka juga memiliki cara tersendiri untuk menciptakan karya. Atau, ritual dalam berbagai praktik kebudayaan bisa menjadi inspirasi karya mereka.
Jogja dikenal dengan berbagai kegiatan budaya yang akhirnya menjadi topik yang menarik. Namun, karena ini kompetisi nasional, kita lebih fokus pada ritual yang ada di Indonesia, tidak hanya di Jogja. Seniman dari berbagai daerah akan mengangkat ritual di sekitarnya sebagai inspirasi karya mereka.
Karena ini kompetisi untuk usia 35 tahun ke bawah, harapannya tujuh nominasi akan mempresentasikan karya mereka di hadapan Dewan Juri yang terdiri dari pengusaha, akademisi, atau seniman.
“Dengan format presentasi dan diskusi, mereka akan mendapatkan ilmu baru dari praktisi atau senior mereka, sehingga mereka tahu arah tujuannya setelah ini. Mereka bisa memilih fokus ke industri atau fine art, dan mungkin masih akan berubah karena mereka masih junior,” ujarnya.
Dian Lakshmi Pratiwi, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, menekankan signifikansi MKF 2024 dalam perkembangan seni kriya.
“Ini adalah tahun ketiga festival ini. Kami melihat potensi luar biasa dari seni kriya yang sangat lekat dengan keseharian kita. Meski sering terlihat, seni ini jarang mendapat apresiasi formal yang menyoroti detailnya,” jelasnya.
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi didampingi kurator dan juri Matra Kriya Festival 2024 melihat karya-karya yang dipamerkan. (muhammad zukhronnee ms/koranbernas.id)
Dian menambahkan, Tujuh karya terbaik dipilih karena menunjukkan tingkat teknologi dan ide inovatif, mencerminkan kemajuan peradaban. Kriawan di festival ini akan menjadi barometer perkembangan seni kriya.
Lebih lanjut Ia menambahkan, Festival ini tidak hanya berfokus pada estetika, tetapi juga potensi ekonomi kreatif.
“Seni kriya bisa diaplikasikan pada kelompok desa wisata dan budaya sebagai souvenir khas. Sebagai kota warisan dunia, Yogyakarta perlu mengembangkan souvenir yang mencerminkan nilai-nilai warisan dunia,” ungkapnya.
Tahun ini, MKF 2024 menyajikan kompetisi 46 karya terpilih hasil kurasi dari seniman se-Indonesia, ditambah 16 karya undangan khusus. Selain pameran utama, festival ini juga menghadirkan 13 fashion designer dalam fashion show, 10 pertunjukan dari komunitas seni, serta berbagai workshop, talkshow, dan bazar produk kreatif lokal.
Dian juga mengungkapkan rencana jangka panjang. Pihaknya berencana memetakan karya di setiap desa wisata untuk dikembangkan lebih lanjut.
“Dengan bantuan pusat desain nasional di Jogja, nilai-nilai warisan dunia yang abstrak bisa dieksplorasi menjadi souvenir identik,” imbuhnya.
MKF 2024 terbuka untuk umum setiap hari dari pukul 10.00 hingga 21.00 WIB. Dengan menggabungkan tradisi dan inovasi, festival ini diharapkan dapat menjadi katalis bagi perkembangan seni kriya Indonesia di kancah internasional dan mendukung ekonomi kreatif lokal. (*)