Dari Ekspedisi Tercipta Film Dokumenter Senandung Kecil Pulau Buru

Dari Ekspedisi Tercipta Film Dokumenter Senandung Kecil Pulau Buru

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Tiga mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta melakukan ekspedisi ke Kampung Lamahang Pulau Buru Maluku. Perjalanan ini mereka rekam menjadi sebuah film dokumenter yang menggambarkan betapa tidak terpenuhinya hak anak untuk mengeyam pendidikan di daerah terdepan, tertinggal dan terluar (3T).

Ketiga mahasiswa lintas jurusan itu adalah Dodi Irawan, Mahmud Syahril Kaliki dan Azmia Aisyah yang melakukan pengabdian mereka selama 28 hari melalui sebuah ekspedisi bernama Orange Expedition.

“Awalnya, ekspedisi yang kita lakukan itu hanya sekadar obrolan, setelah jatuh bangun mengutarakan ide ini ke dosen akhirnya di bawah bimbingan Prof Dwi Sulisworo obrolan ini menjadi kenyataan," papar Dodi Irawan, salah seorang Tim Ekspedisi Orange UAD di sela-sela Diskusi Wawasan Kebangsaan dan Launching Film di Amphitarium kampus utama UAD, Jumat (28/8/2020) malam.

Mereka bertiga banyak melakukan improvisasi di luar konsep mengingat banyak permintaan penduduk di sana yang ingin masing-masing kampungnya difasilitasi. “Tempatnya sangat luas. Kami hanya bertiga harus membagi-bagi tugas dan kemampuan masing-masing,” lanjutnya.

Menurut Dodi, banyak hal menarik sejak dari perjalanan apalagi saat menyeberang menggunakan kapal penumpang. Lebih dari 700 buku yang mereka bawa dan didonasikan bagi anak-anak di pulau Buru digratiskan biaya bagasinya.

“Padahal setiap penumpang yang membawa barang melebihi kapasitas yang ditentukan terkena biaya tambahan,” terang mahasiswa berambut gondrong berdarah Palembang ini.

Baginya, hal lain yang paling mengesankan adalah masyarakat di pulau Buru sangat toleransi terhadap orang lain. Dalam acara kampung tidak ada perbedaan tua-muda. Semua yang berbeda pandangan dan agama bahkan dalam satu keluarga pun tetap bersama.

Anggota tim lain, Mahmud Syahril Kaliki, mengungkapkan persiapan yang hanya sepuluh hari ini merupakan pencapaian yang luar biasa. Awalnya mereka hanya akan melakukan bimbingan belajar pada anak-anak kampung Lamahang.

Pada hari-hari berikutnya mereka berkunjung ke kampung lain di atas gunung. “Kami mendapati SMP sebagian muridnya belum bisa membaca dan menulis. Bahkan menghafal Pancasila saja belum bisa," lanjutnya.

Terlihat di daerah pesisir itu gedung sekolahnya sudah lumayan. Fasilitas penunjang belajar juga sudah lumayan, walaupun dibanding dengan kota itu masih sangat kurang. Tapi berbeda lagi dengan daerah di pegunungan yang jauh lebih kurang dari pada di pesisir.

Tidak hanya mengajar dan membantu meningkatkan kreativitas anak dengan bermain, ekspedisi ini juga membangun taman bacaan dengan koleksi buku yang cukup untuk merangsang minat baca anak-anak kampung Lamahang dan sekitarnya.

Fim berdurasi 30 menit berjudul Senandung Kecil Pulau Buru ini dibuka dengan visual bendera merah putih berkibar dengan gagahnya. Selanjutnya cut to cut perjalanan serta pemandangan pantai, laut dan alam pulau Buru nan elok direkam bergantian dengan senyum ceria serta semangat anak-anak belajar dalam keterbatasan.

Dwi Sulisworo MT selaku Guru Besar FKIP sekaligus Founding Orange Expedition mengapresiasi anak muda yang memiliki semangat membangun Indonesia terutama di wilayah timur. Dia berharap hal ini dapat menjadi inspirasi dan membentuk snowball effect.

“Sehingga akan bergulir menjadi lebih besar dan menjadi sebuah gerakan yang masif yang dapat membawa Indonesia pada sesuatu yang lebih baik di masa depan,” kata dia.

Danang Sukantar selaku Kabid Pengembangan Kemahasiswaan Bimawa UAD menambahkan, kualitas pendidikan di pulau Buru memang kurang baik padahal masyarakat di sana punya motivasi belajar yang besar. Perkembangan fasilitas dan berbagai kebijakan belum sampai mencukupi kebutuhan mereka.

“Kami sangat mendorong agar pulau Buru ini menjadi tujuan riset dan pengabdian untuk Orange Expedition yang fokus pada pendidikan,” ucapnya.

Hingga saat ini satu-satunya komunitas yang turun langsung membantu hanya dari rumah baca komunitas (RBK) dan ekspedisi Ini merupakan pertama kali yang dilakukan bersama dengan mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan.

“Dengan film dokumenter ini kami berharap akan ada ekspedisi selanjutnya dari universitas maupun pusat pemerintahan untuk membantu pendidikan di Pulau Buru," tandasnya. (sol)