Cupu Panjolo Dibuka Bercak Darah dan Tokoh Semar Muncul

Cupu Panjolo Dibuka Bercak Darah dan Tokoh Semar Muncul

KORANBERNAS.ID, GUNUNGKIDUL -- Acara ritual pembukaan kain kafan pembungkus Cupu Kiai Panjolo, yang selama ini dipercaya bisa meramal berbagai peristiwa penting yang akan terjadi dalam setahun mendatang. Ritual berlangsung, Selasa Kliwon (26/10/2021) dini hari, di rumah ahli waris Dwijo Sumarto, Padukuhan Mendak, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Gunungkidul.

Disaksikan ratusan peziarah yang datang dari berbagai wilayah, ratusan kain kafan yang membungkus Cupu Panjolo, menorehkan gambar yang bisa diartikan sebagai pertanda peristiwa yang akan terjadi setahun mendatang, pada tingkat lokal maupun nasional, ekonomi, politik hingga kamtibmas.

Di antara puluhan gambar yang muncul pada kain kafan yang membungkus cupu, terdapat bercak darah dan gambar tokoh wayang Semar. Berkaitan dengan gambar yang muncul, Dwijo Sumarto menegaskan penafsirannya kembali pada masing-masing.

"Ini hanya tanda, bagaimana kenyataannya ke depan saya tidak tahu," katanya usai ritual dilaksanakan Selasa dini hari.

Pernyataan tersebut ia lontarkan lantaran gambaran kain pembungkus dipercaya sebagai tanda di masa depan. Tradisi ini awalnya hanya untuk pertanian, namun berkembang hingga ke bidang lain termasuk sosial hingga politik.

Karena kepercayaan itulah, Dwijo Sumarto memberikan pesan pada masyarakat atas hasil pembukaan Cupu Panjolo tersebut. Terutama berkaitan dengan kondisi pandemi Covid-19 yang sampai saat ini masih menerpa.

"Saya harap situasi pandemi ini jadi cambuk bagi semua, baik masyarakat dan negara agar lebih baik lagi ke depan," katanya.

 

Posisi cupu

Meski tak menjelaskan secara gamblang, ia menyoroti posisi tiga cupu yang terlihat tahun ini. Dwijo Sumarto yang merupakan pewaris Cupu Panjolo mengatakan, masyarakat saat ini perlu berharap pada Yang Maha Kuasa agar situasi yang "guncang" ini segera reda, dan bisa kembali ke situasi semula.

Ketua Dewan Kebudayaan Gunungkidul, CB Supriyanto juga mengatakan penafsiran dari tradisi Cupu Panjolo bisa bermacam-macam. Namun tetap kembali pada pribadi masing-masing. Ia pun menilai pelaksanaan Cupu Panjolo tahun ini terbilang lancar. Apalagi ini merupakan tahun kedua di mana prosesinya dilakukan di masa pandemi Covid-19.

Setelah melalui proses kenduri bersama mengawali ritual Cupu Panjolo, yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pukul 22:30 WIB dan pukul 00:00 WIB. Barulah selepas tengah malam atau sekitar pukul 00:30 WIB, kain pembungkus peti Cupu Panjolo mulai dibuka satu per satu.

Total ada 33 gambar yang muncul dari tiap lembar kain pembungkus, dibacakan oleh Dwijo Sumarto, dan disampaikan dalam bahasa Jawa ngoko. Berikut rincian gambar yang muncul di antaranya, sisih lor ono gambar payung, sisih kidul kulon ono gambar teko, sisih kulon ono gambar ayam jago, sisih kidul wetan ono gambar bintang, sisih kulon ono gambar bayi lagi turu,

dan sisih kidul wetan ono bercak-bercak darah.

Setelah kain dibuka seluruhnya, posisi peti turut dilihat berikut posisi tiga cupu (guci kecil) yang ada di dalamnya. Ketiga cupu ini bernama Semar Kinandu (simbol pejabat tinggi), Palang Kinantang (masyarakat menengah-bawah), dan Kenthiwiri (rakyat kecil).

Adapun posisi peti serta ketiga cupu yang terlihat sesuai yang disampaikan Dwijo Sumarto, juga masih menggunakan bahasa Jawa ngoko.

Posisi peti meniko bedo sebab posisi peti miring ngetan. Lenggahe Semar kinandu doyong ngalor, Palang Kinantang ugo doyong ngalor, Kenthi Wiri doyong ngalor ngetan,” tuturnya. (*)