Cuaca Cerah Rezeki bagi Buruh Industri Genteng di Kebumen

Industri genteng masih mengandalkan sinar matahari untuk proses pengeringan hasil cetakan.

Cuaca Cerah Rezeki bagi Buruh Industri Genteng di Kebumen
Menjemur genteng di bawah terik matahari, salah satu tahapan proses industri genteng di Kebumen. (nanang w hartono/koranbernas.id) 

KORANBERNAS.ID, KEBUMEN -- Cuaca cerah apalagi matahari terik bagi buruh industri genteng di Kabupaten Kebumen merupakan rezeki yang patut disyukuri. Mereka bisa bekerja secara penuh sebab industri genteng di kabupaten itu selama ini masih mengandalkan sinar matahari untuk proses pengeringan hasil cetakan.

Tatkala matahari bersinar sangat kuat dan terasa panas, pekerja memiliki waktu yang lebih lama untuk bekerja. Itu artinya volume produksi lebih banyak jika dibandingkan pekerjaan serupa saat musim penghujan.

Sebagian besar pekerja di pabrik genteng memperoleh penghasilan dengan sistem borongan.

Beberapa pekerja industri genteng di Kampung Legok Desa Kedawung Kecamatan Pejagoan kepada koranbernas.id, Kamis (26/9/2024), mengungkapkan pembuatan genteng dimulai dari mengolah tanah.

Dijemur

Tanah liat itulah yang menjadi bahan pembuatan genteng. Usai dicetak genteng lantas dijemur. Begitu kering kemudian dibakar. Proses terakhir adalah bongkar muat genteng yang siap dipasarkan ke pembeli.

Setiap tahapan dikerjakan oleh orang yang berbeda-beda. Para pekerja itu memiliki tugas sesuai dengan keterampilannya. Semua dengan upah borongan.

Salah seorang pemilik industri genteng, Paryati, mengungkapkan, upah borongan juga berbeda-beda sesuai dengan tahapan dan prosesnya.

Misalnya, kata dia, upah cetak genteng mulai Rp 200 - Rp 350 per biji. Besar kecilnya upah cetak tergantung jenis genteng. Paling rendah upah cetak genteng plentong Rp 200 per biji.

Upah cetak

Sedangkan upah paling tinggi diterima pekerja upah cetak genteng morando sebesar Rp 350 per biji. Seorang perajin sehari paling banyak mampu mencetak genteng 400 lembar.

Salah seorang pekerja yang punya keahlian mengolah tanah hingga menjadi tanah siap cetak mengungkapkan, upah mengolah tanah hingga menjadi bahan siap cetak Rp 100 per tanah untuk satu genteng.

Dia mengakui, mengolah tanah menjadi tanah siap cetak memiliki risiko kecelakaan kerja. Harus hati-hati supaya jari tangan tidak terkena mesin gilingan tanah.

Kecelakaan kerja semacam ini merupakan risiko pengolah tanah, umumnya bekerja dalam satu kelompok. "Saya pernah terkena mesin giling tanah," ujar seorang pekerja seraya menunjukkan tiga jari tangannya yang cacat. (*)