Momok Bagi Pasien Itu Bernama Antre Obat, Tak Hanya Capek Tapi Juga Bikin Bosan

Roket Indonesia merupakan layanan instan kurir yang digagas oleh JNE. Dengan pengalaman lebih dari 30 tahun di bidang logistik, JNE menghadirkan aplikasi Roket Indonesia yang dapat diunduh google playstore.

Momok Bagi Pasien Itu Bernama Antre Obat, Tak Hanya Capek Tapi Juga Bikin Bosan
Kurir mengambil paket obat, yang selanjutnya akan dia kirim ke  rumah pasien. (dok.koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Dulu, mendengar kata dokter, seringkali bikin hati ciut. Kalimat larangan makan ini dan itu, kemudian terbayang jarum suntik, mendatangkan rasa ngeri-ngeri sedap. Belum lagi mendengar vonis jenis sakit yang diderita, biasanya bikin deg-degan.

Namun sekarang, rasa tak nyaman bertambah. Bukan sekadar dokternya, tapi bayangan harus antre untuk bertemu dan periksa dokter, kemudian antre obat pasca-periksa dan menerima resep, juga bisa bikin selera makan hilang. Atau setidaknya membuat tubuh terasa lebih gerah dan hati tiba-tiba gondok tidak nyaman.

Ini pula yang dirasakan Leo Suratin Hadiwijoyo (79), warga Perumahan Griya Perwita Wisata Jalan Kaliurang Km 13,5 Sleman, DI Yogyakarta. Setiap bulan, Leo bersama istrinya Tatik, musti datang ke RSU Mitra Paramedika di Widodomartani, Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman.

Leo sendiri mengidap penyakit kejang otot hingga bagian telapak kaki mati rasa. Sudah berbulan-bulan, Leo menjalani perawatan dan periksa ke dokter spesialis di rumah sakit yang berjarak 15 menit perjalanan dari rumahnya. Setiap habis periksa dokter, Leo musti antre di ruang tunggu farmasi untuk mendapatkan 4 jenis obat yang rutin ia konsumsi. Istrinya, divonis dokter punya kolesterol tinggi dan sakit jantung. Tatik dianjurkan untuk mengonsumsi 6 jenis obat sekaligus, agar penyakitnya berkurang dan kondisinya membaik.

“Dokternya baik dan sangat bersahabat. Saya merasakan kondisi semakin baik. Beda dengan dulu waktu periksa di rumah sakit lainnya. Tapi minta ampun, antre obatnya lama banget. Lebih dari 1 jam sudah pasti, kadang 2 jam atau lebih tergantung antrean pasien. Rasanya capek sekali antre begitu lama bagi lansia seperti saya dan istri,” kata Leo, pertengahan Juni 2024.

Simbolis peluncuran Layanan Antar Obat di RSU Mitra Paramedika di Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. (dok.koranbernas.id)

Pengalaman serupa dialami Suparji, warga Kalurahan Wukirsari, Kapanewon Cangkringan, Kabupaten Sleman. Pemilik usaha rumah potong ayam ini, juga harus bolak balik ke RSU Mitra Paramedika. Ayah dua anak ini harus menempuh perjalanan sekitar 20 menit untuk ke rumah sakit. Ia setia menemani istrinya yang menderita sakit paru-paru.

Seperti halnya Leo, antrean panjang di ruang farmasi atau menunggu obat, juga rutin dialami Suparji. Antrean obat, seringkali jauh lebih lama ketimbang antre masuk ruang periksa dokter.

Bisa dipahami, lantaran untuk periksa dokter masing-masing pasien sudah terpilah berdasarkan jenis penyakit yang mereka idap. Namun untuk antre obat, semua pasien berada di ruangan yang sama.

“Sering kalau pas pasien ramai, ruang tunggu jadi tidak mampu menampung. Tempat duduk sudah penuh sehingga kadang pasien atau keluarga yang menemani harus berdiri. Capek, bosan dan rasa tidak sabar sudah pasti, Mas. Apalagi seperti saya yang buka usaha rumah potong ayam. Otomatis kios tidak terurus dan itu berarti pendapatan juga terganggu. Bahkan kadang harus tutup,” katanya.

Di Desa Tempursari, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali, keluhan yang sama juga muncul. Di desa yang berjarak sekitar 60 kilometer dari Yogyakarta ini, antrean di Assyifa, sebuah rumah sakit swasta di Sambi, menjadi pemandangan sehari-hari.

Warto (74), pensiunan Polri, mengaku tidak sabar ketika harus antre obat di rumah sakit. Apalagi, antrean di ruang farmasi atau apotek, biasanya mulai terjadi ketika hari mulai siang. Cuaca panas, tubuh yang mulai letih lantaran sebelumnya antre periksa dokter dan waktu meracik obat yang lama, baginya sangat menjengkelkan.

Jadi pekerjaan rumah

Wakil Direktur Bidang SDM dan Perencanaan RSU Mitra Paramedika, dr Arvin Nur Henditya, mengatakan antrean pasien yang panjang secara umum masih menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi semua rumah sakit. Kondisi ini, juga menjadi pemikiran serius di rumah sakit Mitra Paramedika.

Kunjungan pasien di rumah sakit pinggiran sebelah timur Kabupaten Sleman ini, memunculkan problem baru berupa antrean pasien yang lama.

“Kami terus berupaya melakukan perbaikan, agar antrean pasien menjadi semakin singkat. Terutama itu tadi, antrean obat. Sebab saat ini, setiap hari tidak kurang dari 200 pasien yang datang untuk berobat. Kebetulan ada tawaran kerja sama dengan JNE untuk memberikan layanan antar obat,” kata Arvin.

RSU Mitra Paramedika kemudian bekerja sama dengan Roket Indonesia meluncurkan Pak Anto (Paket Antar Obat). Pak Anto merupakan layanan khusus pengiriman obat bagi pasien RS Mitra Paramedika.

Roket Indonesia merupakan layanan instan kurir yang digagas oleh JNE. Layanan ini, menjadi jawaban kebutuhan pelanggan akan pengiriman point to point. Dengan pengalaman lebih dari 30 tahun di bidang logistik, JNE menghadirkan aplikasi Roket Indonesia yang dapat diunduh google playstore.

Sangat potensial

Adi Subagyo selaku Kepala Cabang JNE Yogyakarta menyampaikan, jasa layanan pengiriman obat sebenarnya sudah ada sejak masa Covid-19. Namun begitu, di JNE Yogyakarta baru dikembangkan di tahun 2023.

“Kami melihat, jasa layanan pengiriman obat ini sangat potensial ketika antrean panjang kerap terjadi di konter-konter farmasi yang ada di rumah sakit. Tentunya, bagi pasien maupun keluarga pasien, antre obat ini sangat menyita waktu,” kata Adi.

Adi menambahkan, pihaknya menyediakan kurir khusus untuk layanan antar obat ini. Jadi secara teknis, pasien cukup memberikan informasi alamat dan kontak lengkap kepada rumah sakit. Selanjutnya, pasien dan keluarganya bisa langsung pulang tanpa harus bersusah payah antre di ruang farmasi.

Perihal biaya, Adi mengatakan bahwa biaya kirim yang ditetapkan di awal peluncuran dulu cukup murah. Tarif yang dikenakan adalah Rp 15.000 untuk jarak 10 km pasien. Sedangkan untuk jarak di atas 10 km maka akan dikenakan biaya Rp 2.500 per km berlaku kelipatan.

Menurut dr Arvin, layanan ini menjadi solusi dalam memangkas antrean pengambilan obat yang kerap kali terjadi di bagian farmasi rumah sakit. Selain itu juga memudahkan pasien, cukup duduk manis di rumah dan obat akan dikirim ke rumah.

“Kehadiran jasa layanan kirim obat di rumah sakit ini mendapat respons yang positif. Terbukti, peminat layanan tersebut terus meningkat dari waktu ke waktu,” jelasnya.

Dari awal dibuka pada 2 Desember 2023, jumlah pengiriman obat ke rumah pasien terus mengalami peningkatan. Saat ini, layanan antar obat sudah mencapai puluhan pengajuan setiap harinya.

Alur proses

Dokter Arvin menjelaskan, untuk memanfaatkan layanan antar obat, seperti biasanya pasien atau keluarga pasien yang telah selesai berobat bisa langsung menuju bagian farmasi untuk menebus obat. Di situ, mereka akan mendapatkan edukasi dan diarahkan oleh petugas farmasi, apakah obatnya akan ditunggu atau diantar ke rumah.

“Jika memilih diantar, maka petugas farmasi akan mengarahkan ke konter JNE, dan melakukan transaksi, dengan biaya jasa layanan mulai Rp 15.000, tergantung lokasi. Selanjutnya, jika obat telah selesai diracik, oleh farmasi akan diserahkan ke JNE untuk dilakukan pengemasan dan proses pengiriman ke alamat pasien. Adapun batas waktu permintaan layanan pengantaran obat setiap harinya dibuka dari pukul 08:00-19:00 WIB,” katanya.

Marketing Communication & Partnership Regional Jateng-DIY-JTBNN JNE Express, Widiana, mengungkapkan layanan Paket Antar Obat dari Roket Indonesia merupakan pengembangan atau inovasi dari Layanan Instant yang dimiliki JNE. Layanan ini menjadi bagian dari inovasi yang terus dilakukan perusahaan.

Widi mengatakan, JNE sudah lama memiliki Layanan Instan yang dulunya lebih diarahkan untuk jasa pengantaran produk khususnya makanan dan minuman atau Food & Beverage (F&B). Namun dalam perkembangannya, layanan ini bisa diperluas ke layanan lain termasuk jasa antar obat.

“Kami memberikan jaminan pengantaran sampai di tujuan sameday atau di hari yang sama. Bahkan satu jam sampai di tujuan. Tapi layanan ini hanya menjangkau pengantaran paling jauh 15 kilometer dari lokasi awal dan berat kiriman maksimal 7 kilogram,” katanya.

Memudahkan pasien

Saat ini, layanan Antar Obat di DIY sudah tersedia di sejumlah rumah sakit. Selain RSU Mitra Paramedika, layanan sejenis juga ada di RS UAD, RS UII dan Klinik Pratama Aisyiyah Moyudan. Bukan mustahil, layanan serupa akan terus berkembang di rumah-rumah sakit lainnya, seiring dengan tumbuhnya kebutuhan akan layanan sejenis, untuk memudahkan pasien dan keluarganya.

“Sejak ada layanan itu, saya tidak lagi mau antre, Mas. Tinggal menyerahkan resep ke farmasi dan membayar, sudah langsung bisa ditinggal pulang. Kita sampai rumah, tidak lama obat juga tiba dan kita terima. Semua informasi terkait obat sudah ada di kemasan,” kata Leo yang mengaku sudah 5 kali memanfaatkan layanan ini.

Bagi rumah sakit, kehadiran layanan Antar Obat ini, juga terasa manfaatnya. Dr Arvin menyebut, antrean pasien di rumah sakit menjadi jauh berkurang. Ini sejalan dengan semangat manajemen untuk terus memperbaiki kualitas layanan bagi pasien.

Pihak rumah sakit menginginkan, kecepatan dalam hal layanan ini, bisa terus diperbaiki di semua lini layanan. Bukan hanya farmasi, kecepatan layanan juga menjadi tuntutan misalnya di bagian radiologi, di bagian pendaftaran dan lain sebagainya.

“Kami punya target, semua jenis layanan bisa selesai paling lama 1 jam. Syukur bisa lebih cepat dan tanpa mengabaikan prinsip ketelitian dan kehati-hatian. Terutama di bagian obat,” tandasnya. (*)