Cara Warga Jogja Menyikapi Pandemi Mulai Diadopsi Daerah Lain

Cara Warga Jogja Menyikapi Pandemi Mulai Diadopsi Daerah Lain

KORANBERNAS ID, YOGYAKARTA -- Lingkungan kehidupan global dunia yang semakin dinamis dan terus berubah, menjadi tantangan bagi sebuah kota untuk dapat melestarikan tradisi budaya masyarakatnya. Pemerintah Kota Yogyakarta selalu berupaya agar generasi mudanya terus memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai luhur yang telah membentuk identitas jati dirinya.

Kehidupan masyarakat di Yogyakarta yang masih terbangun dari kampung-kampung, erat sekali dengan gotong royong. Tolong-menolong khas kehidupan pedesaan ini tak bisa dilepaskan dari budaya Jawa, khususnya Yogyakarta.

"Tiga bulan awal pandemi misalnya, uang yang beredar dari masyarakat untuk masyarakat, baik dalam bentuk sembako, dalam bentuk masker dan bahan pangan, mencapai sejumlah 7,8 miliar (rupiah)," papar Heroe Poerwadi, Wakil Wali Kota Yogyakarta, pada acara Diseminasi Nilai Budaya bertema Gandeng Gendong, Selasa (23/3/2021), di Hotel Tara Yogyakarta.

"Ada masyarakat yang membagikan nasi, bahan pangan dan canthelan sayur. Saya sempat menghitung selama tiga bulan. Artinya, kebersamaan itulah yang sebenarnya yang akan kita bangun, termasuk dalam pembangunan di Yogyakarta," kata Heroe.

"Bedanya orang Jogja dengan orang di daerah lain itu adalah, orang Jogja itu nek kepepet malah dha loma (kalau keadaan terdesak malah senang berbagi-red), karena mau berbagi. Hal seperti itu tidak akan ditemukan di daerah lain," lanjutnya.

"Dengan berbagi itu menjadi ayem. Bahagia itu tidak ada duanya. Canthelan dan bagehi (berbagi sayur gratis bagi yang membutuhkan-red) itu awalnya tidak ada di tempat lain, meski sekarang banyak diadopsi. Nilai itulah yang menjadikan kita masih eksis sampai sekarang," tandas Heroe.

Sementara Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, menjelaskan Yogyakarta adalah sebuah kota yang memiliki nilai-nilai yang berakar dari kehidupan sosial dan budaya yang diyakini masyarakatnya.

"Salah satu nilai kebaikan yang terus ditumbuhkan adalah semangat gotong royong," ujarnya.

“Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pengembangan implementasi nilai -nilai luhur gotong royong yang telah dirumuskan dalam program gandeng gendong oleh Pemerintah Kota Yogyakarta,” tutup Yetti. (*)