GKJ Patalan Bantul Gelar Kirab Undhuh-undhuh
Berbagai persembahan itu selanjutnya dilelang yang terbuka untuk semua jemaat. Hasil lelang masuk kas untuk kegiatan gereja.
KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Ratusan umat Kristiani dari Gereja Kristen Jawa (GKJ) Patalan Kapanewon Jetis Bantul merayakan Hari Pentakosta dengan Kirab Undhuh-undhuh berupa gunungan hasil bumi, makanan dan minuman, hewan ternak dan peralatan elektronik.
Kirab bernuansa Jawa itu digelar Minggu (8/6/2025) dibuka Ketua Majelis GKJ Patalan, Penatua Petrus Sutoto. Bertindak sebagai Manggala Yudha adalah Diaken Giyanti Sri Wahyuningsih.
Pentakosta atau Pantekosta yang dikenal juga sebagai Minggu Putih merupakan hari raya Kristiani untuk memperingati peristiwa dicurahkannya Roh Kudus kepada para rasul di Yerusalem yang terjadi 49 hari (setelah atau hari ke-50 pada masa) Paskah.
Adapun tema kirab adalah Roh Suci Tansah Nunggilaken lan Ngatak Caos Syukur.
Doa syukur
Usai kirab dari lingkungan gereja dan finish di dalam GKJ Patalan, selanjutnya dilakukan ibadah doa syukur dipimpin dua pendeta yakni pendeta Gracianatieta Antera Puspa dan pendeta Djoniawan Santoso MPd K serta imam Diaken Suryanto.
"Pisungsung undhuh-undhuh ini sebagai wujud raya syukur umat atau jemaat terhadap berkat yang melimpah di dalam perjalanan hidupnya," kata Diaken Aditya Bintoro, ketua panitia.
Jemaat kemudian mempersembahkan sebagian hasil kerja mereka dengan wujud berbagai barang baik hasil bumi, hasil pertanian hasil perkebunan dan hasil pekerjaan lain yang diwujudkan beragam barang elektronik, alat rumah tangga, pakaian, hasil ternak dan lainnya.
Berbagai persembahan itu selanjutnya dilelang yang terbuka untuk semua jemaat. Hasil lelang masuk kas untuk kegiatan gereja.
Hasil pertanian
Selain itu, juga digelar bazar dari persembahan hasil pertanian dan perkebunan. Semua hasilnya juga masuk kas GKJ Patalan.
Sebagai rangkaian acara penutup adalah rayahan gunungan oleh semua jemaat yang hadir.
Novita Pristiani Dewi, salah seorang jemaat gereja mengatakan, mereka mempersembahkan berbagai barang dan hasil pertanian dan pekebunan sebagai wujud syukur atas segala karunia Tuhan dalam kehidupan mereka.
"Banyak berkat Tuhan yang kami terima dan inilah bentuk rasa syukur kami atas berkat yang melimpah," kata warga Imogiri tersebut. (*)