Buku Setebal 488 Halaman Ini Mengungkap Kegigihan Mahyudin Menjaga Budaya Melayu

Buku Setebal 488 Halaman Ini Mengungkap Kegigihan Mahyudin Menjaga Budaya Melayu
Peluncuran buku Sebuah Perjalanan: Setelah Ini Apa Lagi di Yogyakarta. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA--Kepala Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM) Mahyudin Al Mudra meluncurkan buku berjudul Milestones Sebuah Perjalanan: Setelah Ini Apa Lagi? di Kota Yogyakarta.  Peluncuran buku, Selasa 4 Juli 2023 ini, sekaligus sebagai bagian dari memperingati ulang tahun Mahyudin yang ke-65.

Acara diisi pembacaan puisi antara lain oleh seniman Sitoresmi Prabuningrat itu, dihadiri sekitar 100 tamu. Antara lain Rektor Universitas Islam Indonesia Prof Fathul Wahid Ph.D, Dr. M. Habib Chirzin (tokoh perdamaian dunia) dan lain-lain.

Buku autobiografi yang tergolong photobook ini, setebal 488 halaman dengan dipenuhi foto-foto yang menggambarkan sejarah hidup Mahyudin. Catatan pengiring yang ditulis Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa- Putra, Guru Besar Antropologi Universitas Gajah Mada, cukup menggambarkan pokok perjalanan hidup sang penulis buku.

Menurut Heddy, ada tiga tonggak dalam perjalanan hidup Mahyudin. Yaitu tonggak penerbitan buku, tonggak Balai Kajian Budaya Melayu, dan tonggak pesantren tahfid Alquran Suluh Melayu. Masing-masing tonggak berakar pada pada tiga cinta yakni cinta buku, cinta budaya dan cinta Islam.

Diungkapkan, salah satu peran penting Mahyudin dalam budaya adalah pembentukan Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM) di Kota Yogyakarta pada 2002.

Kegigihan Mahyudin dalam menaruh perhatian terhadap budaya Melayu ini mengundang kekaguman Kesultanan Melayu. Banyak kesultanan Melayu di berbagai negeri yang kemudian memberi gelar-gelar penghargaan ke Mahyudin.

Banyak rektor perguruan tinggi yang berkunjung ke lembaga tersebut dan mengajak kerjasama. Di antara hasil nyata dari kehadiran BKPBM, yaitu dibentuknya pusat kajian Melayu di 3 perguruan tinggi, yaitu di Universitas Islam Negeri Raden Patah Palembang, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dan Universitas Negeri Riau. Hasil nyata lain, adalah dengan diterbitkannya 100 buku tentang budaya Melayu.

Pada akhir 2022, Mahyudin bersama Jabrohim, Prof. Dr. Ali Imron, Beni Suhendra dan Dr. Nur Sahid menggagas berdirinya perkumpulan orang-orang yang berhidmat di bidang seni budaya yang diberi nama Komunitas Seni Budaya Profetik. Aspek legalitasnya dimasukkan dalam Yayasan Pusat Seni Budaya Profetik. Pada acara peluncuran buku tersebut, juga disosialisasikan soal seni budaya profetik.

“Budaya profetik mengandung 3 hal, yaitu humanisasi, liberasi dan transendensi,” kata Jabrohim.

Adapun salah satu misi yayasan adalah menghasilkan karya-karya seni yang sesuai dengan ajaran Islam dan tidak bertentangan dengan Alquran dan Sunnah. (*)