Bukan Hanya Madukismo, Pabrik Gula Ternyata Pernah Berdiri di Beran Sleman

Bukan Hanya Madukismo, Pabrik Gula Ternyata Pernah Berdiri di Beran Sleman
Antusias masyarakat melihat pameran  arsip dan foto sejarah di Lapangan Pemda Sleman, Jumat (16/5/2025). (istimewa)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN—Yogyakarta, ternyata tidak hanya punya pabrik gula Madukismo di Bantul. Hampir 100 tahun silam, sebuah pabrik gula ternyata juga pernah berdiri di Sleman, tepatnya di wilayah Beran.

Hal ini terungkap, dari pameran Pameran Arsip dan Foto Sejarah di Lapangan Pemda Sleman, Jumat (16/5/2025). Pameran diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Kearsipan ke-54 tanggal  18 Mei 2025 sekaligus menyambut Hari Jadi ke-109 Kabupaten Sleman.

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Perpusarsip) Kabupaten Sleman menggelar Kegiatan ini merupakan sarana edukatif untuk membuka wawasan masyarakat, tentang sejarah pembangunan dan perkembangan Kabupaten Sleman dari masa ke masa.

Pameran menampilkan total 24 koleksi foto dan arsip sejarah, mulai dari masa sebelum kemerdekaan, era awal kemerdekaan, hingga masa Orde Baru. Salah satu koleksi tertua berasal dari tahun 1930-an, yakni dokumentasi bekas pabrik gula di Beran. Koleksi lainnya, seperti pembangunan Selokan Mataram dan aktivitas sosial masyarakat Sleman zaman dulu. 

Demikian diungkapkan Kepala Bidang Pengembangan Sistem dan Pelayanan Dinas Perpusarsip Sleman, Yuni Prasetya Budi Ilmawan di sela-sela acara pameran, Jumat (16/5/2025). 

Prasetya menjelaskan bahwa pameran ini bertujuan untuk mengenalkan sejarah lokal kepada masyarakat. 

“Harapannya, masyarakat bisa memahami proses pembangunan Sleman dari waktu ke waktu. Kalau pembangunan ke depan berbasis sejarah, maka akan lebih mengena bagi masyarakat,” kata Prasetya. 

Tidak hanya arsip fisik, Dinas Perpusarsip saat ini juga telah menyediakan pameran virtual yang dapat diakses masyarakat setiap saat melalui laman perpusarsip.slemankab.go.id. Dengan ini, masyarakat dapat melihat koleksi digital arsip Sleman kapan saja dan dari mana saja.

Prasetya menambahkan, pihaknya juga membuka kesempatan bagi masyarakat yang memiliki dokumentasi sejarah untuk menyumbangkan atau menitipkan arsip mereka agar dapat disimpan secara aman dan profesional. 

“Kami menyediakan lemari tahan api untuk penyimpanan dan layanan digitalisasi agar dokumentasi sejarah lebih awet dan dapat diakses generasi mendatang,” tambah Prasetya.

Dinas Perpusarsip berencana menyelenggarakan pameran arsip seperti ini secara rutin. Selain itu, akan dilakukan pelatihan dan penataan arsip hingga ke tingkat kalurahan sebagai bagian dari target lima tahun ke depan untuk mewujudkan pengelolaan arsip yang baik, tidak rusak, mudah dicari, dan terawat.

“Selama ini kami masih menemui kendala dalam pengelolaan arsip, maka kami menargetkan dalam lima tahun ke depan, sistem pengarsipan Sleman akan jauh lebih tertib dan profesional,” pungkas Prasetya.

Sementara Diah (54), warga Mlati, mengapresiasi penyelenggaraan pameran ini. Menurutnya, pameran ini bisa menjadi sarana edukasi warga Sleman agar mengetahui bagaimana perkembangan Kabupaten Sleman. 

Termasuk dirinya yang baru mengetahui bahwa Sleman pernah memproduksi kain tenun. “Selama ini saya kira tenun itu identik dengan Nusa Tenggara. Ternyata Sleman juga pernah memproduksi, jadi tidak hanya batik,” ungkapnya. (*)