BEM Santri DIY Deklarasi Cinta NKRI dan Memurnikan Gerakan
Pembina Majelis Hifz Al-Wathan, Gus Afif Yasin yang juga pengasuh Ponpes An Nur membacakan manifesto santri.
KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Halaqah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Santri se-DIY bersama Forum BEM DIY melaksanakan kegiatan Tirakat Santri Nusantara Jaga Indonesia di Komplek As Salam Pondok Pesantren An Nur Sewon Bantul, Kamis (13/2/2025) petang.
Kegiatan itu diikuti 100 peserta terdiri para Presiden Mahasiswa (Presma) BEM dan pengurus. Dalam acara tersebut dibacakan manifesto santri oleh Pembina Majelis Hifz Al-Wathan, Gus Afif Yasin yang juga pengasuh Ponpes An Nur. Juga dibacakan deklarasi Cinta NKRI.
"Jadi gerakan ini adalah lanjutan dari aksi Mimbar Gringsing pada 7 Februari 2025 di Bunderan UGM. Sekaligus klarifikasi bahwa kami gerakan mahasiswa dan santri ini murni cinta NKRI, mengkritisi kebijakan pemerintah demi kebaikan bangsa ini ke depan," kata Gus Afif Yasin kepada koranbernas.id di lokasi.
Dia menegaskan, tidak ada muatan politik praktis apalagi diboncengi kepentingan tertentu. "Sebab saat aksi di Bunderan UGM ternyata ada agenda dan massa susupan di sana," jelasnya.
Gus Afif Yasin membacakan manifesto santri. (sariyati wijaya/koranbernas.id)
Menurut dia, tirakat santri ini sekaligus untuk "membersihkan" dan memurnikan kembali gerakan mereka setelah sempat aksi ditunggangi kepentingan pihak lain.
"Karena ada banyak kepentingan di sana maka apa yang kami suarakan tidak sampai, bahkan narasinya ke mana-mana. Maka hari ini kami teguhkan kembali suara santri dan kampus bagi kepentingan bangsa," kata putra dari Kiai Yasin Nawawi itu.
Adapun penegasan itu tertuang dalam tiga sikap. Pertama, mengajak setiap masyarakat Indonesia berefleksi terhadap tahun politik 2024 yang dipenuhi dengan siasat dan berbagai gelagat kotor lainya. Tahun politik yang lampau juga menimbulkan rasa saling curiga dan tidak percaya satu sama lain antara sesama warga bangsa.
"Kami mengajak setiap warga bangsa untuk membersihkan diri, memohon ampunan pada Allah Ta'ala terkhusus menjelang bulan suci Ramadan," kata Gus Afif.
Sebagian dari peserta Tirakat Santri Nusantara Jaga Indonesia di Komplek As Salam Pondok Pesantren An Nur Sewon Bantul. (sariyati wijaya/koranbernas.id)
Kedua, menyatakan bahwa sepanjang sejarah baik sejarah dunia maupun sejarah Bangsa Indonesia, peran alim ulama dan para akademisi adalah sebagai penasihat dan pengarah arah jalan peradaban.
"Kami diberikan otoritas oleh sejarah dan masyarakat untuk mengarahkan arah gerak sesama kami sebagai hasil dari kesetiaan kami pada kebenaran agama dan ilmu pengetahuan," lanjutnya.
Ketiga, santri, pondok pesantren dan kampus siap dilibatkan dalam pembangunan dan pengambilan kebijakan negara dalam tataran kajian akademik dengan berdasar nilai etika dan moral.
Selain itu, juga berharap tidak dilibatkan sebagai pelaku aktif misal dalam hal pengelolaan tambang dan komersialisasi pendidikan di Perguruan Tinggi (PT).
Basik keilmuan
"Kami ingin kampus dan para akademisi ini dilibatkan dalam kajian sesuai basik keilmuan. Jadi di ranah-ranah seputar kebijakan tersebut," katanya.
Panitia acara itu, Ahmad Tomi Wijaya, mengatakan tirakat santri juga diisi dengan pernyataan sikap dari berbagai Presma BEM kampus di DIY.
"Sekaligus mengingatkan kita semua, bahwa semangat kita adalah membangun bangsa. Gerakan para mahasiswa, santri dan kampus adalah murni tanpa ada muatan politik dari pihak tertentu," ujarnya.
Gerakan itu akan berkesinambungan dengan melihat kondisi bangsa dan kebijakan pemerintah agar dipastikan berpihak pada masyarakat. (*)