Banyak Desa Wisata Manfaatkan TKD, Ishadi : Kami Akan Coba Cari Solusi

Banyak Desa Wisata Manfaatkan TKD, Ishadi : Kami Akan Coba Cari Solusi
Hafidh Asrom, GKR Hayu, dan Ishadi saat berbicara terkait desa wisata. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN—Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Ishadi mengatakan, pihaknya akan segera mengadakan pertemuan dan duduk semeja dengan para pemangku kepentingan, terkait dengan banyaknya desa wisata yang memanfaatkan tanah kas desa. Ia berharap, dengan duduk bersama ini, akan ada solusi terbaik atas kasus tersebut.

Berbicara dalam Diskusi Publik dan Jaring Aspirasi di Asram Edupark bertema “Mengembankan Desa Wisata Berkelanjutan”, Ishadi mengakui, sebagian besar desa wisata yang berkembang di Sleman, telah memanfaatkan tanah kas desa. Selain Ishadi, diskusi ini juga menghadirkan Anggota DPD RI Hafidh Asrom dan GKR Hayu sebagai pemateri.

Ada desa wisata yang memang dibangun dan dikembangkan di atas tanah kas desa, tapi tidak sedikit juga yang memanfaatkan tanah kas desa sebagai area pengembangan dari destinasi wisata. Misalnya untuk area outbond, camping ground dan lain sebagainya.

“Harus diakui, sebagian juga belum mengantongi izin dari gubernur. Maka perlu ada solusi terbaik. Karena tidak mungkin juga kan kalau desa wisatanya lantas tidak beroperasi. Karena bagaimanapun aktivitas di desa wisata telah membantu perekonomian warga. Mungkin kami harus memohon adanya diskresi atas kasus seperti ini. Sebab di lapangan, nyata pemanfaatan tanah kas desa itu bukan untuk kepentingan perorangan, tapi untuk warga,” katanya.

Ishadi menyampaikan hal ini, lantaran banyak pengelola desa wisata yang hadir dalam diskusi tersebut, mengungkapkan permasalahan terkait pemanfaatan tanah kas desa. Tidak sedikit pengelola desa wisata yang harus gigit jari tidak bisa menerima bantuan sarana prasarana, karena mereka belum mengantongi izin pemanfaatan tanah kas desa dari gubernur.

“Iya, kami harus bertindak adil. Pengelola desa wisata yang memanfaatkan tanah kas desa dan belum mengantongi izin dari gubernur, tidak bisa mendapatkan bantuan sarana prasarana,” lanjut Ishadi.

Sekretaris Forum Komunikasi Desa Wisata Kabupaten Sleman, Esti mengungkapkan, problem terkait desa wisata sangat beragam. Menurut pengelola Desa Wisata Grogol di Sleman barat ini, meski sudah menjadi bagian dari sumber peningkatan kesejahteraan, masih banyak warga yang belum maksimal dan serius dalam mengelola desa wisata.

Ia menyebut, SDM yang serius mengelola desa wisata kebanyakan adalah orang-orang yang sudah berkeluarga dan bahkan kalangan orangtua. Sedangkan anak-anak muda yang semestinya lebih potensial karena akrab dengan dunia digital, masih terlihat enggan untuk ikut mengelola.

“Yang pemuda, belum semua bisa merangkul mereka akan ikut aktif mengelola,” kata Esti.

Hafidh Asrom mengatakan, SDM masih menjadi persoalan serius, termasuk dalam mengelola desa wisata. Bahkan, dirinya melihat daerah lain lebih serius menyiapkan SDM di bidang kepariwisataan dibandingkan Jogja yang menyandang status Kota Pariwisata.

“Saya sependapat, kalau kita harus serius menyiapkan generasi muda. Kalau yang aktif rata-rata orangtua, siapa nanti yang akan meneruskan mengelola desa wisata dan kepariwisataan di DIY ini?,” katanya.

Guna membantu menyiapkan SDM yang profesional ini, Hafidh meminta pengelola desa wisata untuk melakukan pendataan terkait potensi SDM di wilayah masing-masing. Dari pendataan tersebut, apabila memang diperlukan dirinya siap untuk membantu mencarikan beasiswa, agar pemuda-pemuda dari kampung desa wisata dapat melanjutkan studinya. 

“Bukan hanya pendidikan, bisa jadi perlu pelatihan-pelatihan khusus. Data itu menjadi penting, agar program kita bisa tepat sasaran. Saya siap membawa aspirasi para pengelola desa wisata ke pihak-pihak yang terkait. Termasuk siap mencarikan beasiswa untuk pemuda pemudi, yang memang serius ingin terus belajar mengembangkan diri,” kata Hafidh. (*)