Bantul Menimba Ilmu Soal Desa Wisata Ke Garut

Bantul Menimba Ilmu Soal Desa Wisata Ke Garut

KORANBERNAS.ID -- Rombongan Dinas Pariwisata Bantul dipimpin Kabid Pengembangan Kapasitas, Antoni Hutagaol ST MT melaksanakan kunjungan studi komparasi ke Desa Wisata Ciburial, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa (22/10/2019).

Rombongan yang terdiri para pengelola desa wisata di Bantul  dan pengelola home stay  ini juga mengunjungi Kampung Sampurien sebuah hotel yang berdiri diatas danau buatan, Candi Cangkuang serta sentra pembuatan dodol,oleh-oleh khas Garut.

Ketua Kelompok Penggerak Pariwisata Ciburial, Hadian Hendra Cahya mengatakan kampung wisata ini berdiri awalnya dari dana CSR perusahaan Migas pada tahun 2010. Hingga sembilan tahun berjalan,dana yang terserap untuk pembangunan dan pengembangan kampung wisata mencapai Rp  3,5 Miliar dengan luas area 3 hektar.

Tanah ini milik 8 orang warga setempat dengan sistem sewa dan ada juga yang bagi hasil. Setelah berkiprah dan terus bergerak,pada tahun 2018,kampung wisata ini diresmikan Gubernur Jawa Barat.

"Jadi kita bergerak dulu,baru lembaga menyusul. Karena jangan sampai lembaga berdiri namun tanpa kegiatan.Hanya membentuk lembaga saja," kata Hadian di depan peserta.

Dibawah BUMDes Jaya Laksana,di kampung wisata ini terdapat mata air ciburial yang airnya bening dan dingin sekaligus menjadi ikon di wilayah Ciburial. Sumber ini satu dari  total 5 sumber air yang ada di wilayah Garut.

Ada juga wahana flaying fox, ruang UMKM center,aula,saung yang disewakan Rp 2 juta per malam dengan 4 kamar,kebun sayuran seperti tomat chery, selada, kebun kol, peternakan domba garut yang diberi nama 'hotel domba' ,meeting room dan juga sarana lain yang terus ditambah. Termasuk wisata air yang dibangun di tengah pemukiman masyarakat.

"Selain CSR perusahaan,kita juga membangun dengan swadana hasil dan dari masyarakat,"kata Hadian.

Keberadaan kampung wisata Ciburial terbukti mampu mendongkrak ekonomi masyarakat setempat. Misalnya untuk penyedia home stay dari awalnya hanya 5 home stay,kini ada  75  yang tersebar di empat kampung.

"Kunjungan rata-rata 1.000 orang wisatawan setiap bulannya," katanya.

Kepada wisatawan ditawarkan 40 paket wisata. Seperti paket belajar akting,pencak silat,paket membuat akar wangi, paket cari ikan di kolam,paket melatih domba serta paket merawat domba.

"Ketika kami akan ada pengembangan kampung wisata, kami mengajukan ke BUMDesa. Jadi BuMDesa ini membawahi juga untuk UMKM yang ada di desa wisata. Kitapun setor kesana ketika segala pendapatan kampung wisata telah kita hitung termasuk biaya operasional, keuntungan kita masukan BUMDesa" kata Hadian.

Sementara Antoni mengatakan studi komparasi dimaksudkan untuk menimba ilmu mengenai pengeloaan dan pengembangan desa wisata. Diharapkan ilmu yang didapat,bisa di terapkan dan diinovasikan sesuai dengan kondisi dan potensi yang ada di Bantul.

"Jangan sampai desa wisata di Bantul setelah terbentuk kemudian mati suri atau tanpa aktifitas.  Jadi memang diperlukan inovasi dari para pengelola desa wisata agar tetap eksis dan mampu menarik kedatangan wisatawan. Maka nantinya keberadaan desa wisata selain turut meningkatkan  arus kunjungan  wisatawan ke Bantul juga mampu meningkatkan perekonomian masyarakat," tandasnya. (yve)