Balita pun Memakai Masker

Balita pun Memakai Masker

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA --  “Aisy, ayo timbang badan dulu,” kata seorang kader PKK begitu melihat Ny Lina masuk serambi gedung RW 08 Kelurahan Sorosutan Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta sambil menggandeng anak bungsunya itu.

Anak berusia di bawah lima tahun (balita) itu dengan cekatan menghampiri timbangan. Dibantu ibunya dan Ny Tini, kader PKK, segera Aisy naik timbangan badan.

“17 kilogram,” kata Ny Tini  yang langsung dicatat Ny Fatique, kader yang bertugas merekap hasil pantauan timbangan balita. Ny Lina tampak lega karena timbangan anaknya naik 0,5 kg dibanding bulan lalu.

Selain Aisy ada Chaira dan Askar yang diukur lingkar lengan, lingkar kepala dan tinggi badan. Lingkar lengan boleh bertambah sesuai perkembangan badan anak tetapi lingkar kepala tidak boleh membesar.

Hari itu, Selasa (15/12/2020) sore, di Balai RW 08 berlangsung Dapur Peduli Covid 19 Ngluwihi Mbagehi PKK RW 08. Menurut pelaksana kegiatan, Ny Ana Khoiriyah Sunubadi, ini merupakan kelanjutan Yandu (Pelayanan Terpadu) balita sebelum pandemi.

Hanya saja biayanya swadaya. Memang ada tambahan dari kas tetapi jumlahnya kecil. Setiap kegiatan butuh dana sekitar Rp 500 ribu sampai Rp 700 ribu.

Kegiatan itu merupakan kali kedua setelah pendemi virus Corona merebak sehingga Yandu Balita sempat terhenti. Padahal pantauan tumbuh kembang anak mutlak perlu, jika terjadi sesuatu bisa segera terdeteksi. Data-data balita sebenarnya telah terkumpul sehari sebelumnya dengan cara para kader mendatangi keluarga yang punya bayi dan balita.

“Ada yang didatangi ternyata anaknya sedang tidur sehingga ada sebagian, sangat kecil saja, yang ikut ke balai RW,”  kata Ny Ana lagi.

Idealnya karena situasi yang hadir hanya orang tuanya saja untuk menyelesaikan data administratif. Semua wajib mematuhi protokol kesehatan mencuci tangan dengan sabun yang disiapkan  RW, termasuk balita pun memakai masker.

Selain itu, juga menjaga jarak ideal. Guna menghindari kemungkinan terjadi kerumunan kehadiran orang tua diatur dua shift. Pukul 16:00 untuk tiga RT dan  pukul 16:30 untuk dua RT.

Garis kuning

Kegiatan ini diikuti 36 keluarga yang punya balita dari lebih 40 balita. Memang beberapa tidak bisa mengikuti karena tidak ada yang mengantar lantaran orang tua belum pulang kerja.

Dari 36 balita tersebut hanya satu yang berat badannya berada pada garis kuning, kurang dari standar tumbuh kembang anak. Sedangkan dua anak melampaui timbangan.

Kurang atau berlebih sama-sama harus dipantau karena kelebihan berat badan dikhawatirkan terjadi obesitas. Bagi yang kurang berat badannya dipantau tiga bulan.

Apabila ternyata tidak bisa memenuhi standar tumbuh kembang anak, akan dikoordinasikan dengan Puskesmas supaya mendapatkan tambahan bahan makanan bergizi. Menurut Ana, di lingkungan RW 08 belum pernah ada balita sampai masuk garis merah.

Di Dapur Peduli Covid 19 tersedia makanan bergizi dengan menu nasi putih, sop, telur, tempe garit dan pisang. Orang tua yang telah menyelesaikan data administratif segera pulang membawa menu makanan balita yang dikemasdengan boks plastik warna-warni. (*)