Bakti 100 Tahun untuk Negeri, RS Dr Yap Gelar Pemeriksaan dan Operasi Mata 100 Orang
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Menandai 100 tahun atau satu abad usianya, Rumah Sakit (RS) “Dr Yap” Yogyakarta menggelar pemeriksaan dan operasi mata untuk 100 orang, Minggu (5/3/2023).
Pada aksi sosial yang berlangsung di rumah sakit Jalan Cik Di Tiro Yogyakarta tersebut diundang hadir antara lain Ketua Yayasan Dr Yap Prawirohusodo GBPH H Prabukusumo S Psi, Direktur Utama RS Mata "Dr YAP" dr Alida Lienawati M Kes FISQua, Ketua Panitia HUT ke-100 RS Mata "Dr YAP", Anton Jaswadi AMKL maupun Ketua Panitia Bakti 100 Tahun Untuk Negeri, dr Mufida Dwi Nurhayati Sp M.
Kepada wartawan di sela-sela acara yang juga dihadiri tamu undangan serta jajaran Dinas Kesehatan setempat, dokter Alida Lienawati menyampaikan kebutaan dan gangguan tajam penglihatan merupakan masalah kesehatan mata global.
Disebutkan, sebanyak 37 juta orang mengalami kebutaan di seluruh dunia. Total 161 juta orang mengalami gangguan tajam penglihatan. Sepertiganya berada di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
“Pemeriksaan dan deteksi dini gangguan mata menjadi kunci agar permasalahan dapat diketahui dengan segera dan ditangani seawal mungkin,” ungkapnya.
Menurut dia, keterlambatan pendeteksian berisiko menyebabkan terlambatnya pemberian terapi. Dampaknya, kualitas penglihatan dan aktivitas sehari-hari dapat terganggu seiring perburukan yang mungkin terjadi.
“Pemeriksaan dan deteksi dini menjadi perhatian kita bersama. Namun, tidak semua orang memiliki akses dan kesempatan yang sama. Masih banyak penderita gangguan tajam penglihatan dan risiko kebutaan tidak mendapat akses ke pelayanan kesehatan mata yang memadai,” tambahnya.
RS Mata "Dr. YAP" berupaya hadir di tengah masyarakat, sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat yang benar-benar membutuhkan pelayanan kesehatan mata. Salah satunya, dengan menggelar kegiatan bakti sosial seperti saat ini.
“Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-100, tepatnya 29 Mei 2023 mendatang, maka RS Mata "Dr YAP" menggelar kegiatan bertajuk Bakti 100 Tahun Untuk Negeri,” kata dia.
Kegiatan ini digalang oleh sie sosial HUT ke-100 dengan tujuan menurunkan angka kebutaan di Indonesia, terutama kebutaan yang dapat dicegah. Tahun ini, RS Mata "Dr YAP" menghimpun 168 pasien pra-sejahtera (tidak memiliki BPJS dan jaminan kesehatan lainnya) untuk diperiksa.
Pasien yang berdasarkan hasil pemeriksaan membutuhkan tindakan operasi, akan ditindaklanjuti dengan operasi sesuai diagnosisnya. RS Mata "Dr YAP" menyediakan 100 paket operasi mata gratis, meliputi 60 operasi katarak, 30 operasi pterygium dan 10 operasi glaukoma.
Anton Jaswadi dan dr Mufida Dwi Nurhayati menambahkan, skrining atau pemeriksaan pra-operasi dilaksanakan pada Minggu (5/3/2023) di RS Mata "Dr YAP".
Sebanyak 150 orang pasien diperiksa oleh dokter-dokter spesialis mata dari RS Mata "Dr YAP" dan Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) Cabang DIY.
“Bagi pasien yang berdasarkan hasil skrining membutuhkan tindakan operasi akan ditindaklanjuti operasi bertahap mulai 6 Maret sampai dengan 6 April 2023. Operasi akan dilaksanakan di Ruang Operasi RS Mata "Dr YAP" menyesuaikan jadwal dokter operator/pelaksana,” kata Mufida.
Setelah operasi, pasien diminta kembali ke RS mata "Dr. YAP" pada H+1 dan H+7 setelah operasi untuk kontrol.
Menariknya, acara pemeriksaan mata dirangkai dengan senam bersama dilanjutkan talk show bertajuk Living with Glaucoma: What We Should Know dengan narasumber dr Erin Arsianti Sp M M Sc MPH, dokter spesialis mata subspesialis glaukoma RS Mata "Dr YAP".
Tema glaukoma diambil karena pada 12-18 Maret 2023 diperingati sebagai World Glaucoma Week (WGW) atau Pekan Glaukoma Sedunia. WGW adalah perayaan tahunan tiap minggu ketiga di bulan Maret yang ditujukan untuk meningkatkan awareness serta pengetahuan masyarakat tentang pentingnya deteksi dini glaukoma.
“RS Mata "Dr YAP" mengucapkan terima kasih atas dukungan pihak-pihak yang telah bersinergimensukseskan acara Bakti 100 Tahun Untuk Negeri, Pemeriksaan dan Operasi Mata Memperingati 100 Tahun RS Mata "Dr YAP",” kata dia.
Diketahui, katarak adalah penyebab kebutaan nomor satu di dunia, termasuk Indonesia. Katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Kekeruhan tersebut menyebabkan cahaya sulit masuk mencapai retina sehingga penderita katarak tidak dapat melihat dengan jelas.
Keadaan ini sama dengan hasil pemotretan yang kabur akibat lensa kamera yang kotor. Penderita katarak akan mengalami penglihatan kabur seperti melihat kaca yang berembun atau sedang berada di tempat berkabut, mata lebih mudah silau jika terkena cahaya, penglihatan ganda saat mengemudi di malam hari, perlu cahaya terang yang ekstra untuk membaca, dan lensa mata (manik mata) berubah buram atau putih seperti susu.
Sedangkan pterygium merupakan pertumbuhan jaringan fibrovaskular yang berbentuk selaput tipis pada bagian putih mata atau konjungtiva mata. Pertumbuhannya dapat mengalami pembesaran hingga bagian kornea mata.
Pterygium banyak dijumpai di daerah tropis. Orang dengan aktivitas di luar ruangan dan terpapar sinar matahari langsung berisiko lebih besar terkena pterygium.
Selain paparan sinar matahari, debu, pasir, partikel-partikel yang terbawa angin, mata kering, infeksi mikroba atau virus merupakan faktor-faktor risiko pterygium. Penderita pterygium umumnya merasakan kering pada mata. Selain itu, ada rasa mengganjal, mata merah, penglihatan terganggu, dan gerak bola mata yang terganggu.
Adapun glaukoma adalah penyebab kebutaan nomor dua di dunia, termasuk Indonesia, setelah katarak. Glaukoma merupakan kelompok penyakit saraf mata yang kronis dan progresif yang disebabkan oleh peningkatan tekanan bola mata sebagai salah satu faktor risiko utamanya. Glaukoma dapat mengenai satu atau dua mata dan dapat terjadi pada segala umur, baik laki-laki maupun perempuan. Penyebab glaukoma mulfifaktorial.
Tekanan bola mata yang meninggi merupakan faktor utama. Tekanan bola mata yang meninggi paling sering disebabkan hambatan pengeluaran cairan bola mata (humor aqueos). Glaukoma sering disebut "pencuri penglihatan" karena berkembang tanpa ditandai dengan gejala yang nyata.
Penderita glaukoma sering tidak menyadari penyakitnya sampai terjadi kerusakan penglihatan yang sudah lanjut. Oleh sebab itu, deteksi, diagnosa, dan penanganan harus dilakukan sedini mungkin. (*)