Awas, Bisnis Kusam Crazy Rich

Awas, Bisnis Kusam <i>Crazy Rich</i>

SIAPA yang mau jatuh miskin kecuali terpaksa. Ketika hidup ini miskin, segalanya serba susah. Mau makan, sekolah, liburan, berobat, atau sekadar membeli beras untuk makan sehari satu dua tak juga kunjung bisa. Begitu sulitnya untuk bisa survive, maka kemudian tak sedikit dari kita yang mencoba banting tulang, yang penting bekerja menghasilkan uang untuk menopang jalan ke depan. Itu bagi mereka yang minus skill.

Tapi tak demikian adanya dengan kawan-kawan yang punya kemampuan dengan skill yang memadai. Mereka bisa menciptakan lapangan kerja maupun usaha secara mandiri, atau sekurangnya dapat memilih pekerjaan kala mereka hanya ingin menjadi kelas pekerja dengan gaji regular setiap bulan.

Selain itu, ada juga kalangan yang meski punya bekal lulusan perguruan tinggi, secara intelektual tak kedodoran, modal usaha ada, pendeknya segala lebih dari cukup, tapi kelompok ini maunya hanya langsung enak, serba cepat (instan), tak mau menempuh proses, pengin hasilnya bertumpuk secara material. Tak sedikit kaum muda kita yang terjebak dalam framing atau paradigma ini, yang kemudian mereka membenamkan dirinya ke dalam kubangan sesat pikir, sesat jalan dan berakhir sesal yang selalu datang kemudian.

Beberapa alasan, mengapa anak-anak muda sampai mengambil jalur tersebut? Pertama, gemerlap booming investasi, baik legal dan ilegal menjadi magnet tersendiri bagi milenial ini untuk bersegera memposisikan dirinya dalam jajaran elit, glamour dan berimpresi mapan. Tak ayal, mereka pun sering tampil parlente, bergaya, gagah, berbalut pahlawan dan sok dermawan. Kerap mereka memainkan peran seperti Zorro, Robin Hood atau yang lain yang berbulu kesalehan. Kelompok ini acap terbuai mimpi dalam pusaran angin-angin surga.

Kedua, mereka nampaknya tak punya kepercayaan diri lagi, sehingga gelap mata menjalankan bisnis atau usaha yang rentan berperkara hukum, namun menghasilkan uang yang besar dalam tempo singkat. Maka segala upaya dilakukan agar tetap survive di terjalnya pemenuhan kebutuhan hidup. Lihat saja, mulai arisan bodong, investasi abal-abal, pinjol ilegal, trading yang hanya zonk, dan sebagainya.

Ketiga, mengambil jalan instan (cepat dan seketika) tanpa melalui proses tapi lebih berhitung pada hasil. Pada titik inilah, tak sedikit masyarakat yang tergerus mentalnya dan kepincut dengan ajakan bisnis yang seolah menghasilkan uang yang tak putus..

Kita mahfum, deretan crazy rich di negeri ini, seperti Raffi Ahmad, Maharani Kemala, Ahmad Sahroni, Gilang Widya Pramana, Rudi Salim, Indra Kenz dan Doni Salmanan. Siapa kenal orang-orang kaya raya tersebut? Duo yang disebut terakhir di antara crazy rich di atas saat ini sedang berperkara hukum atas lahan bisnisnya.

Predikat crazy rich rupanya telah membutakan mata hatinya, membuat kurus bahkan kusut pikiran dan jiwanya, sehingga sampai hati melakukan praktik mengeruk uang dari masyarakat dengan cara yang tak terpuji. Aksi iming-iming untung besar, berlipat dan serba cepat tanpa perlu buang energi banyak, hanya cukup menyiapkan modal atau cuan yang besar, maka keuntungan yang jauh lebih besar siap di tangan.

Budaya instan ini sampai sekarang masih terawat dan beberapa kalangan sengaja meniupkannya sebagai amunisi penghasil uang. Jika tak waspada dan hati-hati penuh perhitungan matang, bisa-bisa seluruh modal kita akan habis dalam waktu teramat pendek. Tak sedikit korban binomo dan quotex ala Indra Kenz dan Doni Salmanan yang berteriak merasa ditipu, dirugikan dengan nilai yang tak sedikit bagi ukuran ASN seperti saya.

Model bisnis underground tersebut sangat jauh dari nilai pemberdayaan, tapi lebih berfrasa pemerdayaan. Bisnis muslihat ini barangkali bagi sebagian kalangan akan memasuki masa-masa kebahagiaan di tengah kerawanannya. Bisa juga menjadi test case, seberapa jauh dan seberapa dahsyat strategi yang diluncurkan untuk mencuri uang masyarakat dengan balutan sedikit mainan trading atau saham dan lain-lain.

Kasus Indra Kenz dan Doni Salmanan membawa praktik ekonomi kelam ini mirip judi togel yang berhadiah besar hingga ratusan juta rupiah dengan cara menebak nomor togel yang akan keluar, mereka akan mendapat uang berlipat saat nomor tebakannya tepat keluar, tapi sebaliknya bagi yang meleset harus puas gigit jari. Jika praktik itu berlangsung lama dan berulang terus, bukan tak mungkin pemasang togel pun akan jatuh miskin, Sekaya-kaya apa pun, penipu, penjudi dan pemasangnya juga akan jatuh mskin.

Memotong jalur atau keluar dari jalan busuk ini harus segera ditempuh. Pertama, kalau tak bisa langsung meninggalkan bisnis culas tersebut, maka secara pelahan harus dicoba untuk sedikit demi sedikit dihindari dan dijauhi, sehingga pos dana yang biasanya dialokasikan untuk investasi di binomo atau quotex dan sejenisnya, bisa ditabung sebagai nilai investasi yang tak berisiko.

Tiji Tibeh

Kedua, melakukan bisnis riil jauh lebih nyaman dan tenang ketimbang bisnis fiktif atau abal-abal seperti praktik di atas. Karena kita dapat mengontrol langsung bagaimana perputaran uang dalam setiap usaha kita. Memang segala bisnis itu berisiko, tapi sekurangnya absen bahkan nihil risiko hukum, karena tidak ada unsur tipu-tipu maupun menyedot dana masyarakat yang berakhir menyengsarakannya.

Ketiga, mau belajar kepada praktisi maupun best practice lain yang jelas sudah punya evidence atas sukses usaha dengan segenap fluktuasi risiko secara ekonomi. Bisa juga lewat ruas-ruas pembelajaran dari buku, virtual dan atau melalui agenda diskusi yang ditebar di mana-mana. Model demikian justru akan membuka pikiran kita, tak hanya bertumpu pada monopoli pada satu kepala, tapi pada banyak kepala semakin mengayakan proses bisnis otak kita. Pada point ini kita bisa menjadi kawan diskusi yang baik dan lawan berpikir yangt mumpuni, termasuk dalam bisnis, investasi dan usaha lainnya.

Membaca referensi dan regulasi rupanya bisa sedikit menyantuni kefakiran otak dan langkah kita, sehingga tak terbentur pada pundi-pundi ekonomi yang salah. Bisnis ini miskin nilai edukasi di dalamnya, masyarakat hanya dicekoki menjadi generasi pemalas tanpa kerja keras. Tanpa berpikir dan beranalisa.

Pada beberapa masyarakat juga sebagian masih meyakini jejak spiritual yang berbau mistis untuk mendatangkan uang yang berlimpah dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Ada yang ke Kemukus, pergi ke Srandil atau bertapa di Kahyangan, menepi di hutan atau bermandi di laut bebas, dan sebagainya.

Hal-hal irasional ini rupanya masih menjadi “semen,”: bagi pemuja harta secara instan. Padalah mereka ini juga orang-orang yang paham secara hukum logika maupun bisnis, tapi lajur itu pun nekat ditempuh. Kadang reasoning mereka cukup klise, “kepepet.” Daya dobrak kepepet atau terdesak kebutuhan inilah yang menjadi pledoi manakala orang-orang termasuk anak muda berbisnis di simpang jalan.

Terakhir, perlu konsistensi dalam meneguhkan cita-cita, termasuk dalam dunia bisnis yang sudah menjadi keputusannya, sehingga tidak belak-belok atau nikang-nikung tapi tetap lempang pada jalur yang menjadi spirit dan mimpinya. Tak usah gampang tergeser dengan segala iming-iming dengan terus melakukan kreasi dan inovasi dalam menjalankan bisnis atau usahanya.

Tak usah kegedhen empyak kurang cagak atau tak perlu muluk-muluk dan harus disesuaikan dengan budget dan penghasilan kita. Kasus Indra Kenz dan Doni Salmanan dengan binomo dan quotex mesti menjadi penanda momentum kebangkitan bagi penyadaran kita untuk eling lan waspada, seperti disarankan pujangga besar Ronggowarsito silam, include bisnis-bisnis yang tak murah ini kembali ke bisnis riil yang siklusnya tak mengandalkan daya muslihat.

Investasi full muslihat seperti investasi bodong yang sedang viral dengan actor para crazy rich suka tak suka, diakui atau tidak diakui satu demi satu terbuka kedoknya, berangsur berguguran, dan sekarang pilihan itu di tangan kita: madu atau racun. Hari ini, Tiji Tibeh: mukti siji mukti kabeh (mukti satu mukti semua) tidak terbukti dan yang ada hanya Tiji Tibeh alias mati siji mati kabeh, seperti binomo dan quotex, Indra Kenz dan Dony Salmanan sudah kita berangus, besok siapa lagi. Kita menanti langkah seksi ini.

Satu hal lagi, jalan edukasi dengan meningkatkan literasi saham, keuangan, pajak, investasi legal, ekonomi, bisnis virtual lainnya penting diketengahkan ke masyarakat agar tidak terjeblos (kurang akal) dalam kawah kenestapaan. Mawas diri, inovasi dan meralat capaian prestasi menjadi bagian kunci keluar dari jerat kusam ini. *

Marjono

Kasubag Materi Naskah Pimpinan Pemprov Jateng.