Aula Grha Suara Muhammadiyah Menjadi Saksi

Melalui diskusi, diangkat perhatian khusus pada persoalan yang jarang tersorot.

Aula Grha Suara Muhammadiyah Menjadi Saksi
Suasana bedah buku karya Islamiyatur Rokhmah di Grha Suara Muhammadiyah. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Aula Grha Suara Muhammadiyah di Jalan KHA Dahlan Yogyakarta menjadi saksi penyelenggaraan bedah buku yang mengusung tema penting Menakar Hak Pendidikan bagi Perempuan Penyandang Disabilitas: Agama, Gender, dan Kebijakan.

Acara ini merupakan kolaborasi antara Majelis Perkaderan dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Suara Muhammadiyah dan Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta.

Melalui diskusi, diangkat perhatian khusus pada persoalan yang jarang tersorot yaitu bagaimana perempuan penyandang disabilitas menghadapi tantangan multidiskriminasi dalam mengakses hak pendidikan.

Buku karya Dr Islamiyatur Rokhmah S Ag MSI yang menjadi pusat pembahasan, tidak hanya mengurai hambatan tersebut dari sisi sosial dan kebijakan tetapi juga merangkum perspektif agama, gender dan disabilitas.

Keilmuan Islam

Islamiyatur menggabungkan teori interseksionalitas dengan konsep keilmuan Islam, seperti bayani, burhani dan irfani, untuk memberikan pendekatan yang lebih mendalam dan komprehensif.

Tantangan yang dihadapi perempuan penyandang disabilitas -- mulai dari diskriminasi gender, kondisi fisik hingga kemiskinan-- sering menjauhkan mereka dari kesempatan pendidikan yang setara.

Buku ini menawarkan analisis kritis yang tak hanya mengidentifikasi masalah tapi juga menyarankan advokasi berbasis kebijakan inklusif yang lebih berkeadilan.

"Penting kerja sama antara berbagai pihak untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih ramah bagi penyandang disabilitas," kata Dr Bachtiar Dwi Kurniawan S Fil I MPA, Ketua MPKSDI PP Muhammadiyah.

Kebijakan

Sedangkan Ketua Umum PP ‘Aisyiyah Dr Apt Salmah Orbayinah M Kes menekankan urgensi kebijakan berbasis keadilan gender dan disabilitas dalam pidato kuncinya.

Diskusi yang dipandu moderator Fauzan Anwar Sandiah M Pd berlangsung hangat dengan kehadiran dua pembedah ahli yaitu Prof Dr Hj Marhumah M Pd dan Ro’fah MA Ph D.

Keduanya mengupas tuntas berbagai aspek buku sekaligus memberikan pandangan kritis terhadap tantangan yang dihadapi perempuan penyandang disabilitas di dunia pendidikan.

Acara ini menarik perhatian berbagai kalangan mulai dari akademisi, NGO hingga masyarakat umum. Kehadiran Majelis dan Lembaga dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah serta Organisasi Otonom Muhammadiyah turut memperkuat komitmen bersama memperjuangkan hak-hak pendidikan yang lebih inklusif bagi perempuan penyandang disabilitas.

Ajang diskusi

Bachtiar menambahkan, bedah buku diharapkan tidak hanya menjadi ajang diskusi tetapi juga momentum bagi semua pihak untuk bergerak menciptakan kebijakan pendidikan yang adil dan merata.

“Langkah nyata sangat diperlukan guna memastikan bahwa setiap perempuan penyandang disabilitas di Indonesia dapat menikmati hak pendidikan tanpa diskriminasi,” kata dia. (*)