Atasi Masalah Sampah, UAD Bantu Pemkab Bantul

Atasi Masalah Sampah, UAD Bantu Pemkab Bantul

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Sampah menjadi persoalan serius di kabupaten Bantul. Berdasarkan data dari Pemkab Bantul, dalam sehari ada sekitar 400 ton sampah yang masuk ke TPST Piyungan.

Karenanya, berbagai upaya dilakukan untuk pengolahan sampah di kabupaten tersebut. Kali ini, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) ikut berperan dalam mewujudkan
gerakan Bantul Bersama Bersih Sampah 2025.  

“UAD memiliki SDM (sumber daya manusia-red) untuk mendukung program Bantul Bersama Bersih Sampah 2025 ini,” papar Dr Muchlas MT, Rektor UAD, di sela penandatangan naskah kerja sama yang dilakukan Rektor UAD, Dr Muchlas MT dan Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, di Balai Kalurahan Potorono, Kapanewon Banguntapan, Rabu (3/11/2021).

Menurut Muchlas, UAD ke depan mendukung pengembangan sistem informasi pengelolaan sampah di kabupaten tersebut. Selain itu, melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), UAD juga ikut melakukan pemantauan kualitas air sungai-sungai yang mengalir ke Bantul, dan udara melalu peran tenaga ahlinya.

"Dosen dan mahasiswa UAD juga bisa memberikan pendampingan pengelolaan sampah sampai tahun 2025 melalui KKN maupun penelitian dosen,” paparnya.

Sementara Abdul Halim mengungkapkan, TPST Piyungan saat ini sudah tidak mampu menampung sampah dari luar Bantul. Sebab warga Bantul menghasilkan sampah 0,6 kilogram per orang setiap harinya.

"Jika penduduk Bantul ada satu juta orang, maka sampah yang dihasilkan sebanyak 600 ton/hari. Padahal Pemkab Bantul hanya mampu mengolah sampah 100 ton/hari," jelansya.

Karena itu Pemkab Bantul membutuhkan terobosan untuk pengolahan sampah secara madiri. Salah satunya melalui kerja sama berbagai stakeholder dalam gerakan ‘Bantul Bersama, Bersih Sampah 2025’.

Gerakan ini diterapkan berbasis di padukuhan. Hal ini dinilai efisien karena Bantul memiliki 933 padukuhan. BUMKal dijadikan pusat pengelolaan sampah organik dan anorganik.

Sampah organik dijadikan kompos untuk disalurkan kepada pengguna kompos. Sedangkan sampah anorganik diolah dan juga bisa dijadikan kerajinan.

"Sampah yang tidak dapat diolah berupa residu dikirim ke TPST Piyungan. Sudah ada sembilan yang menerapkan Gerakan Bantul Bersama ini. Di tingkat kalurahan diterapkan model pengelolaan sampah berbasis BUMKal," jelasnya. (*)