Apa Untungnya jika Ibu Kota Pindah?

Apa Untungnya jika Ibu Kota Pindah?

KORANBERNAS.ID – Para pakar lingkungan hidup tergabung dalam Perkumpulan Profesional Lingkungan mendukung rencana pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan.

Dari aspek kelestarian lingkungan hidup, pemindahan itu memiliki banyak keuntungan terutama untuk menyelamatkan pulau Jawa dari ancaman kolaps.

“Sejak tahun 2010 kami melakukan kajian mengenai fenomena lingkungan hidup di Indonesia khususnya Jawa. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi lingkungan hidup di Jawa sudah membahayakan,” ujar Dr Tasdiyanto, Ketua Perkumpulan Profesional Lingkungan.

Pada acara dikusi media dengan tema Pindah Ibu Kota dalam Perspektif HAM, Sabtu (21/9/2019) sore, di Merapi Resto Kotabaru Yogyakarta, dia menyampaikan lingkungan hidup Jakarta terlihat semakin parah.

“Prediksi kami sejak tahun 2010 benar adanya. Kualitas air dan udara Jakarta berada pada titik terendah yang membahayakan kesehatan manusia,” tandasnya.

Itu sebabnya Perkumpulan Profesional Lingkungan memberikan tiga alternatif perbaikan lingkungan hidup ibu kota, salah satunya memindahkan pusat pemerintahan dari pulau Jawa.

Didampingi Sekjen DPP Perkumpulan Profesional Lingkungan, Suparlan, lebih jauh Tasdiyanto mengakui lingkungan hidup memang bukan satu satunya ancaman.

Ini karena masih banyak ancaman lain seperti penyalahgunaan narkoba maupun dampak  negatif teknologi informasi.

Yang pasti, apabila ibu kota pindah maka perbaikan lingkungan hidup di Jakarta makin ringan. Yang terjadi saat ini masalah lingkungan selalu kejar-kejaran dengan solusinya.

Dia sepakat, pemindahan ibu kota ke Kalimantan harus disertai perencanaan yang baik. Bappenas sudah melakukan kajian-kajian.

“Jakarta yang dulu bernama Batavia bukan didesain untuk ibu kota negara. Dari sudut politik, ekonomi dan lingkungan, kami mendukung keputusan untuk memindahkan ibu kota,” paparnya.

Dengan begitu, aktivitas perekonomian bisa terdistribusi, tidak hanya terpusat di satu titik saja.

Mengenai kekhawatiran adanya kebakaran hutan dan lahan gambut, menurut Tasdiyanto, justru dengan berpindahnya ibu kota maka masalah itu semakin mudah terkontrol antara lain melalui langkah-langkah pengendalian.

“Sesungguhnya Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup berhasil mengurangi jumlah hotspot dengan langkah-langkah pengendalian dan berbagai inovasi,” kata dia.

Secara teknis, selain sudah ada aplikasi disertai patroli pencegahan kebakaran hutan dan lahan, para peneliti dari berbagai perguruan tinggi telah lama melakukan riset mengenai model pengelolaan lahan gambut yang efektif. (sol)