Angka Kesembuhan Kasus Covid-19 di Sleman Melampaui Nasional
KORANBERNAS.ID, SLEMAN--Angka kesembuhan kasus Covid 19 di wilayah Kabupaten Sleman terus mengalami peningkatan. Saat ini, angka kesembuhan telah mencapai 94,34 persen, berada di atas angka kesembuhan rata-rata nasional sebesar 94 persen.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman Cahya Purnama menjelaskan, bahwa tren kasus aktif Covid-19 di wilayah Sleman telah mengalami penurunan. Menurutnya, pada bulan September ini, angka kasus aktif di Sleman jauh dari dua bulan sebelumnya.
“Tren kasus aktif sudah menurun. Dari Juli sebanyak 7.659 kasus aktif, Agustus 6.131 kasus aktif dan sampai September ini belum lebih dari 1.000 kasus aktif. Masih di angka 691 kasus,” jelas Cahya kepada wartawan di Sleman, Selasa (21/9/2021).
Sementara untuk capaian program vaksinasi di wilayah Sleman, sampai tanggal 20 September 2021, vaksinasi dosis pertama telah mencapai 69.7 persen. Cahya mengaku dirinya optimis vaksinasi yang ditargetkan Pemkab Sleman pada akhir September akan terpenuhi.
“Untuk dosis pertama, pertanggal 20 September 2021 kemarin 69.7 persen. Untuk target 70 persen di akhir September, optimis tercapai karena dalam satu hari rata-rata bisa 1 persen dengan 8 ribu sasaran,” kata Cahya.
Cahya juga menyampaikan, bahwa Selasa (21/9/2021) ini Pemkab Sleman mendapatkan 52.000 dosis vaksin Pfizer yang diberikan pemerintah pusat melalui pemerintah provinsi. Cahya menyebut di DIY, hanya Sleman yang mendapatkan vaksin Pfizer.
“Pfizer ini memang memiliki efek samping seperti AstraZeneca, tapi efikasinya tinggi mencapai 95 persen dan bisa diberikan pada remaja 12 tahun ke atas, lansia, ibu hamil ataupun warga dengan komorbid,” tutur Cahya.
Menurut Cahya, efek samping dari vaksin Pfizer ini kerap menjadi kekhawatiran masyarakat. Dia menyebut vaksin Pfizer merupakan vaksin yang aman hanya membutuhkan pengendalian yang tepat, seperti harus disimpan dalam suhu minus 60 derajat.
Sebelumnya, Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo meminta agar vaksinasi door to door bisa mulai dilakukan. Langkah ini, diharapkan bisa mempercepat jangkauan vaksinasi, terutama untuk masyarakat lansia. Untuk itu, Kustini meminta puskesmas dan pemerintah kalurahan bisa jemput bola terhadap lansia yang belum mendapatkan vaksin.
“Alhamdulilah capaian vaksin kita tinggi. Tapi untuk lansia baru di angka 55,1 persen untuk dosis pertama. Saya harap ini bisa ditindaklanjuti dengan vaksinasi door to door,” ungkap Kustini.
Menurut Kustini, sasaran vaksin lansia yang ada di Kabupaten Sleman sebanyak 159.395 orang. Dari jumlah tersebut yang sudah tervaksin dosis pertama mencapai 68.776 orang.
“Sementara untuk capaian vaksin lansia dosis kedua baru mencapai 49.824 orang atau sekitar 39,8 persen,” kata Kustini.
Vaksinasi door to door, katanya, merupakan bentuk pelayanan kepada masyarakat salah satunya lansia. Apalagi banyak lansia yang tidak paham dengan penggunaan teknologi informasi, sehingga hal itu berpotensi menghambat upaya percepatan vaksinasi.
“Kelompok lansia ini kan yang paling rawan jika terjangkit virus. Untuk itu kita harus aktif turun ke lapangan untuk mendata lansia kita yang belum terjangkau vaksin,” katanya lagi.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, saat ini seluruh kabupaten kota di Jawa dan Bali telah berada pada level 3 dan 2 Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Sementara di luar Jawa dan Bali ada 21 kabupaten kota pada level 1, 250 kabupaten kota pada level 2, 105 kabupaten/kota pada level 3, dan 10 kabupaten kota pada level 4.
Begitu juga dengan kasus positif Covid-19 dan angka kematian, terus menunjukkan tren penurunan.
“Tentu hal ini menjadi berita yang baik untuk kita semua. Untuk itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama masyarakat yang telah membantu dalam upaya pengendalian pandemi Covid-19 di Indonesia,” ujar dr. Nadia saat menyampaikan beberapa update terkait situasi penanganan Covid-19 secara nasional.
Nadia memaparkan, secara nasional terjadi penurunan kasus mingguan sebanyak 40% dan penurunan jumlah kematian sebesar 48% dibandingkan pekan sebelumnya. Namun, dia menyebut, masih ada beberapa provinsi yang masih mencatatkan insidensi dan angka kematian yang relatif tinggi yaitu di Kalimantan Utara dan Bangka Belitung.
Terkait testing rate nasional, Nadia menegaskan, hal tersebut terus ditingkatkan menjadi 4,22 orang diperiksa per 1.000 penduduk per pekan. “Ini di atas standar WHO atau Badan Kesehatan Dunia yaitu 1 orang diperiksa per 1000 penduduk per pekan sebagai parameter surveilans yang komprehensif. Kami juga memastikan, seluruh provinsi telah mencapai standar minimal tersebut dengan beberapa provinsi mencatatkan testing rate yang cukup tinggi yaitu di Bali, Riau, Kalimantan Timur dan DKI Jakarta,” tambahnya.
Sementara positivity rate secara nasional, dr. Nadia menyebut, telah mencapai angka 4% atau lebih kecil dari standar WHO, kurang dari 5%. “Dan seluruh 34 provinsi telah mencapai target positivity rate kurang dari 5%,” katanya.
Parameter lainnya, lanjut Nadia, adalah menurunnya penggunaan tempat tidur rumah sakit yang diukur dengan Bed Occupancy Rate atau BOR. “Saat ini tidak ada provinsi yang mencatatkan BOR di atas 80%, baik untuk BOR total maupun BOR ICU. Hal ini juga menjadi salah satu target vaksinasi untuk mencegah keparahan jika seseorang yang telah mendapatkan vaksinasi terinfeksi Covid-19,” tambahnya.
Nadia menyatakan, tren positif di hampir seluruh indikator merupakan salah satu bukti keseriusan semua untuk dapat mengendalikan pandemi Covid-19 di tanah air. “Yang harus diingat, upaya terberat selanjutnya adalah bagaimana mempertahankannya,” ujarnya.
Pada kesempatan ini Nadia juga membandingkan masa PPKM Darurat pada Juli lalu atau masa PPKM level 4 pada awal Agustus kemarin dengan kondisi saat ini dimana mobilitas masyarakat sudah meningkat jauh.
“Kemenkes memantau pergerakan masyarakat menggunakan berbagai pendekatan, salah satunya adalah dengan menggunakan data google mobility. Tampak di semua provinsi menunjukkan peningkatan pergerakan bahkan beberapa sudah melampaui level sebelum pandemi seperti di Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur,” ujar Nadia.
Hal ini dikatakan Nadia tentu perlu menjadi perhatian semua pihak karena Indonesia pernah mengalami gelombang kasus yang besar beberapa waktu yang lalu. Untuk itu, dia meminta agar disiplin protokol kesehatan, vaksinasi, testing, dan tracing harus terus ditingkatkan.
“Sekali lagi pelonggaran bukan berarti melupakan protokol kesehatan, meskipun sudah vaksin protokol kesehatan harus tetap dilakukan,” tegasnya.
Nadia juga menyebut adanya beberapa kasus klaster sekolah terkait dengan kegiatan sekolah tatap muka, menurutnya, hal ini harus bisa mengambil pelajaran dari adanya beberapa tersebut.
“Perlu kerjasama yang baik antara pihak sekolah, orangtua dan siswa. Protokol kesehatan sangat penting ditegakkan untuk menghindari penularan di komunitas termasuk sekolah,” katanya.
Hal yang harus diperhatikan di sekolah adalah cara menerapkan protokol kesehatan yang esensial, seperti menjaga jarak minimal satu meter, mengharuskan semua orang memakai masker, dan memastikan siswa dapat mencuci tangan dengan sabun dan air secara teratur.
“Bantu kami mewujudkan pelaksanaan protokol kesehatan, semua harus patuh dan jangan sungkan untuk mengingatkan orang lain yang tidak taat protokol kesehatan. Bersama kita bisa akhiri pandemi ini dan bebas dari Covid-19. Teruskan perjuangan kita bersama, untuk merdeka dari Covid-19. Ayo pakai masker dan segera divaksinasi!,” ajak Nadia.
Untuk itu, dia kembali mengajak masyarakat untuk juga tidak menunda-nunda bila kesempatan vaksinasi Covid-19 sudah ada. Terutama bagi lansia yang menjadi kelompok prioritas dalam vaksinasi nasional. “Sekali lagi kami tekankan, bahwa kelompok lansia harus diprioritaskan,” katanya. (*)