Anggrek Indonesia Kekayaan yang Terabaikan

Di banyak negara, anggrek dianggap sebagai simbol status dan keindahan.

Anggrek Indonesia Kekayaan yang Terabaikan
Anggrek-anggrek indah koleksi para penggemar anggrek di Astuti Anggrek. (yvesta putu ayu palupi/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Indonesia merupakan negara kedua terbesar di dunia setelah Brasil dalam hal populasi spesies anggrek, dengan lebih dari 5.000 spesies yang telah ditemukan. Namun, perhatian terhadap pengembangan anggrek di Indonesia terbilang minim.

Banyak anggrek di Indonesia lebih dikenal di luar negeri, sementara budi daya anggrek di dalam negeri masih banyak mengandalkan hibrida impor dari negara-negara seperti Taiwan dan Thailand.

Sri Sugianti, seorang pegiat anggrek asal Yogyakarta menyatakan Indonesia sebenarnya memiliki kekayaan anggrek yang luar biasa, tetapi sayangnya kurang dimanfaatkan secara optimal.

"Populasi anggrek kita hanya sedikit di bawah Brasil tetapi di Indonesia belum banyak perhatian yang diberikan pada budidaya anggrek asli. Kebanyakan pecinta anggrek lebih memilih memelihara anggrek hibrida lokal, padahal sebagian besar impor dari Taiwan dan Thailand," ujar Sri Sugianti saat berbincang dengan wartawan, Sabtu (14/9/2024), di Astuti Anggrek.

Skala industri

Sri menyoroti pentingnya pengembangan laboratorium skala industri untuk pengembangbiakan anggrek di Indonesia. "Laboratorium untuk pengembangbiakan anggrek masih sangat terbatas di Indonesia. Padahal, dengan standar laboratorium yang memadai, kita bisa mengembangkan lebih banyak varietas unggul," tambahnya.

Bukan hanya itu, anggrek Indonesia juga memiliki potensi besar untuk berkembang sebagai pusat budi daya anggrek dunia. Namun, hal ini membutuhkan perhatian lebih dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan industri terkait.

Sri Sugianti menekankan pentingnya penelitian lebih lanjut tentang anggrek di Indonesia. Jenis spesies bisa terus bertambah apalagi jika didukung oleh penelitian lebih lanjut.

Dia lantas mencontohkan salah satu spesies anggrek yang menarik yaitu Bulbophyllum Irianae dari Papua, yang dinamai sesuai dengan nama Ibu Negara. "Bunganya kecil, namun sangat eksotis," ujarnya.

Simbol status

Hananda Hutami Putri, seorang seniman dan penggemar anggrek menambahkan, anggrek tidak hanya sekadar tanaman hias. Di banyak negara, anggrek dianggap sebagai simbol status dan keindahan.

"Di Indonesia, kita perlu lebih menyadari hal ini dan mulai mengembangkan industri anggrek dengan serius. Jika dikelola dengan baik, anggrek bisa menjadi komoditas yang sangat menguntungkan," jelasnya.

Nanda berusaha mengedukasi masyarakat tentang pentingnya melestarikan anggrek dan keanekaragaman hayati Indonesia melalui karya seni instalasi yang dipamerkan di berbagai acara.

"Kami ingin masyarakat, terutama generasi muda, lebih peduli terhadap anggrek. Bukan hanya karena keindahannya, tetapi juga karena perannya dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Jika kita tidak mulai peduli sekarang, kita akan kehilangan banyak spesies langka yang hanya ada di Indonesia," ujarnya.

Vredeburg Fair

Dalam upaya melestarikan anggrek, Hananda dan Komunitas Anggrek Astuti Jogja juga berencana untuk berpartisipasi dalam pameran besar lainnya, salah satunya pada acara Vredeburg Fair 10-29 September.

Mereka memamerkan karya seni instalasi anggrek serta mengadakan kampanye edukasi tentang perawatan dan budi daya anggrek. Diharapkan masyarakat Indonesia lebih menghargai dan melestarikan kekayaan alam yang dimiliki termasuk anggrek.

"Anggrek adalah bagian dari identitas kita, dan kita harus menjaga serta merayakannya," kata Nanda.

Salah satu kegiatan memperkenalkan anggrek kepada khalayak luas adalah Festival Anggrek Vanda Tricolor ke-7 yang akan digelar 19 - 22 September 2024 di Pendopo Royal Ambarrukmo.

Kolektor anggrek

Festival ini akan mempertemukan penggemar dan kolektor anggrek dari berbagai daerah, sekaligus menjadi panggung bagi karya seni yang menggabungkan keindahan anggrek dengan seni rupa.

Ambarrukmo, lokasi bersejarah di Yogyakarta, kembali menjadi pusat perhatian dengan diadakannya Festival Seni Anggrek yang menggabungkan seni dan kearifan lokal.

Festival ini berusaha mengembalikan kejayaan Ambarrukmo yang pada masa Sultan HB II telah menjadi tempat berkumpulnya seniman dan tokoh penting, termasuk Daendels, melalui Royal Orchid Garden yang dulu berada di kawasan tersebut.

Menurut Satya Brahmantya, pelaku seni, desainer sekaligus kurator seni, pemilihan Ambarrukmo sebagai lokasi festival bukan tanpa alasan. Ambarrukmo dikenal sejak zaman Sultan HB II, bukan hanya saat Sultan HB VII yang membangun kompleks ini.

"Pada masa HB II tempat ini telah menjadi Royal Orchid Garden, tempat berkumpulnya HB II dengan Daendels. Ini menunjukkan betapa visionernya HB II menjadikan kawasan ini sebagai pusat budaya dan seni,” ujar Bram.

Karya seni

Selain mengangkat sejarah, festival ini juga memperkenalkan elemen anggrek sebagai bagian dari karya seni. “Anggrek menjadi salah satu elemen seni yang menarik karena keindahan dan simbolismenya. Festival ini mencoba menggabungkan anggrek dengan karya seni lainnya, untuk menciptakan sebuah karya yang unik dan sarat makna,” jelasnya.

Selain menghadirkan pameran seni, festival ini juga akan diisi berbagai kegiatan seperti bazar, penjualan tanaman anggrek, serta lomba seni. Namun, fokus utamanya tetap pada seni itu sendiri.

“Kami ingin inisiasi ini lebih berfokus pada seni, bukan hanya sekadar festival pada umumnya. Di sini, seni dan anggrek bertemu dalam satu konsep yang utuh,” tambahnya.

Festival ini diharapkan mampu menarik perhatian masyarakat untuk lebih mengenal sejarah Ambarrukmo dan keterkaitannya dengan seni. Dengan menyatukan elemen alam, budaya, dan seni, festival ini memberikan ruang bagi seniman untuk berkarya sekaligus mengenalkan kembali kekayaan budaya Yogyakarta. (*)