Anak-anak di Lewara Akhirnya Bisa Belajar Malam Hari

Anak-anak di Lewara Akhirnya Bisa Belajar Malam Hari

KORANBERNAS.ID--Sejak Indonesia merdeka, baru sekarang inilah anak-anak di Desa Lewara Sulawesi bisa belajar malam hari.

Hal inilah yang sempat mengemuka dari acara serah terima Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) hasil kerja tim Community Resilience and Economic Development (CaRED) Fakultas Teknik UGM, Sabtu (28/9/2019) di Desa Lewara, jauh di pelosok Sulawesi Tengah.

Desa Lewara terletak di Kecamatan Marawola Barat, Kabupaten Sigi, berada di bukit Matantimali, dengan ketinggian sekitar 2.000 meter di atas permukaan laut.

Daerah ini berjarak sekitar 90 kilometer dari ibu kota provinsi Sulawesi Tengah, Palu.

Untuk mencapai lokasi tersebut, dapat dijangkau dengan perjalanan darat selama 1 jam menggunakan mobil dari pusat Kota Palu, hingga akses jalan terakhir yang dapat dilewati mobil di Desa Matantimali.

Selanjutnya, perjalanan ke Lewara harus ditempuh dengan ojek khusus selama 30 menit, melalui jalan setapak berbatu selebar 1 meter.

Perjalanan menyusuri jalur yang tidak rata penuh dengan tanjakan, turunan, dan kelokan tajam, di sepanjang lereng Gunung Matantimali. Jalanan ini berada di sisi jurang yang cukup dalam, sehingga menambah berat perjalanan menuju Desa Lewara.

Sementara pada musim hujan, jalanan semakin sulit dilewati karena bukit rawan longsor.

Tim CaRED FT UGM antara lain terdiri dari Dr. Suprapto, Prof. Dr. Ir. Bambang Yulistiyanto, Dr. Ir. T.Aris Sunantyo, M.Sc., dan Dr. Ir. Prajitno, M.T. Tim ini dibantu oleh tim dari Universitas Tadulako dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah.

“Acara serah terima ini berlangsung tepat setahun setelah bencana besar yang melanda Pasigala, Sulawesi Tengah,”papar Dekan Fakultas Teknik UGM, Prof. Nizam, Minggu (29/9/2019).

Nizam mengatakan, pembangunan PLTMH dilakukan untuk memenuhi kebutuhan listrik yang selama ini belum terlayani oleh PLN karena lokasinya yang terpencil dan sulit dijangkau transportasi.

Dalam penyerahan hasil pengabdian dosen-dosen UGM ini, kata Nizam, warga juga mengaku anak-anaknya mulai bisa belajar di malam hari.

“Mereka juga berharap masa depan anak-anak akan semakin cerah dengan hadirnya listrik ini,”imbuhnya.

Sebelumnya, Ketua Tim Peneliti UGM, Dr.Ir. Suprapto Siswosukarto, mengatakan Desa Lewara terdiri dari lima dusun yang seluruhnya belum mendapatkan aliran listrik dari pemerintah.

Sementara pembangkit listrik yang tengah dibangun oleh UGM ini, berada sekitar 200 meter tidak jauh dari pemukiman penduduk, tepatnya di dusun I Lewara yang memiliki 100 kepala keluarga (KK) dengan penduduk sekitar 300 jiwa.

Pembangkit listrik, dibuat dengan memanfaatkan aliran sungai Lewara yang memiliki debit kritis 90-100 liter/detik. Pembangkit ini dirancang nantinya dapat mengaliri listrik untuk 100 KK.

“Kita manfaatkan aliran Sungai Lewara untuk pembangkit listrik dengan kapasitas 10 kilowatt,”kata Suprapto.

Suprapto menyampaikan, warga Lewara telah lama memimpikan bisa menikmati aliran listrik. Hanya saja, listrik masih jauh dari jangkauan mereka. Oleh sebab itu, melalui program Community Resilience and Economic Development (CaRED), UGM bekerja sama dengan pemerintah Selandia Baru berupaya membangun daerah tertinggal di Indonesia timur, salah satunya menghadirkan listrik bagi masyarakat Lewara. (SM)