AMA Dharmala Dorong Transformasi Profesi Satpam Menjadi Sekuriti Modern

Tidak semua perusahaan bersedia membiayai pelatihan bagi tenaga sekuritinya.

AMA Dharmala Dorong Transformasi Profesi Satpam Menjadi Sekuriti Modern
Foto bersama seusai pelatihan K3 manajemen keamanan di kampus AMA Dharmala Yogyakarta. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id) 

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Profesi satpam di Indonesia sedang menghadapi tuntutan transformasi menjadi tenaga sekuriti profesional yang multi-talenta. Hal ini terungkap dalam pelatihan manajemen K3 (keselamatan dan kesehatan kerja) pengamanan yang diselenggarakan oleh AMA Dharmala di Yogyakarta, Sabtu (28/12/2024).

Ketua Yayasan Manggala Pertama, Agus Nur Wijanarko ST, mengungkapkan profesi satpam selama ini kurang mendapat perhatian dalam aspek keselamatan kerja.

"Kami ingin memberikan edukasi kepada perwakilan perusahaan BUJP (Badan Usaha Jasa Pengamanan - red), chief sekuriti dan para satpam terkait K3 yang merupakan hak tenaga kerja sesuai undang-undang," ujarnya usai pelatihan.

Merespons tantangan tersebut, AMA Dharmala sedang mempersiapkan program diplomatika S1 untuk mengantisipasi kebutuhan lima hingga sepuluh tahun ke depan, terutama di bidang pengamanan dunia maya.

Sistem manajemen

"Seiring perkembangan teknologi, pengamanan di dunia maya menjadi sangat penting. IT harus diterapkan dalam sistem manajemen pengamanan," jelas Agus.

Pelatihan yang diikuti 40 peserta dari berbagai daerah seperti Jepara, Surabaya dan Yogyakarta ini menghadirkan narasumber Wahyu Hadi dari Yura Consulting Semarang. Peserta berasal dari berbagai tingkatan, mulai dari garda utama, satpam BUMN atau BUJP, supervisor, hingga level chief.

Wahyu Adi Saputra dari PT Yura Prima Solusindo menekankan tingginya permintaan pasar terhadap sekuriti yang memiliki beragam keterampilan.

"Demand sekuriti multi-talenta saat ini sudah sangat luar biasa. Mereka tidak hanya bertugas dalam aspek pelayanan, tetapi juga harus mampu memadamkan api, menangani situasi demo hingga memahami prinsip K3," jelasnya.

Berbahasa asing

Wahyu menambahkan pentingnya kemampuan berbahasa asing bagi sekuriti, terutama di perusahaan asing.

"Sekuriti saat ini tidak cukup hanya berdiri menjaga, tetapi juga harus mampu menjelaskan seperti customer service, bahkan memahami produk, khususnya di bank atau perusahaan layanan lainnya," terangnya.

Djatmedi, peserta dari PT Sentinel Cakra Buana yang telah berkarier sebagai sekuriti sejak 2006, mengkonfirmasi pentingnya peningkatan kompetensi ini.

"Keamanan bukan hanya tentang menjaga pabrik, tetapi juga memahami celah-celah yang dapat menyebabkan kecelakaan dan menjaga keselamatan. Jika terjadi sesuatu seperti kebakaran atau kecelakaan, seorang security akan menjadi pihak pertama yang dimintai pertanggungjawaban," ungkapnya.

Pendanaan

Meski demikian, masih terdapat kendala dalam upaya peningkatan kompetensi ini, terutama dari segi pendanaan. Tidak semua perusahaan bersedia membiayai pelatihan bagi tenaga sekuritinya. Selain itu, Agus juga menyoroti masalah kesejahteraan sebagai tantangan utama profesi satpam saat ini.

"Profesi satpam sudah dimuliakan, tetapi masih ada pekerjaan rumah untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Harapannya, kesejahteraan tersebut bisa sebanding dengan tanggung jawab yang mereka emban," ujarnya.

AMA Dharmala berencana menyelenggarakan pelatihan serupa secara berkala, minimal dua bulan sekali, dengan materi yang lebih spesifik sesuai kebutuhan satpam.

Hingga saat ini, mereka telah mengadakan dua kali pelatihan serupa sebagai bagian dari upaya meningkatkan standar profesionalisme industri keamanan di Indonesia. (*)