Aliansi Mahasiswa Menyoroti PR yang Belum Terselesaikan
Aliansi menuntut sistem politik yang lebih terbuka dan demokratis, dengan pemimpin yang dipilih berdasarkan kompetensi dan prestasi.
KORANBERNAS.ID, SLEMAN – Mahasiswa tergabung dalam Aliansi Muda Sleman Bersuara mengkritik keras praktik politik di Kabupaten Sleman. Menjelang Pilkada 2024 mereka menyoroti berbagai pekerjaan rumah (PR) permasalahan yang belum terselesaikan.
Dwi Nurhidayat selaku Koordinator Aliansi Muda Sleman Bersuara, Kamis (31/10/2024) di Kancane Coffee and Tea, Sleman, saat menyampaikan pernyataan sikap mengkritisi kinerja kepemimpinan yang dinilai lebih mengedepankan gimmick ketimbang menyelesaikan masalah mendasar.
Masalah klithih dan peredaran miras masih mengancam keselamatan mahasiswa saat beraktivitas malam.
"Kami merasa khawatir dengan tindakan klithih di malam hari, terutama saat harus berpindah dari kampus ke rumah. Bahkan transaksi miras begitu mudah, anak-anak kecil pun bisa membelinya," jelasnya.
Cenderung politis
Pembangunan infrastruktur juga dinilai tidak merata dan cenderung politis. "Pembangunan hanya diadakan di wilayah yang didukung partai-partai tertentu," kritiknya.
Aliansi menuntut sistem politik yang lebih terbuka dan demokratis, dengan pemimpin yang dipilih berdasarkan kompetensi dan prestasi.
"Kami menolak praktik yang menghambat regenerasi kepemimpinan dan mempersempit ruang bagi talenta muda. Meritokrasi harus menjadi prinsip utama dalam seleksi pemimpin," tegasnya.
Menurut dia, kepemimpinan pada masa sebelumnya menyisakan sejumlah pekerjaan rumah, termasuk masalah kekerasan jalanan, tidak optimalnya pengembangan potensi anak muda dan kurangnya ruang publik bagi generasi muda Sleman.
Aliansi berharap pemimpin terpilih dapat memprioritaskan penanganan kejahatan jalanan, khususnya klithih dan peredaran miras, serta memberikan program pelatihan dan pemberdayaan bagi generasi muda Sleman. (*)