Aksi Vandalisme di Joglo GIK UGM Picu Diskusi Publik: Seni atau Gangguan?
KORANBERNAS.ID, SLEMAN – Aksi vandalisme berupa coretan yang ditemukan Selasa (28/1/2025) dini hari di area Joglo Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) Universitas Gadjah Mada (UGM), memicu diskusi hangat di kalangan masyarakat. Meski menjadi sorotan, panitia acara ARKIPELAGIS: Refleksi Kebudayaan menegaskan bahwa coretan tersebut bukan bagian dari kegiatan resmi mereka.
Bayu Kristiyawan, perwakilan panitia, menyatakan bahwa aksi ini bukan bagian dari rencana simposium, namun ia melihatnya sebagai respons kreatif dari masyarakat.
“Kami tidak mengetahui siapa yang melakukan aksi tersebut, tetapi kami mengapresiasi bagaimana diskusi budaya yang kami usung mampu memicu percakapan publik, baik melalui jalur resmi maupun spontanitas warga,” ungkap Bayu dalam keterangannya pada Selasa (28/1/2025).
Ekspresi atau Gangguan?
Coretan yang muncul di dinding Joglo GIK ini menuai berbagai reaksi. Sebagian pihak menganggapnya sebagai ekspresi seni liar yang merespons isu budaya, sementara lainnya memandangnya sebagai tindakan yang merusak estetika dan kenyamanan ruang publik.
Menanggapi kontroversi tersebut, Bayu menegaskan bahwa panitia tetap berkomitmen menjaga ruang publik tetap nyaman untuk semua pihak.
“Jika vandalisme ini dianggap mengganggu, kami siap berkoordinasi dengan pihak pengelola GIK untuk membersihkan area tersebut,” tambahnya.
Namun, Bayu juga mengajak masyarakat untuk melihat kejadian ini dari sisi yang lebih luas. Aksi vandalisme ini menjadi pengingat bahwa seni dan budaya – dalam bentuk apapun – memiliki kekuatan untuk memantik diskusi penting. Perdebatan yang muncul di ruang publik justru memperkuat pentingnya dialog lintas perspektif yang menjadi inti dari simposium ini.
“Vandalisme ini, meskipun tidak diinginkan, menunjukkan bahwa tema yang kami usung memiliki relevansi dan memicu reaksi nyata. Seni, termasuk yang tak terencana seperti ini, seringkali mampu menyuarakan ide-ide yang mendorong refleksi,” jelasnya. (*)