Akhiri Konflik Belasan Tahun, Tiga Tokoh Tionghoa Ini Menerima Mandat untuk Mengelola TITD Kwan Sing

Akhiri Konflik Belasan Tahun, Tiga Tokoh Tionghoa Ini Menerima Mandat untuk Mengelola TITD Kwan Sing

KORANBERNAS.ID, TUBAN—Tiga tokoh Tionghoa yakni Alim Markus Bos Maspion Group, Soedomo Mergonoto Owner Kopi Kapal Api, dan Paulus Welly Afandi pengusaha Tionghoa asal Surabaya, menerima mandat untuk mengelola Tempat Ibadah Tri Darma (TITD) Kwan Sing Bio Tuban. Penyerahan mandat, Senin (8/3/2021) ini, menandai babak baru kesepakatan damai antara kubu Alim Sugiantoro dan Tio Eng Bo alias Mardjojo, yang sudah belasan tahun berkonflik mengenai Kelenteng Kwan Sing Bio.

“Semoga ke depan tambah sukses dan maju,” ungkap Alim Sugiantoro Ketua Penilik Domisioner TITD Kwan Sing Bio Tuban, usai tanda tangan kesepakatan damai, Senin, (8/3/2021).

Dalam rilisnya, Alim mengatakan penyerahan mandat kepada tiga tokoh ini, bukan tanpa alasan. Mereka selama ini telah banyak berjasa dalam upaya mendamaikan pihak-pihak yang berkonflik. Ketiga tokoh tersebut juga berjasa atas dibukanya gerbang pintu masuk Kelenteng Tuban, yang sebelumnya digembok selama tiga bulan sejak 28 Juli 2020. Menyusul pembukaan gerbang ini, umat Tri Dharma sudah bisa melakukan ritual sembahyang seperti biasanya.

“Kita telah tanda tangan penyerahan kekuasaan Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban kepada 3 tokoh konglomerat Jatim dan nasional,” tambah Alim Sugiantoro yang merupakan tokoh Khonghucu.

Menurutnya, ketiga tokoh tersebut nantinya akan mengatur dan membenahi Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban. Tujuannya, agar tercipta kedamaian dan kesejukan di tempat ibadah ini supaya umat bisa sembahyang dengan nyaman.

“Ketiga tokoh tersebut akan menata sampai pulih dan mewujudkan Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban ini menjadi lebih maju secara nasional hingga internasional,” ungkap Alim panggilan akrabnya.

Alim sendiri mengaku sangat lega, setelah tercapai kesepakatan untuk menyerahkan kekuasaan pengelolaan Kelenteng Kwan Sing Bio kepada tiga tokoh Tionghoa dimaksud. Dia menilai, mereka memiliki kapasitas pendamai dan pengelolaan. Sehingga dia berharap banyak, semua persoalan di internal kelenteng selesai dengan baik dan bisa menciptakan kebaikan untuk semua pihak.

“Saya merasa lega sekali, semoga bisa memberikan yang terbaik buat Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban. Saya berharap ada perbaikan semua sistem manajemen yang ada di kelenteng. Tujuannya, untuk kesejahteraan umat dan peningkatan pelayanan bagi masyarakat yang ingin beribadah di sini,” lanjutnya.

Ia juga berharap, setelah ini tidak ada kegaduhan di internal TITD dan kelenteng terbesar di Asia Tengara itu. Sebaliknya, Alim mengharapkan semua kembali rukun dan bersatu, untuk bersama-sama menjaga toleransi antar umat beragama di Tuban khususnya, dan di Indonesia secara umum.

“Saya berpesan semua kembali rukun, dan tidak terjadi konflik seperti dulu-dulu lagi. Sebab, semua permasalahan telah selesai dengan baik. Termasuk kehadiran tiga tokoh ini, nantinya akan mengatur dan membenahi legalitas yang ada di kelenteng agar sesuai aturan pemerintah,” terang Alim.

Sebelumnya, pihak pemerintah juga sudah datang ke Kelenteng Kwan Sing Bio untuk mendinginkan dan mendamaikan umat. Terakhir, hadir ke Tuban Sekjen Kementerian Agama (Kemenag) Nizar Ali, bersama para tokoh pemuda lintas agama.

Kehadiran para tokoh lintas agama, serta sejumlah pejabat terkait, dan juga tokoh-tokoh Tionghoa ini, menjadi bukti dukungan yang kuat dari banyak pihak untuk tercapainya kerukunan. Hal ini, memperkuat semangat pihak-pihak di TITD, untuk bersama-sama membuka hati untuk kerukunan.

“Kami menyampaikan terimakasih tak terhingga kepada semua pihak. Kepada perwakilan pemerintah, tokoh-tokoh Tionghoa, tokoh-tokoh lintas agama, dan juga kawan-kawan di Kelenteng Kwan Sing Bio yang sudah mau berbesar hati dan membuka diri untuk perdamaian. Kami berpandangan, pada prinsipnya yang paling penting adalah menjunjung tinggi kepentingan masyarakat untuk bisa beribadah dengan nyaman dan damai,” katanya lagi.

Sebagaimana diketahui, Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban, selama ini berada dalam lingkaran konflik yang berkepanjangan. Kemelut di internal kelenteng ini, disebabkan karena terjadi kekosongan kepengurusan sejak tahun 2013 sampai saat ini. Imbas konflik itu memunculkan dua kubu yang saling bersitegang yakni kelompok Alim Sugiantoro dengan Tio Eng Bo.

Konflik ini begitu meruncing, yang bahkan memicu aksi penggembogan pintu gerbang kelenteng megah dan terbesar di Asia Tenggara ini. Buntutnya, seluruh umat mengalami kesulitan untuk masuk dan bersembahyang sebagaimana lazim mereka lakukan selama ini.

Bahkan, ritual sembahyang bersama dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) YM Kongco Kwan Sing Tee Koen ke-1860 sempat ditiadakan, Kamis (13/8/2020). Selain itu, puluhan umat juga terpaksa menggelar ritual sembahyang bersama yang digelar didepan gerbang atau trotoar TITD Kwan Sing Bio Tuban.(*)