Ada Tujuh Isu Strategis Pembangunan di Bantul

Ada Tujuh Isu Strategis Pembangunan di Bantul
Sarasehan dalam rangka Hari Jadi Kabupaten Bantul ke- 192 di Pendopo Parasamya, Jumat (7/7/2023)malam. (sariyati wjaya/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Dalam rangka Hari Jadi ke-192 Kabupaten Bantul digelar sarasehan dengan tema Nyawiji Mbangun Nagari, Resik Lingkungane, Sehat lan Makmur Wargane, di Pendopo Parasamya, Jumat (7/7/2023) malam.

Sarasehan dihadiri narasumber Dr Pande Made Kutanegara, staf pengajar di Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (UGM).

Ketua pantia yakni Kepala Bappeda Bantul Fenty Yusdawanti MT mengatakan kegiatan sarasehan bertujuan untuk mengenang dan memperingati Hari Jadi Bantul.

"Juga untuk menyerap aspirasi  masyarakat, gagasan, ide untuk memecahkan masalah Bantul terkait penanganan sampah, stunting dan kemiskinan," katanya.

Menurut dia, terdapat tujuh isu strategis pembangunan di Bantul saat ini. Pertama, meningkatkan pengamalan Pancasila guna mewujudkan tata kehidupan bermasyarakat yang harmonis, sejahtera, dan berkeadilan.

Kedua, mengoptimalkan gerakan masyarakat peduli lingkungan dan budaya tangguh bencana. Ketiga  meningkatkan peran serta masyarakat dalam layanan pendidikan dan kesehatan guna menciptakan generasi yang sehat, cerdas, berakhlak mulia dan berkepribadian Indonesia.

Keempat, mengoptimalkan produk unggulan daerah yang berdaya saing melalui pengembangan sektor industri, pertanian dan pariwisata.

Lalu kelima, meningkatkan peran serta seluruh elemen pemerintah dan masyarakat dalam rangka mewujudkan Bantul Kabupaten Layak Anak.

Keenam, meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam menciptakan kondisi yang aman dan nyaman guna mensukseskan pemilihan umum serentak tahun 2024, dan ketujuh adalah melestarikan serta mengembangkan budaya lokal untuk memperkuat Keistimewaan DIY.

Bupati Abdul Halim Muslih menyampaikan sarasehan ini dalam rangka membangun  sebuah spirit  agar bagaimana program-program prioritas Kabupaten Bantul dapat segera dituntaskan.

"Saya mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada seluruh masyarakat Kabupaten Bantul yang selama ini telah menunjukkan sinergi, kolaborasinya yang sangat baik sehingga telah tercapai capaian yang cukup menggembirakan walaupun masih banyak tantangan dan pencapaian-capaian yang harus kita tuntaskan,” ujarnya.

Bantul yang berumur 192 tahun, lanjut dia, telah mengalami pahit getir, pasang surut, suka duka di dalam dinamika kehidupan berbangsa bernegara.

Dan dalam perkembangannya telah menjadi sebuah kabupaten yang semakin dikenal tidak hanya di Indonesia tetapi juga dunia.

"Beberapa capaian pembangunan mampu meraih prestasi tingkat nasional dan kita tidak bisa menghitung dan menyebut di sini karena saking banyaknya. Yang terakhir kemarin saya diundang oleh Kepala BKKBN  di Palembang untuk mewakili saudara-saudara semuanya memperoleh anugerah Manggala Karya Kencana sebuah anugerah yang diberikan kepada kabupaten Bantul atas progresnya yang signifikan di dalam penurunan stunting dan program-program keluarga berencana," katanya.

Bupati menambahkan beberapa program prioritas yang harus dituntaskan beberapa tahun ke depan di antaranya program Bantul bersama bersih sampah tahun 2025 yang sampai saat ini sudah mencapai progres cukup signifikan, diukur dari menurunnya sampah residual yang dibuang atau yang disetorkan di TPST Piyungan.

Sedangkan Pande Made mengatakan Kabupaten Bantul mengalami transformasi atau transisi dari mode produksi petani ke mode produksi industri dan jasa. Hal itu mestinya diikuti dengan transformasi sosial dan budaya masyarakat dan pemimpin (kelompok elite).

"Mode produksi jasa/servis memerlukan perubahan mindset agar dapat menyediakan jasa yang memuaskan.Masyarakat perlu secara aktif dan bersama-sama menyongsong transformasi tersebut," katanya.

Bantul memiliki wilayah yang sangat strategis  dengan adanya Jalur Lintas Selatan (JLS), dekat bandara YIA dan Pelabuhan Adikarto. Ini sebagai akibat perubahan paradigma pembangunan di DIY yakni Among Tani Dagang Layar.

Dia menjelaskan, saat ini diperlukan pemimpin yang memiliki kepemimpinan transformatif, kepemimpinan kolaboratif, kepemimpinan inovatif dan kepemimpinan partisipatif.

Diperlukan pula Kolaborasi, sinergi (vertikal dan horizontal). Spirit Nyawiji Mbangun Nagari menjadi roh dan menjadi fondasi Gerakan secara Bersama pada semua pihak yakni elite, birokrasi dan masyarakat. (*)