Ada Drama Ketegangan di Perbatasan Perancis-Swiss

Ada Drama Ketegangan di Perbatasan Perancis-Swiss

KORANBERNAS.ID, ROMA -- Ini catatan kecil saya saat melakukan perjalanan antar-negara di Eropa by Flix Bus yang dibeli secara online. Yaitu dari Paris Perancis ke Fribourg Swizerland dan Fribourg Swizerland ke Roma Itali dengan transit di Milan satu jam untuk transfer bus ke Roma, Itali.

Ada beberapa hal yang saya lihat, yakni kenyamanan naik bus di negara Eropa sangat baik. Mungkin sama nyamannya dengan kereta.

Saya sampaikan mungkin, karena belum mencoba naik kereta. Tetapi untuk kawan-kawan backpacker internasional atau para traveller yang ingin menekan budget, bisa menggunakan bus malam antar-negara karena harga relatif lebih murah dibanding naik kereta. Meskipun sebenarnya naik kereta akan lebih cepat sampai di negara tujuan, namun bagi traveller berkantong cekak, itu dilakukan untuk mengurangi bugdet menginap di negara tujuan jika menggunakan bus antar-negara di malam hari.

Nah, sempat terjadi drama saat melakukan perjalanan ke terminal bus dengan jadwal 22.50 dari Paris ke Fribourg, karena salah ambil bus dalam kota untuk ke terminal. Maka harus pindah bus dan sport jantung karena waktu habis akibat harus ganti bus dalam kota. Puji Tuhan, sampai terminal dengan tinggal sedikit waktu. Tidak sampai lima menit.

Dalam waktu yang terbatas kami harus berlari-lari mencari bus yang akan membawa ke Fribourg. Saat ketemu, petugas scan barcode memasukkan bagasi naik bus dan berangkat. Halleluya.

Entahlah kalau sampai terlambat satu menit, tidak bisa membayangkan. Di dalam bus hanya mampu mengucap syukur dan mengatur nafas setelah berlari-lari sambil mengeret koper, deg-degan khawatir ketinggalan bus. Belum lagi suhu udara dua derajad celcius yang terasa menusuk tulang. Karena lelah, saya tertidur di bus.

Hari pertama kami landing di Bandara Charless de Gaulle, dilanjutkan jalan ke beberapa tempat di Paris, yaitu ke Montmartre, Arc de triomphe de l'Étoile dan menara Eiffel. Mana ada salah turun dari metro dan harus balik lagi naik metro sehingga budget bertambah. Yah,.. harus bagaimana lagi. Ini pengalaman pertama ke Eropa.

Di tengah tidur, tiba-tiba sempat ada keributan karena pemeriksaan paspor di perbatasan antara Perancis dan Swiss. Beberapa petugas berbadan tinggi besar dan senjata lengkap disertai anjing pelacak, masuk dan memeriksa paspor. Dan, anjing pelacak melakukan tugasnya.

Anjing tersebut berhenti di beberapa bangku depan saya. Ketika jalan, balik lagi ke tempat duduk tersebut, sehingga penumpang yang diendus anjing pelacak itu dibawa petugas turun untuk diperiksa.

Pengin sekali memegang anjing pelacak itu, tapi ingat pengalaman saat landing di Bandara Soekarno-Hatta saat balik dari Jepang awal tahun 2018, ada pemeriksaan semacam itu sebelum imigrasi, saya dimarahi petugas karena mengelus anjing pelacak.

Berdasar pengalaman tersebut, saya tidak berani mengelus anjing, apalagi memotret petugas. Ngeri kalau sampai dimarahi petugasnya yang keren ganteng bak bintang-bintang film, tetapi mengenakan senjata lengkap, jadi tampak sanggar juga he he...

Jujur, rasanya tegang banget menunggu hasil pemeriksaan penumpang tersebut. Ada sekitar setengah jam, namun akhirnya penumpang balik ke bus diantar petugas dan selanjutnya pemeriksaan paspor atau tanda pengenal bagi penduduk negara tersebut.

Sempat petugas berbincang lama dengan penumpang sebelah saya yang berasal dari Moscow dan akan turun di Genewa kemudian dilanjutkan ke Milan. Itu saya dengar percakapan berbahasa Inggris antara petugas dan penumpang sebelah saya.

Akhirnya clear dan bus melanjutkan perjalanan, meski akibatnya agak terlambat tiba di Fribourg.

Selanjutnya, dalam perjalanan naik bus dari Fribourg ke Milan diperiksa di border pertama. Berjalan lancar.

Namun pemeriksaan kedua kembali membuat tegang. Dua kali pemeriksaan tidak menggunakan anjing pelacak, tetapi terjadi ketegangan saat pemeriksaan yang kedua. Satu penumpang dibawa turun untuk diperiksa. Semua proses sekitar 40 menit. Dalam hati saya, ini pengalaman luar biasa.

Untuk itu bagi kawan-kawan yang melakukan perjalanan antar-negara, harus menyimpan paspor di tempat yang paling mudah diambil. Karena pemeriksaan bisa dilakukan mendadak saat kita tidur nyenyak di bus.

Sepi

Terminal bus di Eropa sungguhlah berbeda dengan terminal bus di tanah air. Sepi. Tidak terlihat ada kerumunaan manusia, apalagi berdesak-desakan. Apalagi takut dengan preman terminal.

Pelayanan tiket sangat rapi. Karena kami sudah mendapatkan barcode dari pembelian tiket bus secara online, discan petugas, dan baru dipersilakan masuk.

Berbeda dengan di tanah air. Jangan harap ada kru bus yang membantu kita mengatur bagasi atau mencari portir untuk mengangkut bawaan kita. Di Eropa, semua harus dikerjakan sendiri oleh penumpang.

Jadi, setiap penumpang mesti memasukkan sendiri barang-barang bawaannya ke dalam bagasi. Di sinilah terlihat kedisiplinan dan kedewasaan para penumpang. Semua saling bantu dengan meletakkan bagasi yang besar ke tengah dan bagasi yang lebih kecil di pinggir.

Oh ya, jika kawan-kawan transfer bus di Milan saat winter dan suhu dingin menusuk, bisa masuk ke dalam ruangan yang menjual minuman.

Saya sempat kedinginan dan dada agak sakit. Karena ini pengalaman pertama transfer bus, saya berada di luar sembari mencari informasi. Setelah tahu bus belum datang, saya masuk dan beli minuman teh panas. Harga, jangan ditanya. Yah,...pokoknya kalau beli jangan di kurskan he he...Silakan mencoba saja. Happy travelling. (eru)